Sosok.ID - Amerika Serikat (AS) memang mempunyai skuadron Drone pembunuh yang sudah berkali-kali menjalankan misi pengeboman.
Di Irak saja drone macam MQ-9 Reaper sudah menjadi pemandangan sehari-hari warga Baghdad karena selalu mengudara mengintai sasaran.
Taktik dengan serangan drone ini kemudian hendak dipakai AS dalam konflik-konflik lain di belahan dunia.
China bisa jadi sasarannya.
Pimpinan militer China dan AS mengadakan perundingan tentang komunikasi krisis pada minggu ini.
Perundingan dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat antara dua negara adidaya militer tahun ini di Laut China Selatan. Sebelumnya, Amerika Serikat menyangkal laporan tentang kemungkinan serangan pesawat tak berawak (drone) di Laut China Selatan.
MelansirReuters, perundingan tersebut terjadi selang beberapa hari sebelum pemilihan AS. Menteri Pertahanan AS Mark Esper melakukan tur Asia dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo di mana mereka telah mendesak sejumlah negara untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh China. Langkah ini mendapat kritikan tajam dari China yang menyebutnya sebagai mentalitas Perang Dingin dan pola pikir zero-sum.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian mengatakan, militer China dan AS mengadakan pertemuan konferensi video tentang komunikasi krisis pada 28-29 Oktober.
Menurut Wu, Esper membantah laporan media tentang Amerika Serikat yang mempelajari rencana untuk menyerang pulau-pulau dan terumbu karang China di Laut China Selatan menggunakan drone MQ-9 jika pemilihan presiden AS tidak menguntungkan bagi Presiden Donald Trump.
"Esper mengatakan Amerika Serikat tidak berniat menciptakan krisis militer dengan China," menurut Wu.
"Kami mendesak AS untuk menjalankan hasil perundingan, menepati janjinya, dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah memprovokasi militer China di udara dan laut," kata Wu.
Dia menambahkan, China akan secara tegas melakukan serangan balasan jika diprovokasi dengan serangan di laut.
Kedua militer akan bertukar pandangan melalui konferensi video tentang bantuan kemanusiaan pada pertengahan November dan tentang keamanan maritim sebelum akhir tahun, kata Wu.
Pentagon tidak mengatakan apakah Esper secara khusus mengambil bagian dalam pembicaraan itu. Namun, Pentagon mengatakan hal itu adalah kesempatan untuk menciptakan prinsip-prinsip untuk mencegah dan mengelola krisis dan mengurangi risiko kekuatan.
"Kedua belah pihak sepakat tentang pentingnya membangun mekanisme komunikasi tepat waktu selama krisis, serta kebutuhan untuk memelihara saluran komunikasi reguler untuk mencegah krisis dan melakukan penilaian pasca krisis," demikian pernyataan Pentagon.(*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul "Ada rumor AS akan serang Laut China Selatan dengan drone, ini jawaban Pentagon"