Sosok.ID - Tutut tak tinggal diam gosip tak benar tentang kematian Tien akhirnya diklarifikasi.
Putri pertama dari mantan Presiden Soeharto, Siti Hardiyanti Hastuti atau akrab disapa Tutut, akhirnya menceritakan kematian sebenarnya sang ibu, Tien, 24 tahun silam.
Tutut membagikan ceritanya lewat media sosial pribadinya di Twitter baru-baru ini, Kamis (30/4/2020).
Tutut menceritakan pengalaman pahit kematian sang ibu tercinta yakni ibu Tien.
Tien meninggal 24 tahun silam tepatnya 28 April 1996.
Kilas balik, Tutut menceritakan saat itu dirinya sedang bertugas memimpun sidang organisasi donor darah dunia.
Kegiatan tersebut digelar di luar negeri di Prancis dan kemudian di London.
Diketahui saat itu Tutut memang menjabat sebagai Presiden Donor Darah Dunia.
Sayangnya ditengah tugasnya mengabdi kepada negara, betapa terkejutnya Tutut.
Ia mendengar kabar bahwa sang ibu atau ibu Tien telah tiada untuk selama-lamanya.
Diceritakan Tutut dirinya begitu terkejut lantaran melihat kondisi sang ibu saat ia berangkat masih bugar.
"Mendengar kabar ibu wafat saya langsung ke Jakarta," ujar Tutut lewat tulisannya dikutip dari laman pribadinya, Rabu (29/4/2020).
Baca Juga: AS Ancam Arab Saudi Agar Kurangi Produksi Minyak, Jika Tidak Nurut Bakal Ada Konsekuensi Serius
Tahu kabar ibu wafat Tutut langsung berangkat ke Jakarta menemui jenazah sang ibu yang sudah terbujur kaku.
Menurutnya perjalanannya saat pulang ke Jakarta terasa paling lama yang pernah ia rasakan.
Sementara ia harus bergegas melihat wajah terakhir Tien sembari merasakan kesedihan yang mendalam.
Penerbangan yang harus ia lalui harus berhenti dahulu di Singapore.
Beruntung, untuk mempercepat waktu Tutut dijemput sang suami hingga langsung terbang ke Solo.
Akhirnya di sana lah (Solo) Tutut bisa melihat jenazah sang ibu untuk terakhir kali.
Hingga jenazah Tien dimakamkan ke liang lahat di Giribangun, Solo.
Kala itu untuk berangkat ke makam, Tien menemani Soeharto di dalam satu mobil.
Tutut menceritakan di dalam perjalanan menuju makam itu, Soeharto tiba-tiba bercerita kepadanya dengan suara dalam.
“Ibumu pagi itu, mengeluh”
“Bapak, aku kok susah nafas yo”
“Bapak tanya mana yang sakit bu”
Ibumu bilang “Ora ono sing loro (tidak ada yang sakit), mung susah nafas pak (hanya susah nafas pak)”
Bapak bertanya lagi, “Dadanya sakit nggak bu”
Ibumu berbisik “ Ora ono (tidak ada)”
Bapak rebahkan ibu dengan bantal yang agak tinggi, karena ibumu susah nafasnya.
Bapak panggil ajudan untuk segera menyiapkan ambulans. Ibu harus dibawa ke rumah sakit segera.
Tutut pun bertanya kepada Soeharto,
"Jadi ibu tidak mengeluh sakit sedikitpun pak?”
Soeharto menjawab dengan tegas, “Tidak, ibu hanya mengatakan susah nafas.”
“Jam berapa itu pak?” Tutut bertanya.
“Kurang lebih jam 3” kata bapak (Soeharto). Berarti setelah bapak sholat tahajut.
Soeharto melanjutkan ceritanya bahwa di perjalanan Tien sudah tidak sadarkan diri.
Hingga sampai di rumah sakit, semua dokter sudah berusaha membantu Tien, tapi Allah berkehendak lain, ungkap Soeharto kepada Tutut.
Setelah itu, Soeharto tak berbicara lagi kepada Tutut.
Hanya Tutut merasa seperti seorang bapak, Soeharto mengungkapkan perasaan hati kehilangan sang istri tercinta dengan bercerita.
Kala itu Tutut tak dapat membendung air mata hingga menangis.
Lalu Tutut kembali menceritakan, selama masa hidup sang ibu dan bapaknya tak pernah saling berjauhan.
Tutut mengatakan kedua orangtuanya itu saling mencintai dan saling mendukung.
Begitu yang satu tidak ada lagi di kehidupan, maka akan terasa, ada sesuatu yang hilang dalam dirinya.
Kesedihan Tutut tak cukup sampai sana rupanya.
Tersiar kabar tak benar, bahwa Tutut meninggal karena ditembak.
Alangkah kagetnya Tutut mendengar kabar Tien wafat karena ditembak.
Tak hanya itu, kabar tersebut juga beredar Tien ditembak oleh adik-adiknya.
Mendengar kabar itu Tutut merasa heran dan tega menyebar kabar tak benar tersebut.
"Saya heran, siapa manusia yang tega menyebarkan berita keji tersebut.
Demi Allah, apa yang bapak ceritakan, itu yang terjadi," ujar Tutut.
Untuk menanggapi berita tak benar itu, tadinya diakui Tutut ia hanya akan diam saja.
Namun Tutut merasa berita tersebut terus diulang oleh orang yang tak bertanggung jawab.
Lanjut Tutut menjelaskan, sebelum ia dipanggil oleh sang Maha Kuasa, ia ingin masyarakat tahu kebenarannya.
Bahwa kematian sang ibu, Tien wafat karena murni takdir bukan karena ditembak.
Tutut pun mensyukuri lewat media sosial kini ia bisa menceritakan berita kebenarannya.
"Sebelum Allah memanggil saya, masyarakat harus tahu kebenarannya.
Dan alhamdulillah sekarang ada medsos, yang alhamdulillah, sayapun ikut aktif di sana.
Siapapun yang membuat cerita itu, dan siapapun yang ikut menyebarkan, kami serahkan pada Allah untuk menilainya. Karena kami meyakini, bahwa Allah adalah Hakim Yang Maha Adil," pungkasnya.
Terakhir Tutut berterimakasih kepada orang-orang yang senantiasa mendoakan keluarganya. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul "Gosip Tien Tersebar Wafat karena Ditembak, Tutut Sedih Akhirnya Bongkar Kematian Sang Ibu Sebenarnya"