Sosok.ID - Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3/2021) menjadi lokasi target pelaku bom bunuh diri.
Ledakan high explosive itu terjadi saat umat melaksanakan Misa Minggu Palma.
Dulansir dari Tribun Makassar, Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Merdisyam mengatakan, terdapat belasan korban luka akibat peristiwa itu.
Semnetara itu, setelah dilakukan penyelidikan, terungkap pelaku bom bunuh diri gereja Katedral Makassar adalah pasangan suami istri.
Dilansir dariTribun Timur dan Kompas.com, berikut sederet fakta tentang mereka.
1. Yatim sejak kecil
Ketua RW 1 Kelurahan Bunga Ejaya, Hamka mengatakan, Lukman merupakan seorang yatim.
Ia ditinggal oleh ayahnya sejak umur 5 tahun.
Selain itu, Lukman juga dikenal sebagai pribadi yang penyabar.
"Ia penyabar sekali dari kecil, sudah yatim dari umur 5 tahun," ujar Hamka, Senin (29/3).
2. Berhenti kuliah
Lukman merupakan anak sulung dari dua bersaudara.
Hamka mengatakan, pelaku mulai menunjukkan perubahan aneh semenjak berhenti kuliah.
"Dia kuliah dekat sini. Saya lupa kampus apa. Tapi tiba-tiba dia mau berhenti," kata dia.
"Saya kasihan sama ibunya, karena dia tidak mau dilarang," jelasnya.
Sejak itu, Lukman kerap pulang larut malam dan membatasi aktivitas dengan warga sekitar.
"Berubah, dia sering pulang malam, terus sudah tidak mau bergaul sama warga di sini. Dulu memang pendiam, tapi masih mau kumpul."
3. Berubah usai menikah
Setelah berhenti kuliah, tidak lama kemudian Lukman dikabarkan sudah menikah.
Informasi mengenai istrinya sempat tak diketahui oleh warga.
"Tiba-tiba menikah, tidak tahu orang mana itu (istrinya), kami tidak tahu karena tidak menikah lewat pemerintah atau menikah siri," katanya.
Setelah menikah tersebut, Lukman menunjukkan gelagat tak biasa.
Ia selalu bicara bid'ah kepada ibunya.
"Dia selalu tegur orang tuanya kalau barasanji, katanya bid'ah, tidak boleh."
"Bahkan Lukman ini tidak mau makan ayam atau sapi kalau bukan dia sendiri yang potong," kata Hamka.
Baca Juga: Tanggapan Keuskupan Agung Terkait Ledakan Bom di Pintu Gerbang Gereja Katedral Makassar
4. Berselisih dengan ibu dan minggat
Hamka mengatakan, Lukman sempat berselisih dengan ibunya.
Ia kemudian meninggalkan rumah bersama istrinya.
Saat digerebek setelah kejadian bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, 5 peluru ditemukan di rumah Lukman.
"Sudah pindah di lorong sebelah, yang tadi digerebek itu, bahkan didapat ada 5 peluru," terang Hamka.
5. Tak ada yang mencurigai Lukman
Saat berita pemboman gereja mencuat, tidak ada warga yang menyangka bahwa pelakunya adalah Lukman.
Namun ketika inisial pelaku diumumkan polisi, warga langsung menduganya.
"Tidak ada yang menyangka, kami kira cuma ikut pengajian-pengajian saja."
"Ternyata pas ada berita bilang kalau dia warga sini, inisial L, di situ kami langsung tahu kalau itu Lukman sama istrinya," katanya.
Atas kejadian ini, pihak RT dan RW telah mengimbau kepada masyarakat sekitar untuk menjaga pergaulan anaknya dengan ketat.
"Kami sudah minta warga untuk terus mengawasi pergaulan anaknya, jangan sampai terjadi hal yang sama," ujarnya.
6. Warga Iba dengan Ibu dan adik Lukman
Meski perilaku Lukman telah meresahkan warga, tidak ada dari mereka yang membenci keluarga Lukman.
Justru sebaliknya, warga merasa iba dengan ibu dan adik perempuyan Lukman.
"Kasihan ibunya, jualan di warung, cuma dibantu sama adik perempuan Lukman," kata Hamka.
"Pas anaknya sudah kuliah, malah berhenti dan masuk aliran sesat. Semoga ini yang terakhir."
Hamka pun tidak keberatan, jika jenazah Lukman dikuburkan di desanya.
"Bahkan kalau dia mau dikuburkan di pemakaman sekitar, warga di sini tidak ada yang keberatan," ujarnya.
7. Sering ikut pengajian doktrin jihad
Adapun Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Lukman dan istrinya sering mengikuti pengajian yang berisi doktrin jihad di perumahan Villa Mutiara Cluster Biru, Kecamatan Biringkanaya, Makassar.
Keduanya juga bagian dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Sulawesi Selatan.
Mereka memiliki peran memberikan doktrin.
Selain peran tersebut, Listyo juga menyebut L dan YSF juga berperan membeli bahan yang akan digunakan untuk alat bom bunuh diri.
Tidak hanya kedua pasangan suami istri, peran merencanakan bom bunuh diri dan mempersiapkan bahan peledak itu, kata Listyo, juga melibatkan 4 warga Bima, Nusa Tenggara Barat.
Keempatnya sebelumnya diamankan pascaledakan bom bunuh diri di Makassar.
"Sampai dengan hari ini kita sudah mengamankan 4 orang berinisial AS, SAS, MR, dan AA di mana masing-masing perannya bersama-sama L dan YSF," ujarnya. (*)