Sosok.ID - China mengatakan, AS telah melakukan langkah salah karena mencampuri urusannya dengan Taiwan.
Negeri yang dipimpin oleh Xi Jinping itu mengancam akan "membuat tanggapan yang sah dan perlu" setelah Amerika Serikat menyetujui potensi penjualan sistem senjata canggih senilai $ 1,8 miliar ke Taiwan.
Taiwan, sebuah pulau dengan pemerintahan sendiri, diketahui sedang terlibat konflik sengit dengan Beijing.
Negeri Tirai Bambu ngotot mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya, namun Tsai Ing-wen bersikeras Taiwan berdiri sendiri di luar kedaulatan China.
Dilansir dari Aljazeera, Jumat (23/10/2020), Kementerian Luar Negeri China pada Kamis mengatakan, AS sedang dalam menyetujui penjualan senjata.
Oleh China, hal ini dianggap melanggar perjanjian yang ditandatangani pada 1970-an yang menjalin hubungan diplomatik antara kedua negara.
Penjualan senjata itu termasuk 135 rudal udara-ke-darat, dimana Kementerian Pertahanan Taiwan dikatakan akan membangun kemampuan tempurnya di tengah meningkatnya ancaman China ke Taiwan.
Tindakan AS "mengirimkan sinyal yang sangat salah kepada pasukan separatis yang mengadvokasi kemerdekaan Taiwan, dan secara serius merusak hubungan China-AS", Zhao Lijian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan pada jumpa pers reguler.
Baca Juga: Taiwan Sedang Bangun Sistem Pertahanan 'Landak' untuk Hadapi China
Zhao mengatakan China akan "membuat tanggapan yang sah dan perlu tergantung (pada) bagaimana situasi berkembang".
Beijing telah meningkatkan tekanan diplomatik dan militer terhadap Taiwan, yang secara resmi dikenal sebagai Republik Tiongkok, sejak pemilihan Presiden Tsai Ing-wen tahun 2016, yang memandang pulau itu sebagai negara berdaulat de facto dan bukan bagian dari kebijakan "Satu Tiongkok" .
Jet tempur dan pembom China berkali-kali memasuki zona pertahanan udara Taiwan dengan frekuensi yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara film propaganda China telah menunjukkan serangan simulasi di wilayah yang terlihat seperti Taiwan.
China juga telah melancarkan serangan diplomatik yang bertujuan mendekati beberapa sekutu resmi Taiwan, dan Taipei sekarang memiliki hubungan diplomatik hanya dengan 15 pemerintah nasional secara global.
Menteri Pertahanan Nasional Taiwan Yen De-fa menyambut baik penjualan senjata terbaru AS pada Kamis pagi.
Ia mengatakan, meski Taiwan tidak ingin terlibat dalam perlombaan senjata dengan China, namun mereka tetap membutuhkan militer yang kredibel.
Berbicara kepada wartawan, Yen mengatakan penjualan senjata itu bertujuan untuk membantu Taiwan meningkatkan kemampuan pertahanan dalam menghadapi "ancaman musuh dan situasi baru".
"Ini termasuk kemampuan tempur yang kredibel dan kemampuan peperangan asimetris untuk memperkuat tekad kami demi mempertahankan diri," tambahnya.
Pemerintah AS sebelumnya telah mewaspadai kesepakatan senjata besar dengan Taipei karena takut memicu kemarahan di Beijing.
Tetapi Presiden Donald Trump telah membuat sikap keras terhadap China sebagai tema sentral kampanyenya untuk pemilihan ulang pada 3 November mendatang.
Selain mencari hubungan lebih dekat dengan Taiwan, AS telah memperketat pembatasan pada media China dan menjatuhkan sanksi kepada pejabat, perusahaan, dan badan pemerintah China atas tindakan mereka di Tibet, Hong Kong, dan Laut China Selatan yang disengketakan. (*)