Sosok.ID -Ada berbagai alasan yang dijadikan dalih oleh pasangan suami istri (pasutri) yang memutuskan untuk bercerai.
Dari beragam alasan, perihal kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), ekonomi, hingga adanya orang ketiga adalah yang paling sering dijadikan dalih dalam sebuah perceraian.
Namun, ada pula beberapa orang yang memutuskan untuk bercerai karena alasan yang cukup unik.
Seperti yang terjadi pada kasus perceraian pasutri asal India yang satu ini.
Di mana sang istri dari mengajukan perceraian pada Januari 2020 lalu karena suaminya jarang mandi.
Selain itu,dilansir Sosok.ID dari dari Times of India, wanita itu juga mengeluhkan perilaku sang suami yang tak memiliki etika dan sopan santun.
Komisi wanita negara bagian (SWC) telah mendengarkan keluhan wanita bernama Soni Devi (20).
Tetapi mereka akan memberikan kesempatan selama 2 bulan pada warga distrik Vaishali itu untuk memperbaiki hubungannya dengan sang suami, Manish Ram (23).
Namun, bila dalam tenggat waktu itu hubungan mereka tak membaik, maka pihak komisi akan bertindak.
Anggota SWC Pratima Sinha mengatakan bahwa Soni, warga desa Nayagaon di blok Desri di distrik Vaishali, datang ke komisi pada Kamis.
Dia datang untuk mengajukan gugatan cerai pada suaminya.
"Saya terkejut mendengar alasan konyolnya untuk menceraikan suaminya," ujar Pratima.
Dalam laporan permohonannya, Soni mengaku menikah dengan Manish, seorang tukang ledeng profesional, pada 2017 silam.
"Suami saya bau mengingat dia tak pernah bercukur atau pun mandi selama hampir 10 hari berturut-turut.
"Apalagi dia tidak pernah menyikat giginya.
"Dia juga tidak memiliki sopan santun dan tak mau mengikuti etika," tulis Soni.
Anggota SWC mengatakan Soni bersungguh-sungguh ingin menceraikan suaminya.
"Saya tidak mau tinggal bersama suami saya lagi.
"Saya tidak sanggup lagi untuk menahan penghinaan ini.
"Tolongkan pisahkan saya dari pria ini (sang suami), dia telah merusak hidup saya," ujar Pratima membacakan tulisan Soni.
Soni juga bersikeras agar suaminya mengembalikan perhiasan dan barang berharga lainnya, yang diberikan ayahnya sebagai mas kawin pernikahan.
"Kami tidak memiliki anak. Bahkan hubungan kami sebagai suami istri tidak berjalan baik.
"Hidup kami tidak ada artinya. Ini semua sia-sia," ujar Soni kepada komisi.
Anggota SWC mengatakan pihaknya mencoba untuk meyakinkan pasangan itu untuk tak mengakhiri pernikahannya.
"Saya telah memberi waktu pada suaminya selama 2 bulan untuk memperbaiki kebiasaannya.
"Bila keadaannya masih belum memuaskan setelah tenggat waktu itu, kami akan mengambil langkah tegas dan merujuk kasus itu ke pengadilan untuk proses perceraian," ujar Pratima.
Manish, ketika dihubungi mengatakan, "Saya ingin hidup bersama."
Dia sedikit gugup dengan hal tersebut dan berjanji akan memperbaiki kebiasaannya dan berusaha membuat istrinya nyaman.
Walaupun Soni bukanlah seorang wanita yang berpendidikan tinggi dan berasal dari kasta menengah ke bawah, tapi ia peka terhadap lingkungan sekitarnya dan mengetahui haknya, ujar Pratima.
Ketika ditanya apakah komisi itu diberdayakan untuk melakukan apa pun dalam kasus seperti ini, anggota SCW berkata, "Kami biasanya memiliki peran tertentu untuk menangani masalah semacam itu."
Menjelaskan lebih lanjut, Pratima mengatakan, "Setidaknya kami dapat membantu wanita itu dengan mendesak mertuanya untuk mengembalikan barang-barang berharga.
Memang benar bahwa dia akan ke pengadilan untuk mengurus perceraian hingga akhir.
Kami akan bekerja sama dengannya. Tapi prioritas utama kami adalah untuk menyelesaikan masalah ini."
Pratima juga mengatakan bahwa dirinya baru pertama kali menemukan kasus seperti itu sejak menjadi anggota komisi.
"Perceraian biasanya dipilih pasangan yang memiliki masalah serius, yang bukan pertanda baik," pungkasnya.
Sayang tidak diketahui bagaimana nasib pasutri itu, apakah mereka berbaikan atau benar-benar bercerai.
(*)