Kisah Luhut B Pandjaitan, Tak Pernah Jadi Danjen Kopassus Tapi Bisa Miliki Pengaruh Besar, Ternyata Sosok Ini yang Berpengaruh: Saya Menerima Konsekuensi...

Minggu, 10 Mei 2020 | 17:35
Kolase Facebook Luhut Binsar Pandjaitan

Kisah Luhut B Panjaitan, Tak Pernah Jadi Danjen Kopassus Tapi Bisa Miliki Pengaruh Besar, Ternyata Sosok Ini yang Berpengaruh: Saya Menerima Konsekuensi...

Sosok.ID - Luhut Binsar Pandjaitan, adalah salah satu menteri yang kini menjabat di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Ketenarannya pun sudah tak bisa diragukan lagi oleh banyak pihak hingga mendapat kepercayaan oleh Jokowi untuk menduduki salah satu kursi menteri di kabinetnya.

Namun siapa sangka ternyata sosok yang memulai kariernya di dunia militer ini miliki cerita panjang perjuangan hidupnya.

Bahkan ia bisa dikatakan sempat dikucilkan lantaran kesetiaannya pada Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Baca Juga: Baru Semalam Icip Kerasnya Penjara,YouTuber Ferdian Paleka Viral 'Diplonco' para Napi, Kepala Dibotak Hingga Disuruh Nyemplung ke Tong Sampah Cuma Pakai Celana Dalam

Apa yang ia alami sampai bisa ke titik seperti sekarang ini memang tak banyak yang tahu.

Tapi sosok mantan atasannya inilah yang menjadi cerminnya dan teladan dari Luhut untuk bisa berkiprah dan berbakti bagi bangsa dan negara.

Lantaran kesetiaannya tersebut ia pernah tak bisa menjadi Danjen Kopassus maupun Pangdam kala masih aktif menjadi anggota TNI.

Cerita itu ia tuangkan pada sebuah unggahannya saat teringat dengan sosok salah satu tokoh nasional sekaligus tokoh TNI ini.

Baca Juga: Belum Halal, Aurel Hermansyah Sudah Halu Ngajak Bulan Madu Non Stop 3 Bulan, Atta Halilintar Syok: Udah Kayak Lockdown

Luhut pun mengatakan kiprahnya dalam dunia intelijen juga didapatkan dari sosok yang disebut sangat dekat dengan mantan Presiden kedua RI, Soeharto.

Bahkan sosok yang jadi panutan dari Luhut tersebut salah satu orang yang berani menegur tingkah laku anak-anak Soeharto kala itu.

Menteri Koordinator Kemarintiman dan Investasi tersebut membagikan sedikit kisah perjalanan hidupnya kala masih menitih karier di kesatuan TNI AD.

Berikut postingan Luhut Panjaitan di Facebook;

Baca Juga: Karma Ferdian Paleka, YouTuber yang Buat Prank Sembako Sampah pada Waria Itu Kini Jadi Bulan-bulanan Tahanan Lain di Penjara

Facebook Luhut Binsar Pandjaitan
Facebook Luhut Binsar Pandjaitan

Luhut berziarah ke makam L.B Moerdani

“Tiba-tiba Saya Teringat Pak Benny.

Suatu sore, saya tiba-tiba teringat kepada almarhum Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benyamin (Benny) Moerdani, salah satu jenderal tempur TNI yang saya kagumi. Saya memang sudah beberapa waktu tidak berziarah ke makamnya.

Saya pada suatu pagi Minggu lalu memutuskan untuk berziarah ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Nasional Kalibata.

Di pusara beliau saya memberi hormat penuh lalu mendoakan agar arwahnya diterima di sisi-Nya sesuai dengan amal jasanya sewaktu masih hidup.

Kemudian saya sentuh batu nisannya. Saya baca tulisan di nisan itu, beliau meninggal pada 29 Agustus 2004, setelah dirawat beberapa waktu di RSPAD Gatot Soebroto. Usianya 72 tahun. Relatif masih muda.

Beberapa lama saya pandang pusaranya yang sederhana, sesederhana ribuan pusara lain di TMP Kalibata yang seolah mengisyaratkan bahwa bila wafat, hanya gundukan tanah seluas 1x2 meter itulah yang tersisa.

Baca Juga: Tampuk Kekuasaan PM Malaysia Terancam, Mahathir Mohammad Layangkan Mosi Tidak Percaya ke Parlemen

Kolase Tribun Jabar
Kolase Tribun Jabar

Benny Moerdani

Betapa pun kayanya seseorang, betapa berkuasanya sewaktu masih sehidup; hanya tanah itu yang menandakan bahwa ada sesosok manusia yang pernah hidup di dunia.

Almarhum Pak Benny saya kagumi sejak saya masih perwira menengah TNI-AD.

Saya mulai kenal beliau sejak saya berpangkat Mayor, sebelum saya bersama Kapten Inf. Prabowo Subianto dikirim untuk belajar mengenai pasukan anti-teror di GSG-9 di Jerman Barat.

Meski waktu itu Pak Benny berpangkat Letjen dan menjabat Asintel Hankam/ABRI, dari waktu ke waktu ia selalu minta saya berikan laporan kemajuan sekolah kami.

Ia tidak malu menelepon saya dan mengajukan pertanyaan yang mendetail.

Setelah pulang dan saya mulai memimpin pasukan anti-teror pertama di Indonesia yaitu Datasemen 81 (Den-81), saya sering dipanggil menghadap Pak Benny di kantornya di Jalan Sahardjo (sekarang lokasinya menjadi Balai Prajurit TNI), entah menanyakan pelatihan pasukan yang baru itu, atau lain-lain.

Baca Juga: Syahrini Melulu Jadi Korban Jempol Lemes Netizen Gegara Dituduh Rebut Dirinya dari Pelukan Luna Maya, Reino Barack Langsung Pasang Badan:Nggak Usah Naif Jadi Orang, Fitnah Itu Tidak Baik!

Dari situ saya mendapat kesan khusus mengenai betapa ia memiliki karakter yang sangat kuat.

Auranya memancarkan wibawa ditambah dengan wajahnya yang keras dan jarang tersenyum.

Saya kagum bahwa loyalitas kepada pimpinan negara dan NKRI tidak perlu dipertanyakan lagi. Setiap kata atau tindakannya mencerminkan, menurut istilah masa kini, kesetiaan yang tegak lurus ke atas.

Suatu hari sebelum saya mendapat penugasan memimpin operasi khusus mengamanan Presiden Soeharto dalam KTT ASEAN di kota Manila, Filipina, Pak Benny yang sudah jadi Panglima ABRI mengatakan dengan dingin.

“Luhut, sejak dua atau tiga tahun lalu, sudah banyak yang antre untuk menggantikan saya, tetapi orang ini (sambil menunjuk foto Pak Harto di dinding) kalau terjadi sesuatu pada dirinya…Republik itu menjadi kacau…!” ujarnya dengan tegas.

“Jadi Luhut, taruhan keselamatan Pak Harto adalah lehermu..!”

Sebagai perwira saya cuma menjawab, “Siap! Laksanakan!”

Akibat sering dipanggil ke kantornya, lama-kelamaan saya jadi risih.

Baca Juga: Bebas Karena Yasonna Laoly, Eks Napi Penjahat Kelamin Setubuhi dan Bunuh Gadis 21 Tahun di Kamar Mandi

Kolase TribunJambi.com
Kolase TribunJambi.com

Luhut Binsar Panjaitan dalam kariernya di Kopassus, pasukan elite TNI AD.

Kebanggaan dipanggil oleh Panglima ABRI mengecil, karena pasti banyak yang tahu, dan banyak pula senior saya yang tidak senang, mungkin juga jadi iri, seorang perwira menengah dipanggil oleh jenderal bintang empat berjam-jam.

Suatu hari ketika mood Pak Benny sedang bagus, saya beranikan diri bertanya, “Pak, mohon izin, lain kalau memanggil saya bisakah melalui atasan saya?””

Saya curi pandang wajahnya, dan mukanya lalu mengeras. Kedua tangannya mulai menyapu-nyapu mejanya, dan saya menyesal kok berani-berani membuat beliau marah.

Tapi nasi sudah jadi bubur, saya pasrah.

“Luhut!”katanya dengan nada dalam. “Saya jenderal bintang empat…!”sambil menunjukkan tanda pangkatnya di bahu “..dan kamu Letkol…!

”Itu saja, dan saya sudah mengerti maksudnya.

“Siap!” jawab saya.

Baca Juga: Dihujat karena Jadi 'Saksi Nikah Siri' Raffi Ahmad dan Ayu Ting Ting, Eko Patrio Jawab Begini, Nagita Slavina sampai Datang ke Kantor sang Pelawak dan Temukan Tabiat Aslinya

Sejak itu saya tidak pernah berani menanyakan lagi soal itu.

Beberapa tahun kemudian ketika Pak Benny pensiun, saya menerima konsekuensi karena jadi golden boys Pak Benny.

Tapi saya terima itu dengan besar hati.

Tidak jadi Danjen Kopassus, tidak jadi Kasdam atau Pangdam; bagi saya itu harus bayar sebagai akibat kesetiaan yang tegak lurus. Dan saya bangga mampu menjalankan nilai-nilai yang diturunkan oleh Pak Benny kepada saya.

Beberapa tahun kemudian, Pak Benny sudah tidak punya power lagi, kecuali jabatan sebagai Menteri Hankam yang “tak bergigi” saya berpangkat Kolonel dan baru pulang dari pendidikan di NDU di Washington DC.

Saya datangi kantor beliau, dan menanyakan kepada Pak Benny, rumor yang beredar di luar bahwa beliau sudah “jauh” dari Pak Harto.

“Benar itu Luhut..!” katanya terus terang.

Ia menjelaskan bahwa Presiden Soeharto marah kepadanya, ketika dengan cara halus mencoba mengingatkan bisnis yang dijalankan oleh putera-puterinya yang sudah kelewat batas di meja bilyar; Pak Harto lalu tiba-tiba meletakkan stik bilyar dan masuk kamar. Sejak itu, Benny Moerdani tidak pernah dekat dengan Presidennya.

Baca Juga: Ngotot Perjuangkan Cintanya yang Tak Dapat Restu dari Orang Tua Maia Estianty, Terungkap Hal yang Dulu Pernah Buat Ahmad Dhani Klepek-klepek dengan Istri Irwan Mussry

“Tetapi asal kamu tahu ya Luhut. Apapun sikap beliau, saya tidak pernah kehilangan kesetiaan saya kepadanya…!”

Beliau berkata pendek, “Luhut, saya percaya kesetiaan Benny, saya tidak ragukan dia…! Karena Pangab sudah memutuskan, maka permasalahan sensitif tersebut selesai dengan sendirinya.”

Banyak pelajaraan mengenai kepemimpinan dan kemiliteran yang saya pelajari dari beliau. Dan saya akui, karena pengaruh Pak Benny itulah yang membuat saya tertarik pada masalah-masalah intelijen, diantaranya dalam memelihara jaringan (networking) dengan berbagai tokoh di dunia.

Baca Juga: Gegara Kelakuan Ariel NOAH dan Luna Maya, Farhat Abbas Pernah Dibuat Murka Sampai Tantang Keduanya untuk Lakukan Sumpah Pocong : Sekarang Berani Enggak?

Beliau mempunyai buku alamat kecil yang sudah lusuh karena penuh dengan nama-nama tokoh penting dan nomor telepon hot-line yang ia bisa hubungi 24 jam sehari.

Kenangan manis bersama Jenderal Benny Moerdani saya tuangkan dalam biografi saya nanti. Untuk sementara saya hanya bisa katakan, Rest in Peace Jenderal Benny! Hingga hari ini saya tidak mengecewakan harapan bapak!” (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Facebook, Tribunjambi.com

Baca Lainnya