Sosok.ID - Angkatan udara Amerika Serikat (AS) rupanya sedang galau.
Jet tempur siluman mereka, F-35 dianggap tak mumpuni sebagai penempur garis depan.
USAF menginginkan hadirnya kembali fighter F-15EX yang akan mengisi celah fighter garis depan AS.
Pejabat tinggi Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) baru-baru mengakui rencananya untuk membangun jet tempur baru sebagai pengganti jet siluman F-35 yang dianggap memiliki sejumlah masalah.
Dilansir dariForbes, Kepala Staf Angkatan Udara Jenderal Charles Brown Jr. mengatakan bahwa F-35 yang disiapkan selama 20 tahun terlalu mahal dan tidak efisien setelah pengembangnya, Lockheed Martin, melengkapinya dengan semakin banyak teknologi baru.
Dalam wawancaranya denganForbeshari Rabu (17/2) lalu, Brown menyamakan F-35 dengan Ferrari, produk mahal yang jarang dipakai namun memerlukan biaya perawatan tinggi.
"Anda tidak boleh mengemudikan Ferrari ke kantor setiap hari, Anda hanya mengendarainya pada hari Minggu. F-35 adalah petarung kelas atas, kami ingin memastikan bahwa kami tidak menggunakan semuanya untuk pertarungan kelas bawah," ungkap Brown.
Pada awalnya F-35 diproduksi untuk menggantikan F-16 yang dirasa sudah ketinggalan zaman sebagai pesawat tempur harian yang bisa diterjunkan di misi-misi sederhana seperti penyergapan dan pengawalan.
Namun pada kenyataannya, F-35 dianggap gagal memenuhi ekspektasi di lapangan meskipun pesawat ini diminati banyak negara dan bisa menguntungkan AS.
Dalam proses pengadaannya, Lockheed dianggap telah gagal menyediakan F-35 sesuai pesanan. Lima belas tahun setelah penerbangan pertama F-35, Angkatan Udara hanya memiliki 250 unit F-35. Angkatan Udara ASmenginginkan hampir 1.800 F-35 untuk menggantikan F-16 dan A-10 yang sudah menua dan merupakan jet tempur kelas bawah.
Melihat hal tersebut, bukan tidak mungkin bahwa Angkatan Udara AS ke depannya akan membatalkan program pengadaan F-35. Kasus serupa pernah terjadi dalam pengadaan F-22 yang disetop setelah Lockheed hanya berhasil menyelesaikan 195 unit.
Padahal F-35 sangat dibutuhkan oleh negara lain demi membendung ambisi China dan Rusia.(*)
Sumber : Kontan