Peneliti Sebut Derap Langkah Pembangunan Jadi Penyebab Lahirnya Virus Corona

Sabtu, 11 April 2020 | 16:00
Kolase

Peneliti Sebut Derap Langkah Pembangunan Jadi Penyebab Lahirnya Virus Corona

Sosok.ID-Manusia diciptakan menjadi makhluk paling istimewa.

Punya emosi, pikiran dan tingkah laku untuk beradaptasi dengan lingkungan secepat mungkin.

Akan tetapi hal diatas malah menggusur kehidupan lainnya di Bumi.

Secara umum ilmuwan ketahui memang ada sangat banyak virus di dunia dan yang dikenal manusia masih sangat sedikit.

Baca Juga: Berita Menggembirakan, Gebrakan Baru Pemerintah Buat Virus Corona Segera Enyah dari Indonesia Pertengahan Tahun Ini

Namun kekhawatiran ilmuwan saat ini adalah perilaku manusia baik secara sosial dan ekonomi, telah meningkatkan loncatan virus masuk ke kehidupan manusia.

Para ahli menyebut pandemi ini adalah hasil dari penggundulan hutan besar-besaran dan ekspansi lahan pertanian untuk sediakan makanan dan komoditas lain bagi populasi manusia.

Jika dipikir, populasi manusia memang sangat banyak.

Baca Juga: Raffi Ahmad Mati-matian Bantah Gosip dengan Ayu Ting Ting, Nagita Slavina Disebut Mbah Mijan Diam-diam Simpan Kebencian Lewat Sorotan Mata: Itu Nggak Bisa Dibohongi!

Jika pada pertengahan 1960 dulu hanya ada sejumlah 3 milyar penduduk, saat ini sudah meningkat mencapai 7.7 milyar penduduk.

Hal itu yang menyebabkan penyakit infeksi muncul dan merebak dengan cepat di populasi manusia, menurut WHO.

Termasuk yaitu tiga virus Corona pembunuh sejauh ini yaitu Sars-CoV, Mers-CoV dan Sars-CoV-2.

Meski datang dari hewan, menurut WHO dari South China Morning Post ketiga penyakit ini adalah hasil dari infrastruktur rumit yang dibangun manusia untuk menjadi saluran transportasi.

freepict.com

Illustrasi Jalan Tol Layang

Pembangunan manusia tapa sadar menyapu virus jauh dari hutan tempatnya biasa hidup, kemudian melompat dari hewan ke manusia.

Dinamakan "tumpahan zoonotik", rupanya seperti ini biasa terjadi.

"Tumpahan ini biasa terjadi, memang alam pasti akan seperti itu, tetapi aktivitas kita yang mengubah hal-hal dasar," ujar ahli epidemiologi hewan Dirk Pfeiffer.

Baca Juga: Raffi Ahmad Mati-matian Bantah Gosip dengan Ayu Ting Ting, Nagita Slavina Disebut Mbah Mijan Diam-diam Simpan Kebencian Lewat Sorotan Mata: Itu Nggak Bisa Dibohongi!

"Kita menciptakan kondisi alam yang tidak seimbang, kita semakin merusak hutan dan menjarah kehidupan hewan liar dan patogen yang awalnya bahkan tidak kita ketahui."

"Manusia telah membuat planet menjadi tempat penghasil uang dan tempat hidup paling nyaman, dan dalam melakukannya kita telah sediakan lingkungan yang memungkinkan penularan virus penyebab penyakit," ujarnya.

Seiring dengan meledaknya jumlah penduduk, perkembangan ekonomi dan rantai suplai global tawarkan konsumen untuk memilih di supermarket pilihan potongan daging dari peternakan atau hutan di benua yang berbeda-beda.

Contoh lain, yaitu masuk ke toko untuk membeli ponsel yang komponennya terbuat dari kobalt dari tambang Afrika.

Anda membeli shampoo di New York yang mengandung kandungan minyak kelapa sawit dari perkebunan kelapa sawit yang mengganti hutan hujan tropis Indonesia.

Kompas.com
ARYA DARU PANGAYUNAN

Perkebunan kelapa sawit Adolina Sumatera Utara, dipotret Kamis (22/3/2018)

Era Pandemi

Menyediakan semua komoditas ini bisa dilakukan dengan pembersihan hutan ukuran besar, yang membawa orang-orang berkontak langsung dengan kehidupan liar dan virus yang mereka bawa.

Era seperti ini disebut oleh ahli ekologi Peter Daszak sebagai era pandemi.

"Kita perlu pikirkan pandemi ini dengan cara yang sama kita pikirkan perubahan iklim.

"Mereka adalah ancaman terbesar kepada kita, tetapi sebenarnya kita dapat mengendalikannya, karena kita adalah penyebab dari keduanya," uar Daszak.

Daszak juga merupakan pimpinan badan peneliti nirlaba New York bernama EcoHealth Alliance.

Ia telah mengingatkan WHO mengenai penyakit menular seperti Covid-19 ini.

Bahkan sebelum ada pandemi Covid-19, WHO telah menyebut abad 21 sebagai "sejarah panjang momok".

Pasalnya di abad ini ada ledakan penyakit baru seperti penyakit pes yang membunuh 200 orang di Madagaskar tahun 2017.

Selanjutnya wabah penyakit dari virus seperti Sars.

Baca Juga: Unik! Rasakan Kebebasan Setelah Dapat Hak Asimilasi, Beberapa Napi Ini Pilih Keluar Dari Lapas Dengan Bermain Tik Tok

Tim epidemiologi termasuk Daszak dan George Gao, ketua CDC China dan Dennis Carrol, mantan direktur Biro Amerika untuk Perkembangan Pandemi Internasional, menggunakan model matematika untuk mengestimasi ada sebanyak 1.7 juta virus yang tidak dikenal di hewan.

Model yang sama mengestimasi jika separuh dari sejumlah itu memiliki potensi untuk sebabkan penyakit pada manusia.

Daszak sedang membuat penggalangan dana untuk proyek 1 milyar Dolar Amerika untuk temukan dan mengkatalog virus-virus ini.

Tujuannya untuk membangun kerja lebih cepat dan ciptakan database data gen untuk bisa mempercepat langkah penyembuhan saat patogen seperti Covid-19 muncul lagi.

Namun itu hanyalah satu dari strategi bagaimana umat manusia persiapkan yang terbaik untuk melawan pasukan virus.

Ahli lain mengatakan perlu investasi dalam jasa kesehatan masyarakat dan kembangkan inovasi untuk memonitor demam dan pneumonia di suatu populasi yang tidak bisa dijelaskan.

Termasuk di situ gunakan big data untuk lakukan rekaman medis masyarakat, data ponsel dan pola penerbangan masyarakat untuk memprediksi bagaimana wabah akan menyebar.

Tujuannya untuk mengantisipasinya.

Lalu, permasalahan yang dibawa dari pasar hewan Wuhan adalah permasalahan lama: perdagangan hewan bernilai milyaran dollar yang juga sebabkan kondisi ini. (Maymunah)

Artikel ini pernah tayang di Intisari dengan judul "Mengerikan, Ilmuwan Sebut Virus Corona Adalah Satu yang Ciptakan Penyakit Mematikan, Masih Ada Ribuan Virus Lebih Ganas Lagi yang Menunggu"

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : intisari

Baca Lainnya