Sosok.ID - Ketua PA 212, Slamet Maarif mengungkapkan opininya jika Prabowo Subianto maju ke pemilipan presiden tahun 2024.
Menurutnya, jika sampai Ketua Umum Partai Gerindra tersebut kembali mencalonkan diri, maka Prabowo tak bisa disebut sebagai negarawan.
Hal itu diungkapkan Slamet Maarif dalam acara 'Sapa Indonesia Malam' yang kembali diunggah pada YouTube Kompas TV, Senin (10/8/2020).
Slamet mengatakan, seorang negarawan seharusnya lebih mementingkan kepentingan rakyatnya ketimbang partainya.
Sementara Slamet menganggap Prabowo telah meninggalkan rakyatnya, yakni para pendukungnya di Pemilu 2019.
"Ketika beliau mengatakan akan jatuh bangun bersama rakyat tapi kemudian meninggalkan rakyat yang pada pilpres kemarin luar biasa berkorban segalanya untuknya.
"Sehingga ketika Pak Prabowo bergabung dengan pemerintah, kecewa itu begitu kita rasakan," kata Slamet Maarif, dikutip Sosok.ID.
Selain karena merasa dihianati, Slamet Maarif menyebut bahwa 212 juga mempertimbangkan usia untuk mendukung calon presiden di pemilu mendatang.
"Sedangkan bangsa butuh pemimpin yang energik, yang masih muda, dan betul-betul ada untuk bangsa dan negara," lanjutnya.
Slamet menyoroti apa yang Gerindra rasakan saat ini adalah bagian dari pengaruh 212 di pemilu tahun 2019.
Sehingga harusnya Prabowo tidak melupakan hal tersebut.
"Artinya untuk 2024 seorang negarawan harus mempertimbangkan itu. Kan sekarang Pak Prabowo sudah meninggalkan kita semua dengan bergabung ke pemerintah," ngkapnya kecewa.
Juru Bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak yang juga menjadi narasumber di acara tersebut lantas menyanggah ucapan Slamet Maarif.
Bebeda dengan Slamet yang merasa ditinggalkan, Dahnil justru menganggap bergabungnya Prabowo ke pemerintahan demi kebaikan rakyat secara luas.
"Saya mau tegaskan Pak Prabowo tidak pernah berkhianat meninggalkan pendukung," ujar Dahnil Anzar.
"Beliau juga tidak pernah lupa dengan para pendukung yang bersusah payah, bercucuran keringat darah ketika masa-masa kontestasi," jelasnya.
Alih-alih berkhianat, Dahnil menganggap keputusan Prabowo saat ini adalah demi kebaikan rakyat bersama.
"Saya mau katakan justru apa yang beliau lakukan pada saat ini memilih untuk bergabung dengan pemerintah itu adalah menjaga persatuan agar bangsa ini tidak pecah," kata Dahnil Anzar.
Dahnil juga menceritakan, pada suatu waktu Prabowo menuturkan bahwa dirinya sadar tentang banyaknya ejekan dari pihak luar kepadanya.
Keputusan bergabung dengan pemerintahan diakui Prabowo memunculkan banyak hinaan kepadanya.
Baca Juga: Jokowi Sarankan Prabowo Beli Mesin Perang Buatan Dalam Negeri Pakai Uang Tunai Tanpa Kredit
"Pak Prabowo kemarin juga menyebutkan, 'saya tahu saya diejek, dihina,' beliau sampaikan begitu 'tapi itu tidak ada masalah, itu adalah konsekuensi langkah yang harus dipilih oleh seorang pemimpin," ungkap Dahnil Anzar.
Apa yang disampaikan Prabowo membuat Dahnil berfikir bahwa Ketum Gerindra tersebut selama ini telah menderita karena terlalu banyak tahu.
Lebih lanjut, Dahnil menyindir Slamet Maarif, mengatakan bahwa langkah Prabowo untuk bergabung di pemerintahan, mungkin telah menyelamatkan nasib PA 212.
"Jangan-jangan langkah beliau ini justru menyelematkan Pak Slamet Maarif, menyelamatkan banyak orang, dan sebagainya."
"Tentu tadi dengan menjaga persatuan salah satunya," pungkasnya.
(*)