Sosok.ID - Polemik antara Negeri Paman Sam dan Negeri Tirai Bambu kian memicu ketegangan, termasuk di kawasan Asia.
Bahkan ada kemungkinan keduanya akan menjadikan Asia Tenggara sebagai arena pertarungan.
Seperti kata pepatah 'Peluru tidak mempunyai mata'
Maka pada sebuah peperangan pihak yang tidak terlibat bisa kena getahnya.
Intinya peperangan tidak akan menguntungkan bagi siapapun karena hanya akan menimbullkan kerusakan.
Tapi mau bagaimana lagi, selama manusia ada maka selama itu pula perang akan selalu berkumandang di dunia.
Tensi antara China dan Amerika Serikat kembali memanas soal Asia Tenggara.
Pejabat kedua negara kini saling tuduh atas kegiatan mereka di Asia Tenggara.
Baca Juga: Amerika Memang Berniat Gempur China, 60 Persen Kekuatan US Navy Sudah Bercokol di Asia-Pasifik
Silang pendapat ini muncul di saat persaingan strategis antara Amerika Serikat dan China di kawasan ini kian meningkat.
Dilansir dari South China Morning Post, Duta Besar China untuk Singapura Hong Xiaoyong menyampaikan serangan terbaru dengan menuduh Menteri Pertahanan AS Mark Esper telah memicu ketegangan dengan menyebut China sebagai ancaman.
Dia membuat pernyataan di The Straits Times sebagai tanggapan atas opini yang ditulis oleh Esper di koran Singapura tersebut pada minggu lalu.
Baca Juga: Tensi Tinggi! Tiga Kapal Induk Amerika Sudah Bersiaga di Mulut Perairan China
Dimana Esper telah menyerukan hubungan keamanan yang lebih dekat dengan sekutu regional di Asia Tenggara di tengah tantangan yang ditimbulkan oleh Covid-19 dan Partai Komunis China.
Menurut Hong, ini adalah upaya lain untuk menjual strategi Indo-Pasifik Amerika Serikat setelah tawaran pendahulunya pada dialog di Shangri-La tahun lalu.
Dia merujuk pada KTT keamanan regional tahunan di Singapura, yang dibatalkan tahun ini karena pandemi Covid-19.
Baca Juga: Giliran Eropa Tekan China, Jika Xi Jinping Acuh Bakal Ada Konsekuensi Serius
Hong menuduh menteri pertahanan AS berusaha menyebabkan gesekan antara kekuatan utama dan menambah ketegangan di wilayah tersebut.
Itu adalah babak baru dalam permainan menyalahkan antara Beijing dan Washington, ketika kedua negara berhadapan di berbagai bidang.
Mulai dari perdagangan dan teknologi, hingga ideologi dan asal-usul virus corona hingga meningkatkan kekhawatiran adanya Perang Dingin yang baru.
Baca Juga: Ready To War, Amerika Rancang Operasi Ofensif untuk Gebuk PLA Navy China di Pasifik
Dalam opininya minggu lalu, Esper mengatakan AS akan berinvestasi lebih banyak untuk memodernisasi pasukannya di kawasan dan memperkuat pencegahan sebagai bagian dari upaya mempersiapkan militer AS untuk konflik di masa depan.
Dia menyerukan ikatan keamanan yang lebih kuat dengan negara-negara di Indo-Pasifik termasuk Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Thailand, Filipina, Australia dan India dan menuduh Beijing melakukan kegiatan memfitnah.
“Perilaku destabilisasi Partai Komunis China di laut Timur dan China Selatan, melalui milisi angkatan laut, penjaga pantai dan maritim, termasuk upaya untuk merusak administrasi Kepulauan Senkaku di Jepang, melecehkan pengembangan minyak dan gas Malaysia dan Vietnam, mengirimkan armada penangkapan ikan yang dikawal ke negara-negara Asia Tenggara yang diklaim sebagai zona ekonomi eksklusif, dan militerisasi fitur yang diduduki bertentangan langsung dengan komitmen China di bawah hukum internasional," tulisnya.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di Kontan dengan judul "Tensi meninggi, Asia Tenggara bakal jadi arena pertarungan antara China dan Amerika?"
(Tendi Mahadi)