Sosok.ID - Teori-teori konspirasi tentang asal-usul virus corona masih terus digaungkan di tengah kerja keras dunia.
Mencuat pertama kali pada Desember 2019, virus corona jenis baru yang muncul pertama kali di China ini diyakini berasal dari Pasar Seafood Huanan di Wuhan.
Meski begitu tudingan-tudingan muncul untuk Tiongkok, dimana negeri Tirai Bambu dianggap sengaja menyembunyikan indormasi sebenarnya mengenai pandemi Covid-19.
Melansir BBC via Kompas.com, sejumlah negara menyerukan untuk diadakan penyelidikan terkait asal-usul virus corona.
Penyelidikan internasional ini dilakukan guna mengetahui bagaimana virus berkembang.
Namun China dengan tegas menolak rencana penyelidikan internasional.
Menganggap bahwa hal itu berkaitan dengan politik yang tak akan membawa hasil baik, justru hanya akan mengalihkan upaya dunia memerangi wabah.
Hal itu disampaikan oleh Diplomat Beijing di Inggris, Chen Wen.
Beberapa negara di dunia mulai menggugat China, karena dianggap lalai dan lambat dalam menangani wabah.
Mereka menyayangkan virus SARS-CoV-2 harus keluar dari China dan memporak-porandakan dunia.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Kamis (23/4) mengatakan akan membawa isu penyelidikan ke pertemuan tahunan Dewan Kesehatan Dunia, dimana Australia menjadi salah satu anggota eksekutif.
Pertemuan induk WHO itu bakal diadakan pada bulan Mei mendatang.
Namun Chen menegaskan, China tak akan setuju dengan upaya penyelidikan itu.
"Semuanya bermotif politik," tegasnya.
"Jelas-jelas ini bermuatan politik. Saya pikir tidak akan ada yang setuju dengan ini. Tidak akan memberikan hasil baik," kilah Chen.
Chen mengatakan, terlalu banyak berteori terkait asal-usul virus corona sama bahayanya dengan virus itu sendiri.
Menanggapi permintaan penyelidikan Australia, Dubes China untuk Australia lantas mengancam bakal memboikot negeri Kanguru jika melulu didesak soal investigasi.
Duta Besar Cheng Jingye menyatakan kepada Financial Review, bahwa Tiongkok sangat frustrasi, tersinggung, dan kecewa dengan ucapan Canberra.
"Jika suasana hati mereka berubah menjadi buruk, mereka tentu akan berpikir 'mengapa kami harus pergi ke negara yang tak ramah dengan China?'," ancamnya.
Melansir AFP via Kompas.com, Cheng mengatakan pariwisata Australia bakal anjlok jika tak ada yang mau datang.
China juga mengancam bakal memboikot perdagangan daging dan wine Australia.
"Sekarang terserah mereka untuk memilih," kata dia.
Dia juga memberikan ancaman adanya kemungkinan menarik mahasiswa China yang belajar di Australia.
"Para orangtua mungkin akan berpikir dua kali untuk mengirim anaknya belajar ke negara yang jelas-jelas menunjukkan sikap bermusuhan," ucapnya.
Pernyataan ini dianggap membuat relasi keduanya merenggang.
Cheng bahkan menyebut, Australia sama saja dengan Amerika Serikat yang tak lelah menuding dan memojokkan China.
"Sejumlah orang mencoba menyalahkan kami atas masalah yang mereka alami sendiri dan berusaha mengalihkan tanggung jawab," beber dia.
"Ini seperti pengulangan dari yang sudah diucapkan beberapa orang di Washington," sindirnya.
Sementara Australia, dilansir dari Daily Mail menentang boikot China.
Mereka menegaskan bahwa negeri Kanguru memberikan usul investigasi tanpa menyalahi aturan, sehingga tak seharusnya China semena-mena mengancam.
"Kami menentang paksaan ekonomi menjadi tanggapan atas usulan kami, di tengah kebutuhan dan kerja sama secara global," kata Menteri Luar Negeri Marise Payne. (*)