Hukuman Picis Era Raja Mataram, Pimpinan Pemberontak Tiga Hari Ditusuk-tusuk Jarum Hingga Tewas, Lehernya Dipenggal, Kepalanya Dipancangkan di Sebatang Galah

Senin, 10 Februari 2020 | 16:30
via Intisari

Ilustrasi peperangan zaman kerajaan Mataram.

Sosok.ID - Kisah sejarah di Indonesia, seringkali diidntikkan dengan kisah perebutan kekuasaan.

Selain itu, sejarah bangsa kita juga kerap kali membahas soal penyebaran agama, dan tentunya perjuangan melawan penjajah.

Bisanya, detail tentang cara perebutan kekuasaan termasuk jarang dibahas.

Seperti kisah asmara yang melatari pemberontakan yang terjadi pada Amangkurat I oleh Amangkurat II.

Dalam kisah tersebut, diceritakan bagaimana Raja Mataram memerintahkan pembantaian beberapa keluarga setelah wanita pujaannya jatuh ke tangan anaknya sendiri.

Baca Juga: Menyoal Pernyataan Luhut Agar Indonesia Punya Senjata Nuklir, Siapa Sangka Negeri Ini Hampir Pernah Uji Coba Meledakkan Bom Atom Hingga Buat Dunia Bergidik

Bahkan, wanita pujaannya tersebut akhirnya dibunuh oleh anaknya sendiri, tentunya atas perintah sang raja yang tak rela kalah.

Namun, siapa sangka, kisah yang mengerikan tersebut masih belum ada apa-apanya dibanding kisah berikut ini.

Peristiwa yang terjadi sewaktu masa pemerintahan Sunan Pakubuwono I (1703-1719) lebih mengerikan lagi.

Pada tahun 1709 di daerah Enta Enta timbul pemberontakan yang dipimpin oleh Ki Mas Dana.

Sunan memerintahkan Bupati Mataram, Ki Jayawinata, untuk memadamkan pemberontakan tadi.

Baca Juga: Viral Suami Nikah Lagi Diantar Istri Pertama dengan Suka Cita, Pimpinan Ponpes Ini Ngaku Ogah Poligami Tapi Dipaksa: Semakin Istri Meridhai Hati Semakin Enggak Mau

Namun balatentara Jayawinata kalah dan ia melarikan diri ke Kartosuro melaporkan peristiwa tersebut pada Sunan.

Sunan kemudian mengutus Bupati Kartosuro, Pangeran Pringgalaya, untuk menyerbu Enta Enta dengan perintah khusus agar Ki Mas Dana ditangkap hidup-hidup.

Setelah terjadi pertempuran seru yang memakan banyak korban, pemberontakan dapat ditindas.

Ki Mas Dana sendiri melarikan diri ke Borobudur.

Ia dikejar terus oleh Pringgalaya hingga akhirnya dapat tertangkap dan dibawa ke Kartosuro.

Baca Juga: Artis Sinetron Ini Rela Gelontorkan Mahar Pertunangan Hingga Rp 500 Miliar, Kekasihnya Terkejut Ngaku Tak Pernah Minta: Nggak Tahu Kenapa Tiba-Tiba Brand-brand Semua

Dan, jatuhlah putusan Sunan yang dahsyat: Ki Mas Dana diikat di dekat pohon beringin di alun-alun depan istana.

Setiap penduduk Kartosuro diperintahkan datang menyaksikan wajah pemimpin pemberontak itu sambil membawa jarum untuk ditusukkan ke tubuhnya.

Jadilah Ki Mas Dana menjalani hukuman picis ditusuk-tusuk dengan jarum oleh penduduk Kartosuro selama tiga hari sampai tewas.

healthline.com
healthline.com

ilustrasi hukum picis

Kemudian lehernya dipenggal dan kepalanya dipancangkan di atas sebuah tonggak bambu.

Kisah tersebut di atas mungkin tidak akan kita percaya kebenarannya bila saja tidak ada laporan tertulis dari Sunan Pakubuwono I pada Kompeni.

Baca Juga: Akibat Percaya Kutukan, Keluarga Ini Boyongan Pilih Tinggal di Hutan Pekalongan Puluhan Tahun, Dihantui Penyakit Misterius yang Membunuh 8 Anaknya Satu Persatu

Sebagaimana diketahui, Pakubuwono I ini menerima tahta Mataram dari Kompeni.

Sewaktu Amangkurat II wafat tahun 1703, yang menggantikannya ke atas tahta adalah Puteranya, Sunan Mas atau Amangkurat III.

Karena Sunan Mas ini terang-terangan memusuhi Kompeni, maka Kompeni mengangkat adik Sunan yang wafat, Pangeran Puger, menjadi Raja dan bergelar Sunan Pakubuwono I.

Pertentangan antara dua Raja ini baru berakhir setelah Sunan Mas menyerah pada Kompeni dan diasingkan ke Srilanka.

Karena itu dapatlah dimengerti bila Pakubuwono I ini selalu memberikan laporan tertulis atas segala kejadian penting di Kartosuro kepada VOC di Batavia.

Baca Juga: Sehidup Semati, Ditinggal Meninggal Suaminya Sejak 2007, Istri Chrisye Mohon Untuk Dipersatukan di Satu Liang Lahad, Akhirnya Mengharukan!

Dalam laporannya bertanggal 20 Agustus 1710 yang ditujukan kepada "Hooge Regeering" di Batavia (dan dapat dibaca dalam Koloniaal Archief No. 1690) Sunan Pakubuwono I menyebutkan bahwa Ki Mas Dana:

"tot spiegel en afschrick van anderen op onse passeban had laaten straffen, en met naaldens door ons Cartasourase volckeren zoo lange hebben laten steecken, totdat hij daarvan is gesturven en zijn hoofd afgehouden en op een staack gestelt"

(Agar menjadi contoh dan membuat jera bagi yang lain, telah dihukum di paseban oleh penduduk Kartosuro dengan jalan menusukkan jarum-jarum sampai akhirnya ia tewas dan kepalanya kemudian dipenggal dan dipancangkan di atas sebatang galah)

Jadi rupanya segala dongeng mengenai cara-cara Raja Mataram menghukum musuh-musuhnya, betapapun ngerinya, memang benar-benar pernah terjadi.

Baca Juga: Hampir Mati Dalam Kolam Penuh Ular Berbahaya, Pria Ini Diselamatkan Oleh Seekor Orangutan, Saksi Mata Terkejut Hingga Jadi Sorotan Media Internasional: Sangat Emosional!

Atau paling sedikit, mengandung kebenaran.

(Ditulis oleh A.S. Wibowo. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1977/Ade S)

Artikel ini pernah tayang di Intisari.id dengan judul: Ditusuki Jarum Selama Tiga Hari Hingga Tewas, Inilah Cara 'Liar' Raja Mataram Menghukum Pemberontak, Jasad Korban Diperlakukan Tak Kalah 'Liar'

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : intisari.id

Baca Lainnya