Sosok.ID - Presiden Joko Widodo adalah figur yang selalu memilih orang-orang yang ia anggap profesional dan punya daya kerja tinggi.
Terbukti dalam komponen menteri ataupun jajaran staf kepresidenan, Jokowi memilih orang-orang yang benar mumpuni dan profesional di bidangnya.
Pemilihan itupun bukan serta merta hanya untuk kepentingan pribadi maupun golongan, ia juga merangkul semua elemen untuk membangun pemerintahan yang bersih dan transparan.
Hal itu ya buktikan dengan keterbukaan mengenai informasi tokoh-tokoh yang menjadi menteri di Kabinet 'Indonesia Maju' periode tahun 2019-2024.
Bahkan banyak orang yang menunggu diajak oleh Jokowi untuk membangun negeri.
Namun ada satu tokoh yang dari awal memang mendukung Jokowi, bahkan bergabung sebagai penasehat saat Pemilihan Presiden tahun 2019 lalu.
Tetapi saat disodori jabatan yang memang sesuai dengan bidangnya di dalam pemerintahan, justru sosok itu menolak dengan tegas.
Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra mengungkapkan alasan mengapa ia tidak ingin menjabat Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Menurut dia, sebagai advokat yang kritis terhadap siapa saja, dirinya tidak ingin jabatan yang dipegang tersebut justru menimbulkan kontroversi.
"Saya tak ingin jadi kontroversi. Saya advokat yang kritis terhadap siapa saja. Latar belakang saya seperti itu akan menjadi kontroversi jika saya menjadi Dewas KPK. Akan ada polemik pro dan kontra," kata Yusril melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Senin (16/12/2019).
"Oleh sebab itu, saya sejak awal memutuskan tidak bersedia duduk pada jabatan tersebut," lanjut politikus PBB itu.
Yusril menegaskan, dirinya bukanlah pengejar jabatan.
Ia menerapkan seleksi yang ketat terhadap jabatan yang menghampiri dirinya.
"Hanya jabatan yang benar-benar saya anggap sesuai dengan jiwa dan semangat saya yang saya baru bersedia menerimanya," ujar Yusril.
Ia juga menegaskan bahwa pernyataannya ini tidak ada kaitannya dengan jabatan yang diinginkan namun tidak berhasil ia dapatkan.
Pernyataannya ini juga tak berkaitan dengan janji pihak Istana memberikannya jabatan tertentu.
"Enggak ada. Istana tidak pernah menjanjikan jabatan apa pun kepada saya dan saya tidak pernah meminta jabatan apa pun. Saya bukan tipe manusia yang hidup mengejar jabatan," ujar dia.
Yusril yang pernah menjabat kuasa hukum pribadi Jokowi itu mencontohkan ketika dirinya ditawari jabatan penting oleh presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.
"SBY waktu jadi Presiden pernah menawarkan saya jadi Dubes di Malaysia atau jadi Ketua MK. Saya tidak bersedia. Saya tidak sekadar berteori. Saya bukan manusia yang hidup mengejar jabatan," kata Yusril. (Dani Prabowo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Yusril Tak Ingin Jabat Dewas KPK, Ini Alasannya..."