Sosok.ID - Pukul 14.49 waktu setempat, penduduk yang tinggal diperbatasan dan dekat dengan kantor penghubung Kaesong, antara dua negara Korea dikejutkan dengan suara dentuman.
Dentuman tersebut berasal dari suara ledakkan tepat di perbatas kedua negara tersebut.
Itu adalah ledakkan yang menandai kembalinya hubungan tak akur saudara lama yang dikumandangkan kembali.
Kantor Penghubung Kaesong diledakkan atas perintah adik penguasa Korea Utara, Kim Yo Jong.
Asap pun mengepul di langit perbatasan dua negara Korea tersebut selama beberapa waktu akibat diledakkannya kantor yang dibangun dua tahun lalu.
Pelaku peledakan tak lain adalah Korea Utara sebagai tanda babak baru perseteruan dan ketegangan kedua negara tersebut.
"Utara menghancurkan Kantor Penghubung Kaesong pada pukul 14.49," kata Kementerian Unifikasi Korsel dalam pesan peringatan kepada awak media.
Pemberitaan mengenai peledakkan kantor penghubung kedua negara tersebut hanya selang beberapa menit setelah asap mengepul di Kaesong.
Asap terlihat dari Kaesong, kota di perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan, pada 16 Juni 2020. Korea Utara disebut sudah meledakkan kantor penghubung dengan Korsel di Kaesong.
Kantor penghubung kedua negara yang sempat akur dan terbukti pada gelaran Asian Games 2018 di Indonesia lalu itu pun kembali ke posisi awal yang saling bermusuhan.
Melansir dari AFP, Selasa (16/6/2020) kantor penghubung tersebut dibangun dua tahun lalu sebagai bentuk keakuran kedua negara.
Tokoh di balik aksi penghancuran kantor penghubung tersebut tak lain adalah adik Kim Jong Un yang kini mulai unjuk gigi kekuatan politiknya di negara Komunis tersebut.
Kim Yo Jong memang digadang-gadang sebagai pengganti sang kakak yang disebut juga memiliki sifat lebih bengis ketimbang penguasa Korea Utara saat ini.
Sudah terbukti dengan pernyataannya beberapa waktu yang lalu setelah insiden provokasi dari beberapa pihak di Korea Selatan pada pemerintahan Korea Utara.
Bahkan pernyataan yang awalnya dikira hanya sebuah gertakan kini menjadi sebuah kehati-hatian atas tindakan Kim Yo Jung yang dirasa lebih nekat ketimbang sang kakak.
"Tidak lama lagi, adegan tragis di mana kantor penghubung antara Utara dan Selatan yang tak berguna akan terjadi," ancam Kim Yo Jong.
Mengutip dari Yonhap, salah satu analis menyatakan bahwa Korea Utara berusahan memanfaatkan krisis ini untuk menekan Seoul.
Baca Juga: Adik Kim Jong Un Ngamuk Sebut Pembelot Korea Utara Adalah Anjing Bodoh
Kim Yo Jong adik Kim Jong Un, saat ini hanya dia yang siap memimpin Korut menggantikan sang kakak
Tujuannya adalah agar membujuk Amerika Serikat melakukan konsensi dalam perundingan mengenai denuklirisasi.
Diketahui memang sejak akhir Juni, negara Komunis tersebut memang sering melontarkan serangan secara verbal pada negara tetangganya tersebut.
Hal itu lantaran buntut aktivitas para pembelot Korea Utara di perbatasan kedua negara belum lama ini.
Para pembelot Korea Utara itu sering mengirim barang seperti USB berisi drama Korea Selatan, uang pecahan 1 dollar, dan pamflet melalui balon.
Pamflet yang biasanya disebar oleh para pembangkang Korut melalui balon tersebut berisi kritikan untuk Kim Jong Un, mulai dari tudingan pelanggaran HAM hingga ambisi nuklir.
Pemerintah Korea Selatan sebenarnya sudah tak tinggal diam dengan kegiatan mantan warga negara Kim Jong Un tersebut.
Namun, upaya yang dilakukan Korea Selatan itu dianggap masih belum cukup sebagai bentuk penindakan terhadap pembelot Korea Utara oleh pimpinan pemerintahan Pyongyang.
Pekan lalu, pemerintah negeri komunis mengumumkan mereka berencana untuk memutus segala hubungan komunikasi dengan Korsel.
Cheong Seong-chang, Direktur Sejong Institute's Center for North Korean Studies mengatakan, Pyongyang frustrasi dengan sikap tetangganya itu.
Dalam pandangan Cheong, Korsel dianggap gagal memberikan solusi agar perundingan Korut-AS tetap berlanjut.
Jadi, mereka menciptakan kondisi yang bisa menyelamatkan mereka.
"Di sini mereka menganggap bahwa peran Korea Selatan sebagai mediator negosiasi dua negara sudah gagal," jelas Cheong.
Kantor perwakilan di wilayah Kaesong tersebut dibuka pada September 2018, beberapa hari sebelum Presiden Moon Jae-in terbang ke Pyongyang untuk menemui Kim. (*)