Waspada Indonesia Resmi Alami Resesi, 5 Dampak Ini Akan Terjadi, Begini Kata Pakar Untuk Siasati Agar Kehidupan Masyarakat Tak Terpuruk!

Sabtu, 07 November 2020 | 08:13
Freepik

Ilustrasi kiat atur uang saat resesi. Waspada Indonesia Resmi Alami Resesi, 5 Dampak Ini Akan Terjadi, Begini Kata Pakar Untuk Siasati Agar Kehidupan Masyarakat Tak Terpuruk!

Sosok.ID - Imbas pandemi Virus Corona mem buat ekonomi Indonesia masuk ke tahap resesi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi di periode Juli 2020 hingga September 2020 minus 3,49% yoy pada Kamis (5/11/2020), .

Menurut hitungan BPS, secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia dari kuartal I hingga kuartal III 2020 mengalami kontraksi 2,03%.

Pada kuartal II-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32% yoy akibat pandemi Covid-19.

Dengan demikian, sudah dua kuartal berturut-turut Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mengalami kontraksi.

Baca Juga: Corona, Warga Myanmar Sambil Menangis Terpaksa Makan Tikus: Demi Makanan Layak untuk Anak-anak

Alhasil, resmilah ekonomi Indonesia masuk ke jurang resesi.

Namun, secara kuartalan, ekonomi RI sudah tumbuh sebesar 5,05%.

Sri Mulyani menjelaskan, pertumbuhan kuartal III yang lebih baik ini ditunjukkan karena adanya proses perbaikan ekonomi atau pembalikan arah (turning point) dari aktivitas ekonomi nasional.

Dia juga mengatakan, pencapaian itu dengan konsekuensi ongkos yang lebih mahal, yakni defisit anggaran yang membesar.

Data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menunjukkan, sepanjang Januari-September 2020 defisit anggaran mencapai Rp 687,5 triliun.

Defisit anggaran ini setara dengan 4,16% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Baca Juga: Indonesia Bakal Alami Resesi Ekonomi, Masyarakat Diminta Bersiap Terima Dampaknya, Agar Tak Terdampak Begini Tips-nya!

Jika dibandingkan realisasi pada periode yang sama di 2019 yakni Rp 252,41 triliun, defisit Januari-September 2020 tumbuh 170,2%.

Dengan ongkos yang mahal itu, Menkeu memprediksi, ekonomi pada Juli-September 2020 akan berada di kisaran minus 2,9% hingga minus 1%.

Harapannya lebih baik daripada realisasi pertumbuhan ekonomi pada April-Juni 2020 yang kontraksi 5,32%.

“Kuartal III lebih baik dari kuartal II. Kuartal III kembali recovery, fungsi stabilisasi dari APBN bersama dengan yang lain untuk menanggulangi pukulan demand dan supply,” kata Sri Mulyani dalam acara Simposium Nasional Keuangan Negara (SNKN) 2020, Rabu (4/11).

Dampak resesi

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira pun mewanti-wanti akan dampak resesi ini terhadap masyarakat Indonesia.

Ia melihat, ada beberapa dampak langsung yang akan dirasakan oleh masyarakat.

Baca Juga: Bak Masuk Kuping Kanan keluar Lewat Kiri, Jokowi Minta Aspek Kesehatan Didahulukan ketimbang Ekonomi, Epidemiolog: Imbauannya Itu Ditujukan ke Siapa?

Pertama, turunnya pendapatan di kelompok masyarakat menengah dan bawah secara signifikan. Dengan menurunnya pendapatan, maka dikhawatirkan jumlah orang miskin akan semakin banyak.

Kedua, penduduk kota bisa saja berkurang, tetapi sebaliknya, penduduk desa akan bertambah.

“Pasalnya, desa akan menjadi tempat migrasi pengangguran dari kawasan industri ke daerah-daerah karena gelombang PHK masal,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id.

Ketiga, resesi juga akan berimbas pada mereka yang sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja baru akan makin sulit bersaing, karena jumlah lowongan pekerjaan menurun.

Sementara, perusahaan kalaupun akan melakukan proses rekruitmen, akan memprioritaskan karyawan yang sudah berpengalaman.

Keempat, ke depan konsumsi rumah tangga bisa saja tertahan.

Pasalnya, masyarakat akan cenderung berhemat untuk membeli barang sekunder dan tersier, sehingga fokusnya hanya pada barang kebutuhan pokok dan kesehatan saja.

Baca Juga: Konspirasi? Bak Seorang Peramal, Keluarga Super Kaya Dunia Ternyata Telah Mengetahui Terjadinya Resesi 2020 Ini Sejak Tahun Lalu

Kelima, konflik sosial di masyarakat berpotensi untuk meningkat karnea ketimpangan yang semakin lebar.

“Orang kaya bisa tetap survive, selain karena aset mereka masih cukup, juga karena digitalisasi. Sementar akelas menengah rentan miskin tidak semua dapat melakukan WFH, apalagi saat pendapatan juga menurun,” tandasnya.

Begini Penjelasan Pakar dan Tips yang Harus Dilakukan Menurut Huda resesi yang kemungkinan terjadi pada triwulan ke III 2020 ini beberapa hal yang harus dipersiapkan masyarakat adalah sebagai berikut:

Mengubah pola konsumsi dari konsumsi tersier ke konsumsi primer

Memperbanyak tabungan guna menghadapi krisis ekonomi (bagi yang masih ada penghasilan)

Membuka usaha baru, misalnya melalui layanan daring (online) bagi orang yang sudah kena PHK Lebih lanjut Huda mengingatkan agar pemerintah menyiapkan diri terkait dengan resesi ini.

“Siapkan jaring pengaman sosial bagi masyarakat terdampak,” ujar dia.

Baca Juga: Akibat Krisis Global Gegara Pandemi Virus Corona, Orang-orang Kaya Asia Tengah Mulai Timbun Uang Tunai, Untuk Apa?

Dikutip dari Kompas.com (4/8/2020), pakar finansial Ahmad Gozali menyebutkan masyarakat dapat melakukan sejumlah hal untuk bertahan di tengah resesi ekonomi.

Cara bertahan saat resesi

Agar bisa bertahan saat terjadi resesi, Gozali menyebut ada beberapa hal yang secara umum bisa dilakukan, yaitu:

1. Melindungi sumber penghasilan

Sebagai karyawan menurut dia sebaiknya tidak agresif pindah pekerjaan dahulu sebelum ada kepastian pekerjaan baru lebih stabil.

"Untuk yang punya usaha, pertimbangkan kembali rencana ekspansi," kata Gozali.

2. Miliki dana cadangan

Dia menyampaikan dana cadangan sebaiknya dijaga 3-12 kali pengeluaran bulanan dalam bentuk likuid.

"Artinya, kalau sekarang kurang dari itu, bisa ditambah dengan mengurangi aset risiko tinggi dan menambah likuiditas," kata Gozali.

Tahan pembelanjaan besar, terutama kredit Apabila sebelumnya ada rencana kredit kendaraan atau rumah, maka perlu dipelajari lagi risikonya.

"Apakah cukup aman untuk melanjutkan rencana tersebut. Jangan terlalu memaksakan, misalnya menggunakan dana cadangan untuk bayar DP (down payment)," kata Gozali

"Intinya dana cadangan menjadi semakin penting, jangan terpakai untuk hal lain dulu. Bahkan kalau bisa ditambah," imbuhnya.

Baca Juga: Megawati Terheran-heran: Kok Bisa-bisanya Minta Pak Jokowi Mundur?

2. Tetap belanja secara rutin

"Karena pembelanjaan konsumtif rumah tangga untuk hal-hal penting di Indonesia justru menjadi salah satu pendorong ekonomi yang dominan," kata Gozali.

Resesi ekonomi mengakibatkan penurunan secara terus-menerus pada setiap aktivitas di sektor ekonomi, misalnya ekspor dan impor, lapangan pekerjaan, investasi, dan juga keuntungan perusahaan.

Terjadinya resesi ekonomi menimbulkan efek domino pada masing-masing kegiatan ekonomi tersebut. Ketika investasi mengalami penurunan, maka tingkat produksi atas produk dan komoditas juga menurun.

Dalam buku Mewaspadai Terulangnya Krisis Ekonomi 1998 dan Upaya Pencegahannya (2020) karya Eri Hariyanto, resesi ekonomi umumnya terjadi tidak lebih dari satu tahun dan dianggap suatu gejala yang normal.

Terjadinya resesi ekonomi sering kali diindikasikan dengan menurunnya atau meningkatnya harga-harga komoditas dalam negeri.

Jika tidak segera diatasi, resesi akan berlangsung dalam jangka waktu lama sehingga menjadi depresi ekonomi.

Berikut beberapa dampak resesi ekonomi yang terjadi pada suatu negara, yaitu:

Baca Juga: Sri Mulyani Kaget! Tak Semua Menteri Punya Pemikiran yang Sama Dengannya: Banyak yang Tak Paham Birokrasi, Kami Bekerja Gila-gilaan!

1. Masyarakat kehilangan pendapatan

Salah satu dampak yang cukup mengerikan adalah masyarakat bisa kehilangan pendapatan.

Hal ini terjadi karena perlambatan ekonomi membuat beberapa perusahaan tutup dan tidak beroperasi lagi.

Dengan begitu, banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

2. Turunnya daya beli masyarakat

Dengan banyaknya masyarakat yang menganggur maka berpengaruh pula pada tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat yang menurun.

Hal ini juga berimbas pada keuntungan perusahaan yang mengalami penurunan.

3. Investasi

Resesi ekonomi juga memengaruhi instrumen investasi yang dilakukan masyarakat, salah satunya di pasar keuangan. Hal ini disebabkan menurunnya nilau suatu portofolio atau asset seperti saham. (*)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul "Indonesia Resmi Resesi, Ini Cara Bertahan Hidup Supaya Tidak Makin Terpuruk"

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Wartakotalive.com

Baca Lainnya