Waspada, Gejala Baru Penderita Covid-19 Bertambah, Pasien Bakal Alami Delirium yang Bisa Buat Kondisi Makin Gawat, Begini Tanda-tandanya!

Sabtu, 12 Desember 2020 | 15:00
Gambar ilustrasi/Pixabay

(ilustrasi) Waspada, Gejala Baru Penderita Covid-19 Bertambah, Pasien Bakal Alami Delirium yang Bisa Buat Kondisi Makin Gawat, Begini Tanda-tandanya!

Sosok.ID - Delirium kini masuk jadi salah satu gejala baru pasien virus corona atau covid-19 yang ditemukan oleh tim medis baru-baru ini.

Gejala penderita covid-19 sebelumnya hanya merasa kelelahan, sesak nafas, batu, sakit kepala, nyeri dada dan nyeri otot, sulit berkonsentrasi, demam, menggigil, masalah pencernaan, kehilangan bau dan rasa, serta mata merah.

Namun sebuah studi yang baru menyatakan ada gejala lain yang dialami oleh pasien covid-19 baru-baru ini.

Gejala tersebut bahkan ditemukan di Indonesia.

Baca Juga: Korupsi dalam Kondisi Khusus, Tersangka Suap Bansos Covid-19 Mensos Juliari Batubara Bisa Terancam Hukuman Mati

Dokter Divisi Psikiatri Komunitas, Rehabilitasi, dan Trauma Psikososial, Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM, dr Gina Anindyajati SpKJ menerangkan hal tersebut.

Menurutnya kini ada banyak pasien covid-19 yang mengalami gejala delirium.

Gejala tersebut membuat pasien berada dalam kondisi memburuk dari kondisi medis sebelumnya.

Ia menjelaskan, delirium adalah suatu kondisi perubahan kesadaran yang onset-nya akut dan terjadi secara mendadak.

Baca Juga: Ngeri-ngeri Sedap, Baru Laksanakan Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka, 197 Siswa SMK di Satu Sekolah Positif Covid-19, Begini Kronologinya!

"Orang yang mengalami delirium menunjukkan adanya gangguan tingkat kesadaran, perhatian, kognitif (kemampuan berpikir), dan persepsi yang terjadi secara fluktuatif (berubah-ubah dari waktu ke waktu)," ujar Gina, dikutip dari Kompas.com, Jumat (11/12/2020).

Ada beberapa tanda-tanda pada pasien yang bisa dikategorikan mengalami delirium menurut dr Gina.

Tanda-tanda tersebut memang sangat bervariasi tetapi memiliki kesamaan satu dengan yang lain.

Tingkatan derilium ada yang ringan sampai berat, dan kondisi ini bisa dilihat ketika seseorang tidur dan sulit dibangunkan, hingga tampak gelisah.

Baca Juga: Kabar Duka Kembali Selimuti Ririn Ekawati, Setelah sang Suami, Kini Ibunda Tunangan Ibnu Jamil Dikabarkan Meninggal Dunia, Ternyata Ini Penyebabnya!

Gina mengatakan, gambaran utama orang yang mengalami delirium antara lain:

  • Gangguan kesadaran dan perhatian (kesadaran berkabut hingga koma)
  • Gangguan kognitif berupa proses pikir yang kacau, ketidakmampuan membedakan realita dan yang bukan, disorientasi, rendah daya memori
  • Gangguan siklus tidur-bangun, cenderung bangun dan gelisah di malam hari, pola tidur terbalik
  • Gangguan emosional yang tampak sebagai kecemasan hebat, iritabilitas (mudah marah)
Baca Juga: Apa yang Terjadi dengan Pemerintahan Jakarta Saat Pemimpinnya Terinfeksi Virus Corona? Anies Baswedan Bei Jawaban

Selain itu menurut Gina, ada beberapa penyebab yang bisa membuat pasien tersebut mengalami delirium.

  • Infeksi langsung ke jaringan otak
  • Inflamasi (peradangan) jaringan parenkim otak
  • Ensefalopati akibat toksin krn proses perjalanan penyakit Covid-19
  • Gagal nafas yang menyebabkan otak mengalami kekurangan oksigen berat Infeksi berat yang memengaruhi organ2 vital
  • Hiperkoagulasi (pengentalan darah yang hebat) sehingga mengganggu aliran darah ke otak
Baca Juga: Sekali Dayung Dua Tiga Pulau Terlewati, Ashanty dan Maia Estianty Berencana Gabungkan Pernikahan Atta-Aurel dan Al-Alyssa di GBK juga GWK

Gejala baru yang ditemukan di pasien covid-19 ini menurut Gina termasuk dalam kondisi gawat darurat sehingga harus ditangani oleh para ahli di rumah sakit.

Sebab, penyakit delirium yang tidak dikelola dan tidak dicari penyebabnya bisa berujung pada kematian atau kecacatan jangka panjang.

"Orang yang sudah teratasi delirium, masih mungkin mengalami gejala sisa berupa perubahan kognitif (kemampuan berpikir) maupun gangguan mood (suasana perasaan) yang sifatnya menetap hingga satu tahun pasca kejadian," ujar Gina.

Menurut Gina, ada penanganan yang berbeda bagi pasien penderita covid-19 yang mengalami delirium.

Baca Juga: Terlilit Utang Hingga Dikejar-kejar Debt Collector, Artis Asal Jepang Ini Akhirnya Diselamatkan Ruben Onsu, Begini Kronologinya!

Sebab penanganan medis pada pasien covid-19 dengan gejala delirum harus mendapatkan penanganan khusus.

Hal itu disesuaikan dengan penyebab pasien bisa mengalami delirium.

"Bila pasien mengalami gaduh gelisah, baru diberikan obat-obatan psikiatri sesuai dengan derajat gaduh gelisahnya," ujar Gina.

Baca Juga: Curiga Keadaan Pemimpin Korea Utara yang Tak Takut Bertemu Banyak Orang Saat Pandemi, Intelijen Jepang Temukan Hal Mengejutkan, Kim Jong Un Telah Disuntik

Ia menambahkan, tindakan terapi juga penting dilakukan untuk membantu pasien yang mengalami derilium bergejala reorientasi.

"Orang dengan delirium dibantu untuk mengenali ruang, waktu, dan orang di sekelilingnya sehingga menurunkan kebingungan dan kegelisahan," kata Gina.

"Orang dengan delirium juga perlu dirawat di ruangan yang nyaman, cukup pencahayaan dan tenang, suhu ruangan yang hangat," lanjut dia.

(*)

(KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo)

Infografik: Beda Batuk Gejala Covid-19 dan Batuk Biasa

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kompas.com, Tribunnews.com

Baca Lainnya