Sosok.id - Hari ini 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional.
Tanggal tersebut telah ditetapkan Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 78 tahunn 1994, menetapkan tanggal 25 November selain sebagai HUT PGRI juga sebagai Hari Guru Nasional.
Berdasarkan surat edaran yang beredar pada Rabu (20/11/2019) tema Hari Guru Nasional 2019 kali ini adalah 'Guru Penggerak Indonesia Maju'.
Adapun di laman resmi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Upacara Bendera.
Selain itu, ada pula agenda lainnya, seperti seminar, talkshow, ziarah ke Taman Makam Pahlawan yang akan dipublikasikan oleh media.
Melansir dari Tribunnews, berbagai agenda tersebut adalah untuk mengapresiasi kerja keras para pahlawan tanpa tanda jasa.
Bertepatan dengan Hari Guru Nasional 2019, nasib para guru nampaknya patut untuk disoroti.
Utamanya adalah mereka yang masih berstatus sebagai guru honorer.
Sudah banyak kisah guru honorer yang membuat masyarakat prihatin dengan keadaannya.
Bagimana tidak, kebanyakan dari mereka hanya mendapat upah ratusan ribu dalam satu bulannya.
Bahkan mereka rela hidup menderita demi bisa mengajar anak-anak yang akan menjadi masa depan bangsa.
Seperti Nining Suryani (44) yang pada Juli 2019 lalu menjadi perhatian publik karena ia rela tinggal di toilet sekolah tempat ia mencari nafkah.
Kemudian ada Maria Marseli dari NTT yang rela mengajar walaupun ia hanya dibayar sebesar Rp 75 per enam bulannya.
Tak hanya bergaji rendah, terkadang mereka juga harus berhadapan dengan wali murid yang tak terima dengan perlakuan para guru honorer terhadap anak-anak mereka.
Seperti yang menimpa Rahmah (35) ini.
Wanita yang menjadi guru honorer di SDN Jambi Baru, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Aceh ini dikabarkan menjadi korban penganiayaan oleh seorang wali murid.
Baca Juga: Cerita Guru Honorer yang Tinggal di Toilet Sekolah, Bekas WC Jadi Tempat Memasak
Melansir dari Serambi News, insiden penganiayaan tersebut terjadi pada Rabu (20/11/2019) lalu.
Namun, insiden tersebut baru menjadi heboh pada Sabtu (23/11/2019) karena banyak masyarakat yang mengecam aksi tersebut.
Ditambah lagi kasus ini terjadi menjelang Hari Guru Nasional 2019.
Menurut keterangan Rahmah, yang masih syok sejak kejadian tersebut, ia hanya mengingat beberapa pemukulan yang dilayangkan padanya.
Rahmah mengaku ditampar hingga membuat luka memar serta membuat kepalanya bengkak.
Adapun oknum wali murid yang menganiaya Rahmah berinisial SH dan MP.
Tak hanya menampar, SH dan MP juga mencubit Rahmah hingga meninggalkan bekas kebiruan.
Rahmah mengaku tak mengingat detail penganiayaan itu sebab ia sibuk melindungi diri.
Bahkan, menurut pengakuannya, kerudung yang dikenakannya sampai tersingkap.
Insiden ini sendiri terjadi di depan pintu gerbang sekolah dan disaksikan warga.
Namun, mereka yang melihat tak ada yang berusaha melerai penganiayaan itu.
Sejak kejadian itu, Rahmah bahkan masih belum berani untuk kembali masuk ke sekolah karena ia masih syok dan trauma.
Bila terpaksa harus datang ke sekolah, Rahmah bahkan harus ditemani.
Rahmah mengaku sudah melaporkan kasus ini ke Mapolsek Sultan Daulat atas penganiayaan yang menimpanya dengan nomor surat tanda laporan LP-B/12/XI/2019/Sek Sultan Daulat 2019.
Rahmah juga telah di-BAP pada Kamis (21/11/2019) lalu.
Oleh pihak kepolisian, sempat dilakukan upaya mediasi, namun pelaku dikabarkan tak mau menghadiri panggilan polisi.
Karena itu, Rahmah hanya bisa berharap kasus yang menimpanya ini dapat diproses hukum sampai tuntas agar tidak ada lagi kejadian serupa yang menimpa para guru di luar sana.
”Saya berharap kasus ini diproses secara hukum sampai tuntas. Jangan sampai ada lagi kejadian sama yang menimpa guru. Terus terang kami trauma, saya masih syok, anak saya takut,” ujar Rahmah, seperti dikutip dari Serambi News.
(*)