Jadi Salah Satu Tokoh Penting Berkembangnya Islam di Indonesia, Begini Sejarah Laksamana Cheng Ho Saat Pimpin Armada Agung Termasuk Bawa Agen Rahasia Sampai di Nusantara!

Minggu, 18 April 2021 | 19:13
Zika Zakiya

Jadi Salah Satu Tokoh Penting Berkembangnya Islam di Indonesia, Begini Sejarah Laksamana Cheng Ho Saat Pimpin Armada Agung Termasuk Bawa Agen Rahasia Sampai di Nusantara!

Sosok.ID - Bukan rahasia lagi, kebesaran dan peran sosok Laksamana Cheng Ho di Nusantara memang tak bisa dikesampingkan.

Bahkan termasuk persebaran agama Islam di Indonesia tak bisa terlepas dari pengaruh sang Laksamana Agung.

Oleh karena itu ada beberapa peninggalan Laksaman Cheng Ho yang didirikan di beberapa tempat di Indonesia yang masih terawat sampai saat ini.

Lalu bagaimana perjalanan hidupn Cheng Ho hingga bisa menjadi sosok penting baik bagi kerajaan China masa lalu hingga peran untuk syiar Islam termasuk di Indonesia?

Cheng Ho diyakini ikut menyebarkan agama Islam di Nusantara melalui ekspedisinya antara 1405 hingga 1433.

Baca Juga: Pengakuan Terduga Teroris Zulaimi Agus, Klaim Belajar Merakit Bom Demi Keadilan di Indonesia, Ternyata Anggota Ormas Terlarang FPI

Mengutip dari Kompas.com yang melansir dari Historia, Cheng Ho memiliki nama asli Ma Ho. Dia lahir dari orangtua dari Etnik Hui di Yunan pada 1371.

Etnik Hui merupakan etnik yang bermayoritas beragama Islam. Mereka berasal dari campuran Mongol-Turki.

Pasukan Dinasti Ming pada 1381, bersama Jendral Fu Yu-te, menduduki Yunan dan menangkapi semua lelaki dewasa dan anak-anak.

Dalam buku Arus Cina-Islam-Jawa, Sumanto Al Qurtuby menulis bahwa ketika Jendral Fu Yu-te menduduki Yunan, mereka tak segan memotong alat kelamin para pria. Hal itu dilakukan agar para pria di sana tunduk pada negara, tak terkecuali Ma Ho.

“Dalam perkembangannya, Ma Ho tampil seperti raksasa dengan tinggi lebih dari dua meter yang mungkin disebabkan defisiensi hormon lelaki akibat emaskulasi,” tulis Sumanto sebagaimana dikutip Historia.

Baca Juga: Kabar Duka Datang Dari Mubalig Anton Medan, Dikabarkan Meninggal Dunia, Begini Masa Lalu Mantan Preman Ini Hingga Jadi Mualaf dan Sempat Nangis di Sidang Ikan Asin!

Kemunculan Cheng Ho

Ketika tumbuh dewasa, Ma Ho membantu Ceng Chu merebut takhta Dinasti Ming dari keponakannya, Kaisar Kien Wen alias Jianwen.

Pada 1402, upaya tersebut berhasil dan Ceng Chu diberi mahkota atas Dinasti Ming dan namanya berubah menjadi Kaisar Yun Lo alias Yongle.

Jianwen lari dan menjadi pelarian politik. Karena jasanya, Kaisar Yongle mengganti nama Ma Ho menjadi Cheng Ho.

Tak hanya itu, Cheng Ho juga diberi mandat untuk memegang komando tertinggi atas ribuan abdi dalem di Dinas Rumah Tangga Istana.

Menurut Sumanto, Kaisar Yongle mengubah diplomasi politik era Jianwen dari jalur darat menjadi jalur laut.

Karena perubahan diplomats itulah, pada masa kepemimpinannya, Kaisar Yongle memerintahkan pembangunan armada kapal untuk Dinasti Ming.

Baca Juga: 'Apalagi Dia Membawakan Salawat', ParaUstaz Miris dengan Isu Selingkuh Nissa dan Ayus Sabyan, Ini Hukum Pelakor dalam Islam!

(KOMPAS/WARGATJIE)
(KOMPAS/WARGATJIE)

Satu sisi dinding relief yang menggambarkan Laksamana Cheng Ho sedang memimpin keberangkatan armadanya.

Untuk membangun armada iu, dibutuhkanlah tempat dan bahan baku untuk membuat berbagai macam kapal baik itu kapal dagang, kapal perang, dan kapal penunjang.

Sang kaisar menunjuk Longjiang sebagai lokasi tempat pembuatan mega proyek armada kapal Dinasti Ming.

Bahan kayu pembuatan kapal didapatkan dari pohon sekitar Sungai Min.

Setelah melakukan persiapan matang, Kaisar Yongle mengutus Laksamana Cheng Ho memimpin ekspedisi jalur laut.

“Sebagai commander in chief-nya diserahkan kepada Cheng Ho lewat sebuah Dekrit Kerajaan dengan wakil Laksamana Muda Heo Shien (Husain), sekretaris Haji Ma Huan dan Fei Shin (Faisal), juru bahasa Arab selain Ma Huan adalah Hassan, seorang imam pada bekas ibu kota Sin An (Changan),” tulis Sumanto.

Armada tersebut mencakup 62 kapal besar dengan 225 junk (kapal berukuran kecil) dan puluhan ribu orang.

Puluhan ribu orang yang ikut ekspedisi tersebut terdiri atas perwira, prajurit, politisi, juru tulis, pembuat peta, tabib, ahli astronomi, ahli bahasa, ahli geografi, dan ahli agama.

Baca Juga: Di Detik-detik Trump Lengser, AS Nyatakan Kejahatan Genosida Sedang Dialami Muslim Uighur, China Diduga Berupaya Basmi Populasi dan Hilangkan Adat Istiadat Islam

Ekspedisi

Pada 11 Juli 1405, Cheng Ho mulai memimpin pasukannya. Ibu kota dinasti Ming, Nanking, menjadi saksi awal berkumpulnya seluruh pasukan sang laksamana. Pelayaran armada agung tersebut mulanya singgah di Kota Liuhe.

Di tempat persinggahan itu, semua armada dipersiapkan secara maksimal dengan mengondisikan pasukan.

Perjalanan dilanjutkan dengan melewati muara Sungai Min menuju ke Champa (Vietnam masa kini), kemudian dilanjutkan ke Nusantara yang meliputi Jawa, Malaka, Aru, dan Samudra Pasai.

Ketika berada di Nusantara, Cheng Ho sempat mengunjungi Sumatra. Selain itu, armada Cheng Ho juga mengunjungi Majapahit yang ketika itu terjadi perang saudara antara Wikramawardana dan Bhre Wirabumi.

Kala itu, sekitar 170 pasukan rombongan Cheng Ho ikut terbunuh. Ketika mendatangi berbagai daerah di Indonesia, Cheng Ho dan pasukannya memberikan beberapa upeti kepada raja-raja sebagai penghormatan karena telah diperbolehkan melakukan kunjungan.

Baca Juga: Rhoma Irama Dihujani Hantaman Sandal Saat Manggung, Sang Master Dangdut Dilempari Cacian gegara Ucapkan Salam, Kok Bisa?

(KOMPAS/WARGATJIE)
(KOMPAS/WARGATJIE)

Carik Kenangan (souvenir sheet) prangko 600th Anniversary of Admiral Zheng Fe yang diterbitkan oleh Indonesia. Gambar ini untuk iilustrasi tulisan file 0706wgt1 berjudul Prangko peringatan 600 tahun pelayaran Cheng Ho.

Daerah yang disinggahi armada Cheng Ho juga mendapatkan kemajuan dalam hal bercocok tanam, beternak, berdagang, seni ukir, dan seni lainnya sebagaimana dilansir Kompas.com.

Setelah meninggalkan Nusantara pada sesi pertama pelayarannya, Cheng Ho dan pasukannya berlayar menyeberangi Samudra Hindia.

Pada 1407, Laksamana Cheng Ho berniat kembali ke kampung halamannya setelah sebelumnya mengunjungi Malaka.

Di Malaka, Cheng Ho dan pasukannya mendapatkan serangan dari bajak laut Chen Zuyi di Palembang.

Namun, kekuatan armada Cheng Ho bisa memberikan perlawanan terhadap aksi para perompak.

Sekitar 5.000 bajak laut tewas dan 10 kapal perompak dibakar, sedangkan tujuh kapal lainnya ditangkap.

Chen Zuyi mendapatkan hukuman mati. Setelah berhasil memukul mundur perompak, mereka kembali ke Dinasti Ming pada 2 Oktober 1407.

Ekspedisi tersebut sukses dan dilanjutkan ekspedisi pelayaran kedua dan ketiga yang menjangkau Jazirah Arab dan Afrika Timur.

Hingga akhirnya, ekspedisi ini berlangsung tujuh kali sampai berakhirnya masa kepemimpinan Kaisar Yongle dan digantikan Kaisar Xuande.

Baca Juga: Rizieq Shihab Takut hingga Datang ke Polda Metro Jaya, Polisi Beri 2 Opsi untuk 5 Tersangka Lain: Serahkan Diri atau Ditangkap!

Agenda tersembunyi

Melansir Historia, misi ekspedisi Cheng Ho tersebut menjalin persahabatan dengan negara-negara lain serta menunjukkan supremasi politik dan ekonomi bangsa Tiongkok.

Namun, selain kedua misi tersebut, ekspedisi Cheng Ho sebenarnya juga membawa agenda tersembunyi.

Penempatan konsul, diplomat, dan duta keliling mesti dibaca dalam penegakan otoritas politik. Demikian pula penempatan konsul dagang mesti dilihat dari aspek ekonomi.

“Juga persebaran para juru dakwah Islam di hampir setiap kota yang disinggahi adalah upaya melakukan misionarisme Islam (Islamisasi),” ujar Sumanto.

“Singkatnya, ekspedisi besar itu menyimpan hidden agenda (agenda tersembunyi) baik untuk kepentingan pragmatis Kekaisaran Ming maupun kepentingan ‘primordial Islam’ Cheng Ho,” sambung Sumanto.

Baca Juga: Bak Jadi Tontonan Dunia, Gelut Nikita Mirzani vs Habib Rizieq Disorot Media Asing, Sebut Kelakuan Pemimpin FPI Memprihatinkan

Sebagai contoh di Palembang, Cheng Ho membentuk masyarakat Tionghoa Islam. Sebenarnya di era Kerajaan Sriwijaya, wilayah itu sudah banyak didiami orang-orang Tionghoa.

“Barangkali di Palembang-lah masyarakat Tionghoa Islam di Nusantara yang pertama, kemudian diteruskan di Jawa, Semenanjung dan Filipina,” tulis Sumanto.

Ketika armada Cheng Ho singgah di beberapa tempat di pesisir Jawa, terutama pada pelayaran pertama pada 1405 dan ketiga pada 1413, mereka disambut cukup antusias oleh masyarakat Islam setempat, terlebih para pemuka agamanya.

“Hampir di setiap pesisir Jawa sejak Sunda Kelapa, Cirebon, Semarang, Demak, Jepara sampai Tuban, Gresik dan Surabaya, Cheng Ho selalu menempatkan orang-orang Islam dari Tiongkok,” tulis Sumanto.

Kendati demikian, sejarawan Universitas Diponegoro, Singgih Tri Sulistyono, mengatakan kepada Historia bahwa dia belum menemukan bukti kalau Cheng Ho melakukan misi Islamisasi.

Baca Juga: Pemeluk Islam di AS Berterima Kasih, Joe Biden Akhiri Larangan Muslim Inkonstitusional Trump di Hari Pertama Masa Kepresidenan

“Misi pelayarannya untuk meneguhkan kekuasaan kekaisaran Tiongkok di kawasan laut selatan,” kata Singgih kepada Historia.

Cheng Ho meninggal pada 1433. Selama masa hidupnya, dia telah melakukan pelayaran sebanyak tujuh kali dan mengunjungi 37 negara.

Negara-negara tersebut mulai dari Champa sampai India, sepanjang Teluk Persia serta Laut Merah hingga pesisir Kenya, termasuk Nusantara. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya