Sosok.ID - Asep (50), seorang pedagang kopi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan harus alami hal menyedihkan di akhir hayatnya.
Ia harus berjuang untuk bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan di Jakarta.
Tak sampai disitu, pria berusia 50 tahun tersebut harus menahan perihnya penyakit yang ia derita.
Dilansir dari Kompas.com, menurut Tarjo, tetangganya, Asep memiliki riwayat penyakit komplikasi.
"Sakit komplikasi, katanya ada liver, macam-macam," kata Tarjo (45), tetanga Asep di gang Gaya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (15/11/2019), dikutip dari Kompas.com.
Menurut tetangganya tersebut, Asep dikenal sebagai pribadi yang tertutup pada warga sekitar.
Ia berkomunikasi dengan tetangga seperlunya saja.
"Memang orangnya jarang ngobrol sama tetangga-tetangga di sini," ujar Tarjo, dikutip dari TribunJakarta.com.
Tarjo juga menilai bahwa Asep sebagai pribadi yang kerap minder alias tidak percaya diri dengan keadaannya saat bertemu dengan tetangga.
"Misalnya dia mau keluar, tapi ada saya lagi nongkrong di sini. Dia cuma bolak-balik saja akhirnya. Pas saya masuk, baru dia keluar," kata dia, dikutip dari TribunJakarta.com.
Dilansir dari Kompas.com, Asep telah cukup lama bercerai dengan sang istri dan tak memiliki keturunan.
Rumah kontrakan yang ia tinggali hingga akhir hayatnya tersebut awalnya merupakan kediaman keponakannya.
Namun, keponakannya telah berkeluarga hingga meninggalkan kontrakan tersebut untuk tinggal bersama keluarga barunya.
Dalam keadaan sakit yang parah tersebut, Asep tetap memaksakan diri untuk menyambung hidup.
Asep yang sedang mengalami sakit tersebut harus berjualan sebagai tukang kopi untuk tetap bisa makan sehari-hari.
Pernah sekali waktu Asep diperingatkan oleh Tarjo, tetangganya tersebut untuk beristirahat di kampung halaman.
Namun, hal tersebut ditolak oleh Asep dengan alasan telah sehat karena pengobatan berjalan.
"Sudah saya ingetin juga. Kalau sakit pulang dulu ke kampung pak, jangan dipaksa di Jakarta. Dia bilang sudah mendingan, sudah berobat jalan," ucap Tarjo, dikutip dari Kompas.com.
Namun, hal yang menyedihkan harus dialami oleh kakek sebatang kara di Pasar Minggu, jakarta Selatan tersebut.
Asep ditemukan tewas membusuk di rumah kontrakannya pada Jumat (15/11/2019) sekitar pukul 08.00.
Tetangga sekitar pun sempat mencium bau tak sedap di lingkungan tempat tinggalnya. Bau itu sudah tercium sejak Kamis (14/11/2019) sore.
"Dari kemarin sudah bau bangkai tikus, sekitar jam 16.00 WIB lah. Nah tadi pagi baunya makin santer," tutur Tarjo, dikutip dari TribunJakarta.com.
Warga yang penasaran lalu mencari sumber bau tersebut. Pada akhirnya, warga mencurigai sumber bau tak sedap berasal dari rumah kontrakan Asep.
Warga kemudian mencoba mengetuk rumah kontrakan Asep dan memanggil yang bersangkutan.
"Sudah diketuk pintunya, dipanggil, tapi nggak ada respons. Akhirnya dilongok dari ventilasi atas, ternyata sudah bengkak," jelas Tarjo, dikutip dari TribunJakarta.com.
Ditemukannya Asep meninggal dengan keadaan yang mengenaskan oleh tetangga sekitar disayangkan.
Sebab tak ada saudara dari Asep yang berada didekatnya hingga ia ditemukan membusuk di kontrakan yang ia tempati seorang diri tersebut.
Bukan tanpa alasan Tarjo mengatakan hal tersebut, pasalnya selama tinggal di sana.
Jarang sekali ada kerabat atau saudara Asep yang datang menjenguk.
Sesekali Asep hanya mengurung diri di kamar selama tiga hari, bergelut dengan sakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya yang kian ringkih.
Selama itu pula tidak ada keluarga yang datang menengok.
"Saudaranya enggak ngurus. Sudah tahu sakit, sakitnya komplikasi, enggak ada yang nengok. Kadang almarhum enggak kelihatan tiga hari, saudaranya enggak ada yang datang, jarang nengokinnya," kata Tarjo, dikutip dari Kompas.com. (*)