Ditawari Dua Kapal Perang Kelas Gahar, Indonesia Mau Beli Iver Huitfeldt Class atau Fregat Siluman Ini?

Selasa, 03 Maret 2020 | 17:00
koarmada2.tnial.mil.id

Ditawari Dua Kapal Perang Kelas Gahar, Indonesia Mau Beli Iver Huitfeldt Class atau Fregat Siluman Ini?

Sosok.ID - Bakal dipensiunkannya Ahmad Yani Class dari jajaran kapal perang TNI AL membuat angkatan laut Indonesia harus mencari penggantinya.

Sebab, Ahmad Yani Class merupakan kapal perang jenis Fregat yang menjadi tulang punggung TNI AL walau sekarang beban tugas itu sudah dipikul bersama-sama dengan Diponegoro Class, Bung Tomo Class, Fatahillah Class dan Martadinata Class.

Kandidat pengganti Ahmad Yani Class lantas bermunculan.

Sebut saja ada De Zeven Provincien, Mozaik Class hingga Absalon class.

Baca Juga: Ketahuan Sudah Jenis Kapal Perang China di Natuna Utara, Fregat Jiangkai Class Bisa Tembakkan Rudal Jelajah Berjangkauan 200 Kilometer

Namun hanya ada dua nama yang bakal santer dikaitkan sebagai pengganti fregat TNI AL itu.

Yakni Iver Huitfeldt class Denmark dan fregat siluman dari Belanda khusus dibuat untuk Indonesia, Omega.

Keduanya bersaing ketat memperebutkan kontrak kebutuhan kapal fregat Indonesia.

Jika jadi diakuisisi oleh Indonesia, Iver Huitfeldt Class bisa membuat 'panas dingin' negara tetangga macam Malaysia dan Singapura.

Bagaimana tidak, fregat ini nantinya digadang-gadang bakal menjadi yang tercanggih dan terbesar di Asia Tenggara melebihi Formidable Class milik Singapura.

Berat Iver Huitfeldt Class sendiri mencapai 6.645 ton berbanding dengan Formidable yang hanya 3.200 ton.

Baca Juga: Kepergok Patroli TNI AL, Ternyata China Kirim Kapal Perang Fregat Raksasa Jiangkai Class ke Natuna Utara

Kalau dibandingkan kapal-kapal AL Malaysia maka Iver Huitfeldt Class jauh lebih perkasa lagi.

Dengan berat segambot itu jelas beragam sensor senjata dan radar canggih nan mematikan dijejalkan kedalamnya.

Iver Huitfeldt Class sendiri dibangun oleh Odense Steel Shipyard pada tahun 2008.

AL Denmark sendiri membangun tiga kapal di kelas ini yakni Iver Huitfeldt (F 361), Peter Willemoes (F362), dan Niels Juel (F363).

cdrsalamander
cdrsalamander

Iver Huitfeldt Class, Calon 'Monster Laut' Indonesia

Untuk mata dan telinga, di Iver Huitfeldt Class bercokol radar MART-L (Signaal Multibeam Acquisition Radar for Tracking) yang berjalan di frekuensi L band.

Radar ini mampu menyapu area sejauh 400 km, jauh sebelum musuh mendeteksi duluan.

Belum cukup sampai situ ada pula radar SCANTER 6000 yang berjalan di frekuensi I Band, penjejak kapal selam sonar ATLAS ASO 94, Saab CEROS 200 dan ES-3701 Tactical Radar Electronic Support Measures untuk menghadapi peperangan elektronika.

Baca Juga: Jika Jadi Dibeli TNI, Iver Huitfeldt Class Bakal Jadi Lawan Berat Fregat AL China

Untuk persenjataan, Iver Huitfeldt Class dibekali amat komplit yakni canon reaksi cepat Oto Melara 76mm Super Rapid, 32 sel peluncur rudal vertikal (VLS) Mk 41 untuk rudal permukaan ke udara SM-2 IIIA, 24 sel VLS Mk 56 untuk rudal permukan ke udara RIM-162 ESSM (Evolved SeaSparrow Missile), 2 peluncur berisi empat tabung untuk rudal anti kapal Harpoon, satu unit Oerlikon Millennium 35 mm sebagai CIWS, dan dua peluncur torpedo MU90.

Dengan panjang 138.7 meter dan lebar 19,75 meter, fregat raksasa ini mampu melajy 30 knots karena dukungan empat mesin disesel MTU 8000 20V M70.

Ada dek dan hanggar helikopter di fregat ini yang mampu menampung heli ukuran medium untuk misi buru kapal selam dan lainnya.

Indonesia juga sebetulnya sudah ditawari kapal perang siluman super canggih dari Belanda tepatnya dari galangan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS).

Baca Juga: Seek And Destroy, CN-295 TNI Sebenarnya Bisa Dilengkapi Rudal untuk Libas Kapal Perang China di Natuna Utara

Damen sendiri ialah galangan kapal yang membuat korvet Diponegoro Class dan Light Fregat Martadinata Class TNI AL dengan skema alih teknologi.

Mengutip navyrecognition.com, karena sudah adanya produk mereka di TNI AL, maka Damen pada pameran Indo Defence 2018 lalu percaya diri menawarkan kapal perang siluman super canggih khusus dibuat untuk Indonesia yakni fregat Omega.

Bahkan Damen melabeli Fregat Omega seberat 6000 ton ini sebagai Future Frigate Indonesia (FFI) yang memang khusus untuk Indonesia.

DSNS
DSNS

KRI RE Martadinata Class satu turunan dengan fregat Omega

Bob De Smedt, salah satu arsitek angkatan laut yang bekerja pada proyek Omega menjelaskan Damen siap untuk menjawab kebutuhan potensial Indonesia akan kapal perang kelas wahid demi menghadapi peperangan laut masa kini.

Fregat Omega sendiri didasarkan pada bentuk lambung fregatt kelas-LCF / De Zeven Provincien yang telah terbukti handal.

Baca Juga: Miris Tapi Berani, Demi Jaga Kedaulatan Negaranya, Marinir Filipina Lawan Militer Kuat China dengan Kapal Perang Rongsokan

Baik De Zeven, Diponegoro Class hingga Martadinata Class adalah satu turunan hingga nantinya berlanjut ke fregat Omega ini.

Kapal ini memiliki sistem propulsi hybrid yang terdiri dari empat mesin diesel dimana jika berlayar dengan kecepatan ekonomis hanya perlu menggunakan dua mesin, jika ingin ngebut maka baru keempatnya dipakai.

Peletakan mesin diesel ini dibagian buritan dan haluan kapal demi menjaga keamanan gerak kapal saat peperangan terjadi.

Fregat Omega juga memiliki dua ruang multi misi yang besar: Satu di tengah kapal dan satu di buritan.

Baca Juga: Bisa Ditiru Indonesia di Natuna, Ini Dia Meriam Raksasa Militer Taiwan untuk Hantam Kapal Perang China Karena Pernah Ganggu Kedaulatannya

Untuk senjatanya, Omega dapat menggotong Naval Gun 127 mm lansiran Leonardo dengan Cupola Stealthnya, CIWS Millenium Gun layaknya di KRI Martadinata, rudal anti kapal Kongsberg NSM, VLS Mica NG hingga peluncur decoy MASS lansiran Rheinmetall.

Dan tak kalah penting adalah bentuk kapal sungguh futuristik, streamline agar tak terlihat dilayar radar musuh.

Dengan kecanggihan terkini bisa dibilang ini fregat mahal yang dibuat khusus untuk Indonesia dan ada kemungkinan bakal diakuisisi oleh TNI AL dengan skema alih teknologi di masa depan.

Jawaban paling mudah? bungkus dua-duanya!. (Seto Aji/Sosok.ID)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : navyrecognition

Baca Lainnya