35 Tahun Berselang, Cara Vietnam Pecundangi Militer Canggih AS dalam Perang Tahun 1965-1968 Terbongkar, Ternyata Pakai Strategi yang Diciptakan Jenderal Sudirman!

Rabu, 16 September 2020 | 20:00
Wikipedia

35 Tahun Berselang, Cara Vietnam Pecundangi Militer Canggih AS dalam Perang Tahun 1965-1968 Terbongkar, Ternyata Pakai Strategi yang Diciptakan Jenderal Sudirman!

Sosok.ID - Perang Vietnam atau Perang Indocina II menjadi salah satu cerita paling mencengangkan dalam sejarah peperangan.

Tentara Vietnam Utara (Viet Minh) yang di atas kertas kalah segala-galanya dari Amerika Serikat ( AS) yang hendak menguasai Vietnam Selatan, justru sanggup memukul mundur lawannya.

Vietnam saat itu terbagi dua, yaitu Utara dan Selatan sesuai Perjanjian Jenewa setelah Perancis kalah di Perang Indocina I pada Juli 1954.

Kala itu Vietnam dijanjikan agar diadakan pemilih untuk menyatukan mereka dua tahun kemudian, tapi kenyataannya nihil.

Setahun kemudian Ngo Dinh Diem muncul sebagai pemimpin Vietnam Selatan yang didukung AS, sedangkan Ho Chi Minh tetap memimpin negara komunis di Vietnam Utara.

Baca Juga: Amerika Layarkan Destroyer USS Ross di Laut Baltik, Armada Rusia Siaga Level Tinggi

Para ahli strategi Hanoi mengaku tak pernah membayangkan mereka bisa menghabisi AS, meski di depan musuhnya mereka berkata sebaliknya.

Seperti yang dikatakan propagandis komunis, "Kekuatan massa yang digerakkan partai" terbukti jauh lebih efektif daripada kekuatan militer konvensional yang dibawa tentara "Negeri Paman Sam".

Panglima tertinggi pasukan militer Vietnam Vo Nguyen Giap saat itu mengatakan, AS lebih unggul dari pasukannya, tetapi mereka justru tidak memahami kekuatan dan kelemahan sendiri, yang berbeda dari pasukan Hanoi.

Di peperangan yang berlangsung mulai November 1955 sampai 30 April 1975 ini Vietnam menganut strategi Dau Tranh.

Douglas Pike eks perwira Kementerian Luar Negeri AS menerangkan, Dau Tranh adalah taktik menggunakan "orang sebagai alat perang".

Baca Juga: Semakin Brutal, Iran Berencana Eksekusi Mati Dubes AS untuk Afrika Selatan, Diduga Gegara Ingin Balas Dendam pada Trump

"Mistik yang mengelilinginya meliputi organisasi, mobilisasi, dan motivasi orang-orang. Kekerasan juga diperlukan tapi bukan itu tujuannya," ujarnya dikutip dari Daily Beast edisi 18 November 2017.

Tujuan dari strategi ini adalah untuk merebut kekuasaan dengan melumpuhkan masyarakat dengan cara-cara khusus yaitu pembunuhan, propaganda, dan perang gerilya yang dipadukan operasi militer konvensional.

Merekrut petani

Dirangkum dari BBC, Vietnam menggunakan taktik berakronim PEG (Peasants, Enemy, Guerilla) untuk melawan AS.

Peasants (petani) "direkrut" tentara Vietcong setelah berperilaku baik ke mereka, terkadang sampai membantunya di sawah.

Baca Juga: Bikin China Kebakaran Jenggot, PLA SiapTerjun Habisi Negara yang Ikut Campur, Beijing: AS Nggak Ngaca!

Sebab, para Vietcong butuh makanan, perlindungan, dan tempat sembunyi dari para petani.

Vietcong sendiri adalah akronim dari Vietnam Cong-san atau komunis Vietnam, istilah yang dipakai AS untuk Front Pembebasan Nasional (NLF) yang dibentuk dengan dukungan Vietnam Utara.

Enemy (musuh) adalah cara Vietcong mendoktrinasi para petani bahwa sawah mereka akan direbut lagi oleh AS dan Vietnam Selatan.

Para petani ditanamkan pemahaman bahwa orang Amerika adalah penjajah seperti orang Perancis, tetapi dengan lebih banyak uang dan senjata yang lebih bagus.

Orang-orang AS berada di sana untuk merampok tanah dan kebebasan orang-orang Vietnam.

Baca Juga: Amerika Pamer Otot Militer, Terbangkan Pembom Nuklir B-52 Stratofortress di Dekat Wilayah Rusia

Kemudian politisi dan para jenderal Vietnam Selatan mereka sebut sebagai boneka AS dan tidak peduli kesejahteraan rakyat.

Stategi ketiga adalah Guerilla (gerilya). Vietcong selalu memastikan mereka memilih medan tempur yang bisa dimenangkan.

Senjata-senjatanya antara lain tombak, pedang, dan peledak yang diambil dari tentara AS untuk menyergap patroli Jebakan dibuat dari bambu runcing, ranjau, granat, dan peluru.

Vietcong tidak memakai seragam dan tidak bisa ditemukan di lokasi tertentu.

Mereka punya terowongan untuk kabur ke hutan, dan unit-unit mereka sangat kecil, sehingga jika ditangkap tidak bisa disiksa untuk mengorek informasi tentang prajurit lainnya.

Baca Juga: Ogah Tinggal Diam Diganggu Militer Rusia, AS Sengaja Gelar Latihan Jet Tempur dan Pembom dekat Perbatasan Wilayah Putin: Itu Tindakan Permusuhan!

Semua strategi itu dikombinasikan dengan dendam kesumat dari orang-orang yang sudah lama terjajah.

Benih kebencian orang Vietnam pada penjajah sudah tertanam sejak masa kolonoal Perancis pada 1887.

Di sisi lain rezim di Vietnam Selatan yang dihuni para elite politik, lekat dengan korupsi dan intrik, serta tidak akrab dengan kaum tani untuk mengatasi berbagai persoalan.

Selain petani, pasukan komunis juga beranggotakan kuli angkut, pekerja bangunan, tentara, agen Vietcong yang bekerja di pangkalan Angkatan Darat AS dan Vietnam Selatan.

Jalannya peperangan Dengan terus memperluas jalur Ho Chi Minh sebagai jalur pasokan utama dan pasukan pendukung dari Vietnam Utara ke medan perang di selatan, dan mengerahkan banyak pasukan di Kamboja serta Laos, Viet Minh berhasil mengisolasi AS di medang perang pada 1965-1968.

Tidak ada cara lain untuk mengalahkan Vietcong di Selatan kecuali pasokan mereka bisa ditutup dari Utara.

Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS sempat memotong jalur itu, tapi jumlah pasukan dan persenjataan yang dibawa Vietcong ke Selatan tetap meningkat hampir setiap bulan pada 1965-1967.

Puncaknya adalah Serangan Tet pada 31 Januari 1968.

Setiap kota besar, kecil, dan banyak instalasi militer utama di Vietnam Selatan diserang serentak oleh Vietcong yang menjadi bencana besar bagi Hanoi.

Tak kurang dari 45.000 korban tewas berjatuhan dalam serangan ini.

Baca Juga: Indonesia Jadi Kunci Kemenangan Negara yang Perang di Laut China Selatan, Menlu Retno Tegaskan pada AS dan Tiongkok: Jangan Libatkan Kami!

Tapi tujuan krusial dari serangan ini bukan untuk merebut atau mempertahankan wilayah.

Sebaliknya, serangan itu bertujuan menghancurkan mental publik Amerika dan pemerintahannya, dengan mengekspos kegagalan strategi AS.

Setelah 1968 Hanoi tidak melibatkan pasukan regulernya di pertempuran besar, dan hampir seluruhnya kembali ke aksi gerilya unit kecil selama sekitar 2 tahun.

Pasukan darat AS mulai mundur secara besar-besaran pada pertengahan 1969.

Presiden Richard Nixon kala itu memperluas perang ke Laos dan Kamboja, menewaskan puluhan ribu orang tapi tidak meredam niat Hanoi melanjutkan perang sampai tujuan akhirnya tercapai.

Dua pemimpin Vietnam Utara Le Duan dan Le Duc Tho yang termasuk dua negosiator paling alot dalam sejarah diplomatik, akhirnya mencapai kesepakatan dengan AS dan pasukan musuh setuju menarik semua pasukannya dari Vietnam pada Maret 1973.

Baca Juga: Latihan Militer Gabungan China dan Rusia Bakal Digelar, NATO Siap Melawan

Sementara itu unit-unit dari Vietnam Utara tetap diizinkan tinggal di Vietnam Selatan.

Nixon lalu mundur dengan memikul aib pada 9 Agustus 1974, dan penggantinya yakni Gerald R Ford enggan melanjutkan janji Nixon untuk membantu Vietnam Selatan dengan kekuatan AU AS.

Perang berakhir pada 30 April 1975 lewat Operasi Frequent Wind, untuk mengungsikan lebih dari 7.000 warga sipil AS dan Vietnam yang keberadaannya "berisiko" di berbagai kawasan Saigon.

Mereka diangkut dengan helikopter.

Hari itu sekitar pukul 8 pagi pasukan AS terakhir angkat kaki dari Saigon dan mengakhiri perang Vietnam dan Vietcong akhirnya menguasai Saigon.

Baca Juga: Biki Kontroversi! Iran, Korea Utara, China, Hingga Rusia Diajak Tabuh Genderang Perang, Presiden AS Justru Dinominasikan Dapat Nobel Perdamaian, Kok Bisa?

Beberapa hari sebelumnya Mayor Harry G Summers dari AD AS berkata ke lawannya di Vietnam Utara, "Anda tahu Anda tidak pernah mengalahkan kami di medan perang."

Kolonel Tu dari Tentara Rakyat Vietnam menjawab, "Mungkin begitu, tapi mungkin tidak juga." (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Perang: Rahasia Taktik Dau Tranh yang Bungkam AS di Perang Vietnam"

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya