Sosok.ID - Tibet, sebuah negara tak diakui yang kini bergabung sebagai bagian dari Republik Rakyat Tiongkok atau China.
Mayoritas penduduknya adalah beragama Buddha, dengan Lhasa sebagai ibu kotanya.
Bicara soal Tibet sangat identik mengenai dua hal, yakni Tibet sebagai negeri diatas awan, dan Tibet sebagai kota tempat Dalai Lama Tinggal.
Letak Tibet yang berada di ketinggian, yakni di pegunungan Himalaya, membuat Tibet mendapat julukan sebagai Negeri Atap Dunia atau Puncak Dunia.
Tentara China menganekasi Tibet pada tahun 1949 dan mengambil alih pemerintahan negeri itu sejak tahun 1959.
Dulunya Tibet adalah sebuah kerajaan yang berdiri sendiri dan merdeka jauh sebelum China.
Raja Tibet sendiri diberi gelar Dalai Lama, di mana Dalai Lama yang sekarang, Tenzin Gyatso adalah Dalai Lama ke-14.
Dalai Lama
Dalai Lama adalah pemimpin negara Tibet dan sekaligus pemimpin keagamaan di Tibet, ia juga merupakan bagian dari tradisi Gelugpa di kepercayaan Buddha Tibet.
Dikutip dari wikipedia, secara bahasa, Dalai Lama berasal dari kombinasi bahasa Mongol dan Tibet.
Kata “Dalai” dari bahasa Mongol, berarti samudera atau luas.
Sedangkan kata “Lama” yang berasal dari bahasa Tibet berarti "guru".
Dalai Lama bukanlah nama orang, namun merupakan sebuah gelar yang diberikan bagi kepala biksu Buddha di Tibet.
Dalai Lama adalah tokoh yang dihormati seluruh dunia, khususnya bagi penganut agama Budha.
Baca Juga: Ogah Nambah Anak, Duda Satu Ini Putuskan Nikahi Transgender demi Cegah Keturunan
Dikenal sebagai sosok yang amat bersahaja, warga Tibet memanggil Dalai Lama dengan sebutan Rgyal-ba Rin-po-che, artinya adalah penguasa yang berharga.
Dahulu, Dalai Lama dan para biksu di Tibet bertanggung jawab untuk mengatur pemerintahan di wilayah Tibet.
Saat masih mengatur pemerintahan di wilayah Tibet, Dalai Lama dan para biksu tinggal di Istana Potala, sedangkan di musim panas, Dalai Lama berpindah ke Istana Norbulingka.
Menurut kepercayaan Buddha, Dalai Lama saat ini merupakan kelahiran kembali atau reinkarnasi dari Dalai Lama sebelumnya.
Ini karena dalam tradisi Gelugpa, ada kepercayaan bahwa Dalai Lama yang telah meninggal dunia memilih untuk terlahir kembali demi melanjutkan pekerjaan pentingnya di dunia.
Sementara itu, pada tahun 1989,Dalai Lama, pemimpin politis dan religius Tibet, dianugerahi HadiahNobelPerdamaian atas kampanye antikekerasannya di Tibet.
Hubungan Dalai Lama dan China
China dan Dalai Lamamemiliki hubungan yang dapat dikatakan kurang baik.
Negeri Beijing ini menyebut Dalai Lama sebagai tokoh separatis karena mempromosikan kemerdekaan sebuah wilayah penting di Himalaya, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah Negeri Tibet.
Dikutip dari Kompas.com, Tibet, menurut Beijing, telah “dibebaskan secara damai” oleh pasukan Komunis China pada tahun 1950.
Sementara biksu yang memegang jabatan sebagai Dalai Lama, menuturkan segala yang ia perbuat tak elak adalah bagian dari memperjuangkan otonomi sejati bagi Tibet.
Bagi Tibet, China adalah negeri yang membawa "Neraka Dunia" bagi Tibet.
Dikutip dari Kompas.com, pemimpin spiritual Tibet yang berada di pengasingan, Dalai Lama, menuding Pemerintah China membawa ”neraka dunia” ke Tibet ketika terjadi pemberontakan pada 10 Maret 1959.
Baca Juga: 8 Minggu Menikah, Suami Wanita Ini Direbut Sang Ibu Hingga Hamil, Begini Akhirnya!
Pada waktu itu, China menghancurkan dan membuat rakyat Tibet menderita hingga sekarang.
Akibat tindakan represif pemerintah China di tahun 1959, Dalai Lama terpaksa keluar dari Tibet dan mengasingkan diri ke India.
”Rakyat Tibet sangat menderita karena sempat mengalami neraka dunia. Ribuan warga Tibet tewas di tangan pemerintah tahun 1959. Rakyat Tibet masih hidup dalam ketakutan. Agama, budaya, bahasa, dan identitas Tibet nyaris punah. Bayangkan saja, rakyat Tibet diperlakukan seperti penjahat yang pantas dihukum mati,” kata Dalai Lama, Selasa (10/3/2009) di Dharamsala, seperti dikutip oleh Sosok.Id, dilansir dari Kompas.com, pada Senin (20/1/2020).
Namun, pernyataan Dalai Lama itu dibantah Pemerintah China.
Baca Juga: Penuh Kejanggalan dan Teka-Teki, Terkuak Identitas Misterius Kerangka Manusia Duduk di Bandung!
”Saya tidak akan menanggapi kebohongan Dalai Lama. Kelompok Dalai Lama memutarbalikkan fakta. Mereka menyebarkan berita tidak benar. Reformasi demokrasi Tibet (di bawah kepemimpinan China) termasuk yang paling luas dan mendalam dalam sejarah Tibet,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri China Ma Zhaoxu.
Pejabat China di Tibet, Qiangba Puncog menyebutkan bahwa pihak Dalai Lama sering berbohong dengan mengatakan adanya kejahatan genosida di Tibet.
Ia menyebut berita China membantai satu juta jiwa rakyat Tibet dalam 50 tahun terakhir adalah sebuah berita palsu dan penu kebohongan.
Ia juga menegaskan bahwa pengambilalihan Tibet oleh China justru bertujuan membebaskan rakyat Tibet yang diperbudak teokrasi feodal Tibet selama berabad- abad.
Otonomi Khusus Tibet
Dikutip dari wikipedia, Tibet menjadi provinsi China setelah serbuan tentara merah China pada tahun 1950.
Pada musim gugur 1951, pasukan China berhasil menguasai ibu kota Lhasa dan mendongkel Dalai Lama dari kekuasaannya.
Dalihnya, Dalai Lama menolak kesepakatan kerjasama bertajuk "Rencana Pembebasan Damai Tibet" yang teorinya tampaknya menguntungkan Tibet, tetapi praktiknya China disebut Dalai Lama melakukan penindasan dan pembantaian terhadap kepala suku dan sejumlah pendeta (Lama) yang dianggap membangkang.
Alasan 'pembebasan Tibet' bagi China adalah "menghapus praktik penindasan bergaya feodalisme" di Tibet.
Namun menurut beberapa analis internasional, China menduduki Tibet demi mengincar kandungan mineral yang terkandung di bumi Tibet.
Pada tanggal 17 Maret 1959, Dalai Lama berhasil meloloskan diri dari pengakapan tentara China ke India oleh usaha pelarian yang dipimpin oleh Gampo Tashi, dan mendirikan semacam pemerintahan pelarian di Dharamsala, India utara sampai sekarang.
Dalai Lama dalam peringatan 50 tahun hidup di pengasingan, menyampaikan bahwa ia menuntut otonomi khusus bagi Tibet.
Sebelum Republik Rakyat Cina berdiri pada 1 Oktober 1949, Tibet sebagai negara sudah lebih dulu ada.
Tibet sudah memproklamirkan kemerdekaannya pada 1913, atau 36 tahun sebelum China muncul sebagai sebuah negara (China and the Superpowers, New York, 1986: 21)
”Kami rakyat Tibet tengah memperjuangkan otonomi khusus tetapi tetap dalam kerangka Republik Rakyat China. Saya percaya seluruh rakyat Tibet akan mendapatkan keadilan,” kata Dalai Lama, seperti dikutip dari Kompas.com.
Menjelang peringatan 50 tahun pemberontakan tahun 1959, berbagai aksi anti-China meluas.
Untuk mengantisipasi protes yang berbuntut kerusuhan di kota Lhasa dan meluas ke kota lain di China tahun 2008, Pemerintah China menyiagakan pasukan tambahan di sepanjang perbatasan China-Tibet.
Baca Juga: Boleh Dicontoh Indonesia, Taktik Taiwan Lawan Kuatnya Militer China, Andalkan Peperangan Asimetris
Dalai Lama Sebagai Ancaman bagi China
Dalai Lama seolah menjadi ancaman bagi China.
Pada tahun 2014, Kongres Amerika Serikat bertemu dengan Dalai Lama.
China mengutarakan kemarahannya dan merasa tak terima dengan hal tersebut.
Dikutip dari Kompas.com, Pemerintah China pada Jumat (7/3/2014), mengekspresikan kemarahannya terkait pertemuan Dalai Lama dengan para pemimpin Kongres AS.
Beijing bahkan mendesak Washington agar berhenti "berkomplot" dengan Dalai Lama yang di mata China adalah seorang separatis berkedok agam
Dalam pertemuannya dengan para pemimpin Kongres, Dalai Lama mengatakan tujuan utamanya adalah "menjaga kelestarian budaya Tibet".
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Qin Gang mengatakan China menyampaikan protes keras atas pertemuan itu.
"Dia (Dalai Lama) adalah pelarian politik yang sudah lama terlibat dalam aktivitas anti-China dengan menggunakan kedok keagamaan," ujar Qin Gang kepada wartawan di Beijing.
Baca Juga: Menlu Jepang Ikutan Gatal dengan Ulah China, Tegaskan Jika Natuna Sah Milik Indonesia
"China mendesak Kongres AS untuk mematuhi komitmennya mengakui Tibet sebagai bagian dari China, tidak mendukung kemerdekaan Tibet, berhenti mencampuri urusan dalam negeri China terkait masalah Tibet, tidak berkomplot dan mendukung kelompok separatis anti-China," tambah Qin.
Kabar pertemuan lainnya sekali lagi memicu amarah China.
Dikutip dari Kompas.com, beberapa waktu lalu pada tahun 2016, ketika mengunjungi Slowakia dan diterima oleh presidennya, China bahkan mengancam akan memberikan balasan.
Presiden Slowakia, Andrej Kiska, menerima kunjungan Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet di pengasingan.
Mengetahui hal tersebut, China mengungkapkan pada Slowakia untuk mampu mencegah dampak negatif dari penerimaan kunjungan tersebut.
Wanita juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan, Kiska telah mengabaikan "oposisi yang kuat" China terhadap pertemuan itu.
Pertemuan Dalai Lama dan Presiden Kiska bertentangan dengan kebijakan "satu China" pada pemerintah Slowakia.
"China dengan tegas menentang (pertemuan) ini dan akan membuat tanggapan yang sesuai," kata Hua dalam sebuah jumpa pers di Beijing, tanpa memberikan rincian.
Pertemuan Dalai Lama dan Presiden Kiska telah "merusak asas politik hubungan China-Slowakia", kata Hua, seperti dikutip Sosok.Id, dilansir dari Kompas.com pada Senin (20/1/2020).
Kedatangan Dalai Lama ke negara-negara lain, selalu dianggap China sebagai ancaman.
Sementara hingga kini, Dalai Lama diketahui masih bersikeras memperjuangkan kedaulatan Tibet.
(*)