Sosok.ID - Kepanikan melanda seluruh penumpang di sebuah kapal yang masih terombang-ambing di tengah laut.
KM Lambelu yang sedianya akan berlabuh ke Pelabuhan Lorens Say Maumere itu kini harus tetap di tengah laut.
Sebab kapal yang mengangkut penumpang dari Tarakan, Kalimantan Timur itu tak diizinkan untuk bersandar di pelabuhan.
Pelarangan itu dikarenakan ada informasi yang menyatakan di dalam kapal ada tiga anak buah kapal (ABK) yang disebut-sebut terinfeksi virus corona.
Penumpang kapal pun mulai curiga dengan apa yang ada di dalam kapal yang mereka tumpangi.
Sebab jarak pelabuhan atau daratan untuk menyandarkan kapal sudah tidak jauh atau sudah terlihat jelas.
Namun mereka tetap tertahan di dalam kapal hingga membuat kepanikan para penumpang pun sampai memuncak.
Akibat pelarangan yang diberikan untuk kapal tersebut yang tak boleh bersandar, ada sejumlah penumpang yang nekat.
Hanya berbekal pelampung, sejumlah penumpang kapal nekat melompat ke laut dari geladak kapal.
Sementara penumpang lainnya yang tak ikut melompat ke laut hanya bisa berteriak dari dalam kapal.
Mereka berteriak meminta pemerintah setempat segera memperbolehkan kapal itu bersandar ke pelabuhan.
Kejadian tersebut terjadi di Pelabuhan Lorens Say, Maumere, (7/4/2020) kemarin.
Pelarangan tersebut diberlakukan dan diumumkan oleh Pemerintah Kabupaten Sikka di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Secara terbuka Pemerintah di sana melarang sejumlah ABK da penumpang untuk turun di pelabuhan Lorens Say.
Larangan tersebut dikarenakan ada informasi yang diterima oleh pemerintah Sikka bahwa ada sejumlah kru KM Lambelu diduga terjangkit Covid-19.
Melihat fenomena terjunnya sejumlah penumpang kapal Pelni tersebut membuat tim SAR setempat bergerik cepat.
Merespons aksi para penumpang yang lompat ke laut, tim Sar Maumere langsung melakukan pertolongan.
Beberapa penumpang yang lompat ke laut pun berhasil diselamatkan oleh tim Sar Maumere.
Kepala Basarnas Maumere, I Putu Sudayana mengatakan, kelima penumpang nekat lompat ke laut saat Bupati Sikka dan Forkompinda menyampaikan kapal tidak boleh sandar.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT, Marius Ardu Jelamu, mengatakan, Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo telah melakukan koordinasi dengan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat terkait pelarangan kapal itu bersandar.
Terkait tiga orang ABK yang diduga terjangkit Covid-19, Marius mengaku segera berkoordinasi dengan Pemerintah Sikka.
Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo kemudian mengizinkan kapal bersandar di pelabuhan, tetapi penumpang tidak boleh turun.
"Kapal kami sandarkan. Para penumpang tidak boleh turun sebelum tim kesehatan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan memberikan rekomendasi," kata Roberto, Selasa (7/4/2020). (*)