Iran-AS Perang, Indonesia Malah Ikutan Kena Buntungnya

Kamis, 09 Januari 2020 | 13:15
ALJAZEERA

Iran-AS Perang, Indonesia Malah Ikutan Kena Buntungnya

Sosok.ID - Gegara aksi saling roket Iran-Amerika Serikat (AS) dunia dibuat was-was akan ancaman Perang Dunia III.

Jangan dianggap sepele, Perang Dunia I meletus lantaran terbunuhnya Putra Mahkota Austria, Franz Ferdinand di Sarajevo, Serbia.

Mirip, kini jenderal tertinggi Iran Qasem Soleimani juga mati diroket drone AS.

Mengutip Tribun Video, Kamis (9/1/2020) sebetulnya Perang Dunia III memang bakal meletus namun dengan nama Perang Armageddon.

Namun perang tetap akan membawa dampak besar bagi keadaan sosio-politik negara-negara di dunia.

Baca Juga: Qasem Soleimani yang Tewas, Keluarga Raja Salman yang Ketakutan dan Kabur ke Eropa, Ada Apa?

Yang untung dari perang? tentu produsen senjata kenamaan dunia karena mesin-mesin perang mereka akan cepat ludes terjual jika pertempuran meletus.

Yang buntung dari perang? tentu dari aspek keamanan negara yang bertikai tapi yang tidak ikut-ikutan juga bisa kena imbasnya.

Seperti serangan roket Iran ke pangkalan militer AS pada Rabu (8/1/2020) dini hari kemarin.

Gegara serangan itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia cenderung ke trend negatif.

Berdasarkan data Bloomberg, pada Selasa (8/1/2020), pukul 08.21 WIB, Rupiah dibuka pada level Rp13.935 per dollar AS, melemah 57 poin atau sebesar 0,41 persen dibanding penutupan Selasa Rp13.878 per dollar AS.

Baca Juga: Tanpa Dilengkapi Senjata, Begini Cara Cerdik Petugas Penjaga Perbatasan Laut Indonesia Usir Kapal China Penuh Persenjataan, Bakamla: Kita Pakai Keris!

Hingga beberapa hari ke depan, Rupiah diperkirakan masih akan terus melemah, dan bisa melewati Rp14.000 per dollar AS.

Selain turunnya IHSG, perang Iran vs AS akan membuat ekonomi Indonesia tertekan.

Alasan ini dikemukakan oleh Bhima Yudistira, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) yang menjelaskan beban subsidi BBM dan tarif listrik bakal bengkak di awal tahun gegara ketegangan itu.

Sebab harga minyak acuan Dunia Brent sudah naik di atas 70 dolar AS per barrel yang juga bisa memicu inflasi.

Menurut Bhima, jika tekanan pada harga kebutuhan pokok naik, ujungnya daya beli tertekan dan pertmbuhan ekonomi diprediksi merosot dibawah 4.8 persen.

Baca Juga: Jadi Pimpinan Saat Tumpas Partai Komunis, Sosok Mantan Presiden Indonesia Ini Ternyata Punya Trauma Dengan Lambang Partai Tersebut!

Lebih lanjut, panasnya hubungan Iran dan AS juga akan membuat investor takut berinvestasi di negara berkembang, seperti Indonesia.

Investor akan cenderung main aman, misalnya dengan membeli dolar AS atau harga emas.

Indikator tersebut sudah terlihat dari naiknya harga emas dunia sebesar 3,5 persen dibandingkan pekan lalu, menjadi 1.572 dollar AS per ons dan dollar indeks menguat tipis 0,85 persen dalam sepekan terakhir.

Di pasar keuangan, dampaknya adalah volatilitas yang bisa membahayakan ekonomi dalam jangka panjang. (*)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : tribun video

Baca Lainnya