Bukan Polisi Atau Tentara, di Negara Gangster yang Urus Penanganan Covid-19 Sampai Nekat Bunuh Orang yang Langgar Aturan Lockdown, Begini Kronologinya!

Jumat, 17 Juli 2020 | 14:35
La Verdad

(ilustrasi kartel) Bukan Polisi Atau Tentara, di Negara Gangster yang Urus Penanganan Covid-19 Sampai Nekat Bunuh Orang yang Langgar Aturan Lockdown, Begini Kronologinya!

Sosok.ID - Virus corona kini tengah mewabah di seluruh dunia sudah lebih dari setengah tahun.

Negara-negara pun membuat aturan untuk bisa menekan persebaran virus corona yang dikenal dengan nama covid-19.

Sampai menunggu vaksin yang sedang diproses, banyak negara menerapkan Lockdown atau penguncian diri, namun tak sedikit pula yang lebih memilih untuk mengeluarkan kebijakan social distancing/physical distancing seperti di Indonesia.

Kebijakan tersebut biasanya dibuat dan dijalankan oleh pemerintahan pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah.

Baca Juga: Nama-nama Beken Seperti Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo Tak Masuk Daftar, Presiden Jokowi Puji 5 Gubernur Berkinerja Baik Atasi Covid-19, Siapa Saja?

Namun berbeda dengan negara yang satu ini.

Bukan lagi pemerintah atau negara yang memiliki kekuasaan penuh dalam melaksanakan kebijakan lockdown untuk menanggulangi covid-19 di negara tersebut.

Tetapi malah kelompok bersenjata seperti gangster atau kartel yang lebih konsen mengurusi masalah covid-19.

Ya, Kolombia kini sedang menerapkan lockdown untuk mencegah semakin bertambahnya kasus pasien positif corona.

Baca Juga: Istrinya Positif Covid-19, sang Suami Lebih Yakin Kalau Pasang Diserang Ilmu Hitam: Cuma Setan Saja Itu

Namun yang agak berbeda adalah yang menjadi petugas untuk menertibkan masyarakat saat kebijakan lockdown diterapkan bukanlah aparat seperti polisi, tentara maupun petugas kesehatan, melainkan gangster di negara tersebut.

Bahkan agaknya gangster ini sedikit kejam dalam usahanya untuk membuat masyarakat mematuhi aturan lockdown tersebut.

Melansir dari Human Right Watch (HRW) yang dikutip dari kompas.com, bahkan kelompok bersenjata tersebut tak segan mengancam dan yang paling parah sampai membunuh orang yang tak taat aturan lockdown.

Beberapa bulan terakhir misalnya, setidaknya ada sembilan orang yang tewas di tangan geng kriminal tersebut.

Baca Juga: Viral! Kabur Terbirit-birit Tinggalkan Motornya, Driver Ojol di Pangkalan Ini Lari Saat Didatangi Wanita, Ternyata Gegara Diikuti Petugas Medis, Ini Kronologinya!

Hal itu disebut bahwa semua korban ditembak lantaran melanggar atau terang-terangan menentang kebijakan untuk menekan angka covid-19 tersebut.

Bahkan salah satu pemimpin di komunitas setempat bernama Edison Leon ditemukan tewas dengan sepucuk surat peringatan kepada pemerintah disamping jasadnya.

Surat tersebut berisikan informasi menganai salah satu gangster bernama La Mafia yang melakukan pemaksaan pos pemeriksaan terhadap masyarakat termasuk tenaga medis di wilayah Putumayo, Kolombia.

"Saya tidak berniat untuk mengirimkan orang kepada kematian," tulis Leon.

Baca Juga: Sebulan Lebih Terombang-ambing di Samudera Lepas, Begitu Pulang Puluhan Awak Kapal Ini Dinyatakan Positif Covid-19, Padahal Saat Berangkat Hasil Tesnya Negatif Virus Corona

AFP via Kompas.com
AFP via Kompas.com

Tentara Kolombia berpatroli di jalanan Usme, selatan Bogota, pada 15 Juli 2020. Pada 13 Juli, Bogota menerapkan lockdown zonasi, berefek pada 2,5 juta rakyatnya untuk menangkal Covid-19.

Beberapa hari kemudian, kelompok itu membunuhnya.

Sebagai informasi, Kolombia menjadi salah satu negara dengan catatan orang terinfeksi covid-19 cukup banyak.

Hingga hari Rabu malam waktu setempat (15/7/2020), kasus covid-19 di negara di Amerika Latin tersebut telah mencapai 165.169 kasus dengan 5.814 korban meninggal.

Tak hanya di Putumayo saja, di wilayah bernama Tumaco yang juga dikenal sebagai tempat paling berbahaya di negara tersebut pun, gangster juga melakukan aksi polisinir pada warganya.

Baca Juga: Sudah Terapkan Protokol Kesehatan Sepulang dari AS, Wanita Tanpa Gejala Covid-19 Tularkan Virus Corona ke 70 Orang dalam Waku Singkat Gegara Naik Lift

Geng kriminan tersebut melarang warga di wilayah itu untuk memancing adalah salah satu yang diterapkan oleh kelompok bersenjata tersebut.

Dilansir Daily Mail Kamis (16/7/2020), mereka bahkan menerapkan jam malam pukul 17.00. Jauh lebih ketat dari yang diberlakukan pemerintah.

Jose Miguel Vivanco, Direktur Amerika HRW menerangkan, hukuman keras dari kartel maupun geng itu menyasar daerah miskin maupun terpencil.

"Setiap orang yang berada di daerah tersebut terancam diserang, bahkan harus kehilangan nyawanya jika meninggalkan rumah," jelas Vivanco.

Baca Juga: Ngeyel Tingkat Dewa, 25 Mahasiswa di Solo Diduga Nekat Adakan Pesta Wisuda Hingga Akhirnya Tertular Covid-19 dan Buat Klaster Baru Hingga Buat Gubernur Jateng Geram

Ternyata dalam kartel bersenjata di Kolombia yang menerapkan peraturan lockdown lebih ketat dari pemerintah tersebut berisi mantan pemberontak.

Pemberontak yang berasal dari kelompok Revolutionary Armed Forces of Colombia dan Pasukan Pembebasan Nasional.

Menurut Vivanco, kelompok tersebut bukan hanya ingin merebut pengaruh di mata masyarakat tetapi mereka juga ketakutan akan ancaman virus corona.

Baca Juga: Achmad Yurianto Tegaskan Saat Makan Jangan Pernah Turunkan Masker! Corona Mengintai

Sebab banyak di daerah pedesaan dimana kelompok tersebut beroperasi, mereka tak memiliki fasilitas kesehatan yang memadahi seperti ventilator.

"Jelas terdapat ketakutan bahwa wabah ini bisa menjangkiti mereka," jelas Vivanco. Apalagi selain pandemi, Kolombia juga dihantam isu lain. (*)

Tag

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber Kompas.com, Daily Mail, Human Rights Watch