Amerika Diklaim Sudah Tak Punya Nyali Lagi Hadapi China

Selasa, 17 November 2020 | 07:13
Usni News

Amerika Diklaim Sudah Tak Punya Nyali Lagi Hadapi China

Sosok.ID - Amerika Serikat (AS) sedag gusar karena China semakin kuat militernya.

Terlebih perkembangan militer China seperti diluar perkiraan, cepat dan masif.

Jika terus-terusan begini Washington bisa kalah saing.

Maka mereka harus berbenah jika ingin menjadi pemenang dalam perang melawan China.

Baca Juga: Tekad yang Muncul dari Mulut China Bukan Sekedar Isapan Jempol, Perancang Jet Paling Canggih Sebut Pelatih Tempur Masa Depan Beijing Makin Kondang dengan AI

Hubungan antara Amerika dan China tampaknya jauh dari kata membaik. Sebagai bukti, media pemerintah China sekali lagi melancarkan serangan pedas terhadap AS dan sekutu Baratnya menyusul tindakan keras terbaru Beijing terhadap oposisi pro-demokrasi di Hong Kong.

MelansirExpress.co.uk, The Global Times- media harian yang dikelola pemerintah China - telah menerbitkan editorial yang mengklaim Barat "tidak akan berhasil" dengan tekanan yang diterapkan pada China atas pelanggaran hak asasi manusia. Surat kabar tersebut juga memperingatkan bahwa Barat tidak "punya nyali" untuk menghadapi China.

Editorial ini datang sehari sebelumThe Global Timesmemberi selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya sebagai Presiden AS dari Donald Trump. Ucapan selamat yang hangat itu datang setelah seminggu China berdiam diri terhadap hasil Pemilu AS.
Express.co.ukmemberitakan, China sepertinya menanti untuk melihat pandangan apa yang akan diambil Biden tentang kebijakan luar negeri AS. Akan tetapi, para ahli yakin dia tidak akan mengubah arah kebijakan sehingga tidak akan mengakhiri ketegangan antara Washington dan Beijing.

Presiden terpilih, yang akan menggantikan Trump di Gedung Putih pada Januari 2021 mendatang, telah berjanji bahwa AS akan membela pelanggaran China atas hak asasi manusia, ekspansionisme militer, dan praktik perdagangan yang tidak fair.

Selama beberapa bulan terakhir, pemerintahan Donald Trump telah memberikan dukungannya di belakang para pengunjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong.

AS, seperti halnya Inggris dan Jerman, minggu ini mengecam pengusiran empat anggota parlemen pro-demokrasi China dari badan Dewan Legislatif Hong Kong.

Baca Juga: Ngutang Setahun Tak Dibayar-bayar, Ayu Ting Ting Disusul Sosok Ini ke Studio Hingga Dikirimi Karangan Bunga, Penonton Tepok Jidat: Bayar Utang Dong!

Langkah dari Beijing memicu reaksi marah, sehingga memicu pengunduran diri semua menteri pro-demokrasi yang tersisa di parlemen sebagai bentuk aksi protes.

Langkah dari Beijing memicu reaksi marah, sehingga memicu pengunduran diri semua menteri pro-demokrasi yang tersisa di parlemen sebagai bentuk aksi protes.

Trump tidak dijadwalkan untuk meninggalkan Gedung Putih selama dua bulan setelah kekalahannya dalam pemilihan umum AS dari Biden.

Namun selama waktu itu, Presiden AS saat ini masih dapat memperluas tindakan Amerika terhadap Hong Kong.

Setelah pemilihan AS, pemerintahan Trump memberlakukan sanksi baru pada mereka yang berasal dari China dan Hong Kong yang diyakini terlibat dalam mengikis otonomi terbatas wilayah itu.

Baca Juga: Menang Perang, Vladimir PutinMinta AzerbaijanJaga Situs Suci Kristen Peninggalan Armenia, PresidenIlham Aliyev Janji Lindungi Gereja-gereja di Nagorno-Karabakh

Laporan berikutnya dari Departemen Luar Negeri tentang otonomi Hobng Kong akan diterbitkan dalam beberapa minggu mendatang.

Hal ini dapat memicu sejumlah sanksi lain terhadap individu dan perusahaan terkait dengan semakin terkikisnya hak asasi manusia di Hong Kong.

Namun dalam peringatan lebih lanjut, Pemerintah China dan media pemerintahnya telah berjanji untuk tetap berpegang pada masalah tersebut.

The Global Timesjuga menulis: "Hong Kong telah kembali ke China. Oposisi Hong Kong harus melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh rakyat China. Jika mereka menolak kembalinya Hong Kong, mereka lebih baik bermigrasi ke negara-negara Barat yang mereka sembah."(*)

Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul "China: AS tak punya nyali menghadapi Beijing!"

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : kontan

Baca Lainnya