Sosok.ID - Sulistyowati atau yang karib disapa Sulis, dikenal lewat lagu-lagu rohani yang ia bawakan.
Salah satu lagu yang hingga kini masih melegenda di telinga masyarakat adalah lagu berjudul "Ya Thoybah" yang Sulis nyanyikan bersama Hadad Alwi.
Lagu "Ya Thoybah" sendiri dirilis pada tahun 2002 silam.
Meski nama Sulis melambung berkat karya-karya religinya, namun kehidupan wanita kelahiran 1990 ini tidaklah mudah.
Sulis di masa lalu hidup dihina-hina. Bahkan makan buah segar adalah kemewahan bagi Sulis dan keluarga.
Di masa lalu, alih-alih menjadi penyanyi, cita-cita Sulis sederhana. Ia hanya ingin memiliki televisi agar tidak menumpang ke tetangga.
Kisah pahit ini dibagikan Sulis melalui tayangan yang diunggah di kanal YouTube Melaney Ricardo, Rabu (14/4/2021) lalu.
"Untuk sekolah aja sulitnya bukan main," tutur Sulis saat ditanya Melaney Ricardo mengenai perjalanan karirnya.
"Jadi kamu anak daerah yang bahkan tadinya nggak pernah bermimpi pengen jadi penyanyi yang menaklukkan Jakarta?" selidik Melaney, dilansir Sosok.ID, Minggu (18/4/2021).
"Nggak pernah kepikiran. Dulu cita-citaku cuma satu. Pengen punya TV," jawab Sulis lirih, disambut keterkejutan Melaney Ricardo.
Sulis menuturkan, saat kecil, ia sangat ingin memiliki televisi.
Karena tidak sanggup membeli, ia terpaksa menumpang menonton TV ke tetangga yang tak jarang menghina keluarganya.
"Dulu waktu kecil aku numpang kalau lihat TV. Aku ke rumah tetanggaku. Itu pun kadang boleh masuk kadang nggak," kata dia.
Ketika itu, hidup Sulis sekeluarga serba terbatas.
Bahkan rumah yang ia tinggali bersama orang tua tidak dilengkapi fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus).
Sulis sekeluarga selalu menumpang di kamar mandi umum untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kendati demikian, dengan kehidupan yang serba kekurangan, Ayah Sulis selalu mengusahakan agar anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan.
Hal itulah yang kemudian memotivasi Sulis mengejar beasiswa pendidikan.
"Alhamdulillah aku dari SD sampai kuliah (beasiswa)," kata Sulis.
"Ayahku waktu itu, kalau pagi jadi supir di satu majikan. Kalau malam Ayah pinjem becak temen untuk tambah uang saku aku dan kakak-kakakku sekolah. Kayak gitu perjuangan Ayah."
"Buah itu adalah makanan yang mewah bagi keluargaku dulu Kak Mel," lanjut Sulis mengisahkan kehidupannya dengan suara bergetar.
Untuk bisa mencicipi manisnya buah-buahan, Ibu Sulis rela mendapatkan buah setengah busuk di pasar.
"Mamahku itu kepengen anaknya bisa makan buah. Gimana Mamahku biar anaknya bisa makan buah tapi nggak punya uang. Jadi Mamahku kalau ke pasar dia datengin satu tukang buah, itu buah yang setengah-setengah busuk ditungguin sama Mamahku, dibeli."
"Sampai rumah dipilih yang baik-baik buat dikasih ke anaknya. Makanya aku sangat menghargai jerih payah dan kerja keras orang tuaku," cerita Sulis.
Sulis menuturkan, ibunya dulu bekerja sebagai penjahit pakaian dalam di sebuah pabrik.
Setiap hari, ia membuntuti ibunya jalan kaki 10 km dengan puluhan kilo kain berada di pundak sang ibu.
"Aku ngikut dari belakang jalan kaki pulang pergi."
Mendengar penuturan Sulis, Melaney Ricardo tak berhenti terkejut.
"Jalan hidup itu aku jalanin sesuai apa yang sudah Allah tentukan. Semua digariskan."
"Allah mengangkat derajat keluargaku yang dulunya dihina, 'kalau suka nonton TV beli dong, gak mampu beli TV?' kalimat-kalimat begitu melekat banget di hati aku. Banyak suara-suara kayak gitu."
"Tapi sekarang Kak Mel, semua ngaku saudara, semua ngaku sahabat, keluarga. Itulah aku percaya ini hadiah buat orang tua aku. Belum tentu kesuksesan (sekarang) ini karena aku, tetapi (bisa jadi) Allah ingin memberi hadiah untuk orang tua aku melewati aku," tandas Sulis.
Lebih lanjut kata Sulis, berasal dari keluarga yang sangat miskin merupakan hal yang ia banggakan.
Karena dengan begitu, Sulis mampu menghargai segala yang kini ia dapatkan.
(*)