Sosok.ID - Menyambut Hari Valentine 2021, ABC Indonesia berbincang dengan dua pasangan keluarga yang berasal dari dua negara berbeda yang tinggal di Australia.
Mereka membuktikan jika menemukan pasangan hidup tidak lagi harus dari lingkungan atau budaya yang sama di era globalisasi tanpa batas seperti sekarang ini.
Seperti Matthias Steiner berasal dari Jerman, yang menikah dengan Eveline asal Bandung, Jawa Barat dan sekarang mereka tinggal di Melbourne.
"Saya berasal dari Jerman dan dibesarkan di Berlin di mana saya kuliah IT."
"Pada tahun 2014, saya dapat PR dari Australia dan bekerja sebagai Software Developer," ujar Matthias dalam bahasa Indonesia yang lancar kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya.
"Istriku Eveline Steiner berasal dari Bandung."
"Setelah tinggal beberapa tahun di Amerika Serikat, dia pindah ke Australia pada tahun 2012 untuk kuliah Akuntasi."
"Saat ini, dia kerja sebagai bookkeeper di sebuah perusahaan di Keilor Park."
Matthias mengatakan ia bertemu Eveline lewat sebuah situs pencarian jodoh CatholicMatch yang menghubungkan lajang di kalangan umat Katolik.
"Setelah kirim pesan-pesan selama beberapa minggu, kita bertemu pertama kali pada hari Valentine 2016 di Princes Bridge, Melbourne," katanya.
Karena keduanya tinggal di Melbourne, komunikasi yang mereka lakukan menggunakan bahasa Inggris, namun Matthias memutuskan belajar bahasa Indonesia dengan serius.
"Motivasi saya belajar bahasa Indonesia adalah bisa berbicara dengan mertua saya dan mengikuti percakapan dalam kelompok orang Indonesia," kata Matthias yang sekarang berusia 42 tahun tersebut.
"Beberapa bulan setelah pacaran kami dimulai, saya mengambil pelajaran dalam bahasa Indonesia seminggu sekali di AIAV (Australian Indonesia Association di Victoria)."
"Mereka menawarkan kelas-kelas dalam bahasa Indonesia yang dijalankan oleh guru-guru Indonesia."
"Saat ini, saya dapat memahami 90 persen percakapan dan mungkin berbicara 70 persen."
Dengan kemampuan bahasa Indonesia yang dimilikinya, Matthias merasa lebih dekat dengan komunitas KKI (Keluarga Katolik Indonesia) di Melbourne.
Matthias bahkan menjadi prodiakon, yang mendapat tugas khusus selama misa untuk membantu pastor membagikan roti dan anggur dalam komuni.
Ia juga mengaku menjadi banyak mendapatkan informasi baru mengenai budaya dan kehidupan yang berbeda soal Indonesia dari sebelumnya saat ia dibesarkan di Jerman.
"Sebelum bertemu Eveline, saya belum pernah merayakan Imlek dan hanya tahu sedikit tentang Indonesia," katanya.
"Juga Eveline baru belajar orang Jerman selalu harus minum kopi dan makan kue pada sore hari," kata Matthias mengenai apa yang dipelajari oleh istrinya Eveline setelah mereka menikah.
Mengenai budaya lain yang secara umum perlu dipelajari dan penyesuaian adalah misalnya soal ketepatan waktu menghadiri acara.
"Saya seperti banyak orang Jerman suka tiba tepat waktu. Sedangkan di Indonesia, ada jam karet, maksudnya orang tiba terlambat pada acara sosial."
"Kadang-kadang teman istri saya sangat heran kalau kita datang awal. "
(Kompas)