Sosok.ID - Suhu di Laut China Selatan kini semakin mendidih bukan karena perubahan iklim.
Melainkan karena kondisi ketegangan beberapa negara yang berkepentingan di wilayah tersebut.
Hal itu dipicu dengan sengketa wilayah perbatasan di Laut China Selatan antara beberapa negara yang memuncak akhir-akhir ini.
Ditambah dengan kenekatan China membangun pulau buatan di wilayah sengketa termasuk juga mengklaim batas wilayah menggunakan dasar sejarah mereka.
Bahkan Indonesia juga termasuk di dalam konflik tersebut lantaran batas wilayah bagian Utara Indonesia yang berhadapan langsung dengan laut Natuna ikut diklaim oleh Tiongkok.
Yang terbaru adalah ketegangan antara militer Amerika Serikat (AS) dengan militer China yang semakin menunjukkan ke arah serius berperang.
Belum lama ini kedua kekuatan militer yang tergolong hebat di dunia internasional itu saling berhadapan di tengah samudera.
Kedua negara yang kini sedang mengalami penurunan hubungan bilateral itu saling berhadapan saat menggelar latihan perang.
Dua kapal induk AS yang dilaporkan menggelar latihan di Laut China Selatan disaksikan dan menyaksikan pihak China yang juga sedang menggelar latihan di wilayah tersebut.
Kapal USS Nimitz dari Carrier Strike Group menggelar latihan dengan kapal induk dari Armada Ketujuh, USS Ronald Reagan, pada 4 Juli, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS.
Komandan USS Nimitz, Laksamana Muda James Kirk melalui sambungan telepon menyatakan, latihan mereka diperhatikan oleh kapal China.
"Mereka melihat kami dan kami melihat mereka," ujar Laksamana Kirk dari Nimitz sebagaimana diberitakan Reuters pada Senin (6/7/2020).
Sebelumnya, memang wilayah Laut China Selatan adalah salah satu tempat latihan bagi armada laut AS sebagai bentuk unjuk gigi kekuatan mereka.
Namun akhir-akhir ini ketegangan di wilayah tersebut semakin memuncak setelah klaim China dan peristiwa pandemi virus corona memperkeruh hubungan banyak negara dengan Tiongkok.
Melansir dari Kompas.com yang mengutip dari berbagai sumber luar negeri, China diketahui secara terang-terangan mengklaim sepersepuluh dari laut yang kaya akan sumber daya alamnya tersebut.
Sumber daya alam tersebut diklaim bisa mencapai 3 triliun dolar AS atau senilai Rp 43,4 kuadrilion per tahunnya.
Wilayah yang diklaim oleh China tersebut mencakup perbatasan laut dari pulau Senkaku Jepang, hingga laut Utara Natuna Indonesia.
Hal itupun memicu ketegangan China dengan berbagai negara yang dilintasi oleh lautan yang cukup luas tersebut.
Ketika mengumumkan latihan tersebut, Pentagon menjelaskan bahwa mereka ingin "menegakkan hak segala bangsa untuk berlayar, terbang, dan beroperasi di sana".
Kementerian Pertahanan AS menyatakan bahwa kapal induk berbobot 100.000 ton dan berisi 90 pesawat merupakan "simbol pembebasan".
Setidaknya ada sekitar 12.000 pelaut dalam dua armada tempur skala besar milik U.S Navy tersebut.
Di sisi lain, pihak Tiongkok melalui juru bicara pemerintahannya, Zhao Lijian menuduh agenda yang dilakukan oleh AS itu bermotif terselubung.
"AS secara sengaja mengirim pasukan besar-besaran untuk melakukan latihan militer di perairan sebagai unjuk kekuatan," kritik Zhao dikutip ABC.
Sedang China sendiri dicap ingin menguasai sebagian besar wilayah di laut bagian selatan negeri "Panda".
Salah satunya dengan membuat pulau buatan di tengah lautan sebagai pangkalan militer mereka belum lama ini yang dikecam banyak pihak. (*)