Sosok.ID - Zahra Imelda Salsabila adalah salah satu siswa yang menjadi korban dalam insiden susur sungai Sempor beberapa waktu lalu.
Putri dari Prasetyo Budi itu sedang mengikuti acara susur sungai dari ekstrakulikuler pramuka di sekolahnya, SMPN 1 Turi, Jumat (21/2/2020).
Siswi SMPN 1 Turi itu sempat menghilang selama 38 jam setelah disapu air bah yang meluap di Sungai Sempor, Sleman, DIY.
Tim SAR gabungan yang terjun untuk mencari korban yang belum ditemukan akhirnya dapat titik terang saat jenazah Zahra pada Minggu (23/2/2020) pagi.
Baca Juga: Tak Sepenuhnya Baik, Ada Dampak Buruk Akibat Indonesia Dinyatakan Sebagai Negara Maju
Duka pun menyelimuti keluarga korban yang tak menyangka kegiatan kepanduan itu akan merenggut nyawa Zahra.
Rumah duka yang beralamat di Kenteng, Wonokerto, Turi, Kabupaten Sleman pun dipenuhi pelayat.
Sang ayah pun mengenang Zahra sebagai anak yang penurut, pintar dan pendiam.
Namun putrinya itu kini telah tiada dan menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga.
“Anak saya sudah tidak ada (meninggal),” katanya, dikutip dari TribunJogja, pada Senin (24/2/2020).
Momen terakhir komunikasi Zahra dengan sang ayah pun diungkap Prasetyo saat dirinya dihubungi via telepon.
Dalam percakapan tersebut, Zahra meminta pada ayahnya untuk mengganti ponsel miliknya.
Bagi Prasetyo, anak adalah segalanya oleh sebab itu dirinya telah menyiapkan apa yang jadi permintaan sang anak.
Tragedi Susur Sungai Sempor
Kepada TribunJogja, Prasetyo mengaku berniat memberikan ponsel tersebut saat Zahra libur sekolah.
Namun takdir berkata lain, pada hari Jumat, nyawa Zahra tak terselamatkan saat mengikuti kegiatan susur sungai yang diadakan oleh pembina Pramukanya.
“Sudah saya siapkan handphone itu, rencananya libur Sabtu-Minggu saya antar. Tapi Jumat saya mendengar kabar (Zahra jadi korban susur sungai re)," ucap Prasetyo.
Mendengar Zahra menjadi satu diantara 10 korban tewas dalam kegiatan susur sungai, Prasetyo langsung mengendarai sepeda motornya dari Surabaya menuju Sleman.
Perjalanan dari Surabaya ke Sleman menggunakan sepeda motor memakan waktu cukup lama, yakni sekitar 4 jam, 42 menit.
"Saya langsung pulang dari Surabaya naik motor,” katanya.
Paman Zahra, Wisnu Hartana menambahkan, dua hari sebelum kejadian musibah susur sungai, Zahra mengajak makan-makan dengan pamannya yang lain.
"Dia (Zahra) kan sangat dekat dengan om-nya (paman), sempat mengajak makan-makan rencananya pada Minggu ini, mau diajak makan-makan," ucapnya.
Sebelum Zahra ditemukan, pihak keluarga ikut melakukan pencarian kelokasi kejadian.
Saat mendapat kabar mengenai insiden susur sungai dimana anaknya menjadi salah satu korban, Prasetyo dan keluarga pun mencari informasi keberadaan Zahra.
Sempat ke sekolah namun tak menemukan hasil, Prasetyo pun langsung meluncur ke lokasi kejadian.
Namun pilu yang didapat sang anak ditemukan telah tak bernyawa dan menjadi satu dari 10 korban meninggal dalam insiden susur sungai tersebut.
"Setelah mendapatkan kabar, kami pihak sekolah mencari ke sekolah dan ternyata tidak ditemukan. Lalu kami (keluarga) melakukan pencarian ke lokasi," ujarnya. (*)