Sosok.ID - Israel menjadi negara yang paling tidak suka dengan Iran.
Karena Iran menanam pengaruhnya kepada Hizbullah Lebanon untuk menyerang Israel.
Hal inilah yang membuat Israel berpendapat jika serangan kepada Iran akan menuntaskan ancaman kaum Syiah kepadanya.
Jenderal tertinggi Israel mengatakan, militernya memperbarui rencana operasionalnya melawan Iran, dan kembalinya Amerika Serikat (AS) ke perjanjian nuklir 2015 dengan Teheran adalah langkah yang "salah".
Pernyataan tersebut merupakan sinyal nyata bagi Presiden AS Joe Biden untuk berhati-hati dalam setiap hubungan diplomatik dengan Iran.
Pendahulu Biden, Donald Trump, meninggalkan perjanjian nuklir pada 2018, sebuah langkah yang disambut baik oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang memperingatkan kemungkinan pengembangan senjata nuklir Iran.
Antony Blinken, yang pada Selasa (26/1) dipastikan sebagai menteri luar negeri di Pemerintahan Biden, mengatakan pekan lalu, AS "masih jauh" dari memutuskan, apakah akan bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir 2015.Dan, AS perlu melihat, apa yang sebenarnya Iran lakukan untuk melanjutkan mematuhi pakta tersebut.
Sejak Washington menarik diri dari kesepakatan itu, Iran secara bertahap telah melanggar batas-batas utamanya, membangun persediaan uranium, memperkaya uranium ke tingkat kemurnian yang lebih tinggi, dan memasang sentrifugal dengan cara yang dilarang oleh kesepakatan tersebut.
Kohavi mengatakan, tindakan Iran, yang menyangkal bahwa mereka membuat senjata atom, menunjukkan pada akhirnya bisa memutuskan untuk maju dengan cepat guna membangun senjata nuklir.
“Berdasarkan analisis fundamental ini, saya telah menginstruksikan Angkatan Bersenjata Israel untuk menyiapkan sejumlah rencana operasional lain, selain yang sudah ada,” ujar Kohavi.
"Terserah pemimpin politik, tentu saja, untuk memutuskan implementasinya, tetapi rencana ini harus dibahas," imbuh dia.
Penguatan dan modernisasi militer Israel ini jelas menjadi ancaman juga bagi negara-negara Timur Tengah.(*)
Sumber : Kontan