4 Hari Paska Melahirkan, Sang ibu Meninggal Dunia, Ternyata Sosok Anak Tunggal RA Kartini Bukan Orang Sembarangan!

Rabu, 04 Maret 2020 | 19:00
Kolase via Tribunnews.com

4 Hari Paska Melahirkan, Sang ibu Meninggal Dunia, Ternyata Sosok Anak Tunggal RA Kartini Bukan Orang Sembarangan!

Sosok.ID - Mendengar kata emansipasi wanita, kita pasti selalu akan mengingan jasa besar Raden Ajeng Kartini atau yang sering dikenal sebagai R.A Kartini.

Wanita asal Indonesia yang menjadi salah satu pahlawan nasional dan memiliki jasa yang tak bisa diremehkan bagi sepak terjang perempuan-perempuan Indonesia.

Sebagai salah satu tokoh nasional, namanya selalu dikaitkan dengan sosok wanita tangguh dan pejuang luar biasa.

Namun nama besarnya tersebut terkadang menutupi sosok-sosok yang ada di belakangnya, seperti keluarga dan kerabatnya.

Baca Juga: Gelagat Ahmad Dhani Jadi Sorotan Netizen Saat Bertemu Suami Maia, Irwan Mussry

Tak banyak yang tahu bahwa R.A Kartini memiliki seorang anak yang lahir dari rahim pahlawan nasional ini.

Bahkan mungkin tak banyak yang tahu sang anak dari R.A Kartini ini juga memiliki andil besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

R.A Kartini memang benar memiliki seorang anak laki-laki yang gagah berani laiknya sang ibu saat memperjuangkan nasib wanita sebangsanya.

Namun yang membuat sedih, nama anak tunggal R.A Kartini memang tak setenar seperti sang ibu.

Baca Juga: Warga Surabaya Tak Perlu Resah dengan Kelangkaan Masker yang Harganya Kini Melonjak hingga 10 Kali Lipat, Risma Sudah Timbun Stok Sejak Januari yang Bakal Dibagikan Saat Penyebaran Virus Corona Semakin Parah

Sosok Soesalit Djojoadhiningrat mungkin terdengar asing di telingan orang Indonesia.

Namun apabila kita telusuri lebih dalam, pria yang akhirnya menjadi salah satu anggota Tentara Nasional Indonesia ini lahir dari rahim seorang pahlawan nasional.

Sayang seribu sayang, Soesalit kecil setelah lahir kedunia tak sempat rasakan kasih sayang sang ibunda.

Inspirator wanita di seluruh tanah air ini meniggal selang empat hari setelah melahirkan anaknya.

Saat itu, ayah Soesalit Djojoadhiningrat adalah seorang Bupati Rembang bernama Raden Mas Adipati Ario Djojodiningrat.

Baca Juga: Masih Ingat dengan Pemeran Kaisar di Acara TV Takeshi Castle? Begini Nasibnya Sekarang

Tak lama setelah kematian ibunya, Soesalit lagi-lagi merasakan kehilangan pada usia muda.

Pada usianya 8 tahun, ayahnya, Ario Djojodiningrat meninggal dunia.

Dalam usianya yang masih muda, Soesalit sudah merasakan kehilangan sosok ayah dan ibu.

Beruntungnya saudara tiri tertuanya, Abdulkarnen Djojodhinigrat mau mengurus Soesalit.

Abdulkarnen bahkan mengurusi Soesalit dari urusan sekolah hingga pekerjaan.

Baca Juga: Kena Autoimun, Gitaris Cantik Indonesia Ini Stres Berat Hingga Bobot Tubuhnya Membengkak Capai 100 Kg

ahmadnaufa.files.wordpress

RA Kartini bersama suaminya, Bupati Rembang.

Abdulkarnen juga ini nantinya memangku jabatan Bupati Rembang menggantikan ayah Soesalit.

Diketahui Soesalit bersekolah di sekolah yang sama dengan R.A. Kartini dulu, yaitu Europe Lager School (ELS).

Sekolah ini merupakan sekolah elit untuk anak Eropa dan pembesar Pribumi.

Setelah lulus dari ELS, Soesalit melanjutkan pendidikannya di Hogare Burger School (HBS) Semarang dan berlanjut ke Recht Hoge School (RHS) Jakarta.

Baca Juga: Tak Peduli Apa Itu Corona, Para TKI Ini Tetap Antre untuk Bisa Bekerja di Korea Selatan

Beberapa tahun kemudian Soesalit ditawari pekerjaan oleh kakak tirinya.

Namun diluar dugaan ternyata sang kakak Abdulkarnen memasukkan adik tirinya ini ke Politieke Inlichtingen Dienst (PID) yang merupakan polisi rahasia Belanda.

Rasa bimbang selalu dirasakan Soesalit saat menjadi polisi rahasia ini.

Karena ia sebagai pejuang bangsa dan harus memata-matai bangsanya sendiri.

Setelah Jepang masuk ke Indonesia, akhirnya Soesalit dapat keluar dari PID dan bergabung dengan Tentara sukarela Pemela Tanah Air (PETA).

Baca Juga: Siswi SMA Nekat Kemudikan Range Rover, Belum Mahir Driver Ojol Ditabraknya Hingga Korban Patah Tulang

Melansir dari kompas.com, sejarawan Hendri F. Isnaini menjelaskan, selama perang kemerdekaan putra Kartini ini menjadi panglima di Divisi III Diponegoro.

Soesalit juga pernah bergeriliya di Gunung Sumbing saat Agresi Militer belanda II.

Namun karier militer Soesalit tidak begitu baik.

Pada saat berpangkat jendral Mayor atau sekarang dikenal Mayor jendral, Soesalit pernah diturunkan pangkatnya.

Dari jendral Mayor menjadi Kolonel kemudian diturunkan lagi menjadi Kementrian Perhubungan.

Baca Juga: Miris, Layaknya Tak Berpenghuni, Warga Wuhan Kini Terpaksa Melahap Makanan Basi Supaya Tetap Hidup

Namun pada peristiwa Madiun 1948 menjadi awal penderitaan Soesalit.

Pada saat pemberontakan komunis, pemerintah mendapat dokumen berisi nama Soesalit sebagai "Orang yang Diharapkan".

Singkat cerita, Soesalit pun menjadi tahanan rumah dan pangkatnya diturunkan.

Ia menjadi pejabat di Kementrian Perhubungan dengan pangkat militer tak berbintang.

Baca Juga: Terlalu Cinta atau Ketakutan? Seorang Suami Kunci Istrinya di Kamar Mandi Karena Takut Tertular Virus Corona

Soesalit wafat di RSAP 17 Maret 1979.

Satu pesan yang diwariskan Soesalit adalah agar keturunannya tak membangga-banggakan dirinya sebagai keturunan R.A. Kartini dan selalu rendah hati. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kompas.com, Tribunnews.com, intisari-online.com, Suar.ID, tribuncirebon.com

Baca Lainnya