Kisah Lansia Kakak Beradik yang Buta, Hidup Bersama di Gubuk Tua, Sekadar Makan Saja Harus Memelas ke Tetangga

Minggu, 20 Oktober 2019 | 07:17
KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH

Simah (kiri) dan Siti, dua nenek buta kakak-beradik, warga Dusun Karangploso, Desa Klampok, Kecamatan Benjeng, Gresik.

Sosok.ID- Sama-sama tak dapat melihat, Siti (91) dan Simah (82) saling menjaga satu sama lain.

Dalam sebuah rumah sederhana yang terletak di RT 11/RW 06 Dusun Karangploso, Desa Klampok, Kecamatan Benjeng, Gresik, Jawa Timur, kakak beradik ini bertahan hidup bersama-sama.

Mereka hidup berdua tanpa ditemani oleh anggota keluarga yang lain.

Keduanya menjalani dan menghabiskan hidup dengan apa adanya bersama.

Baca Juga: Pernah Tiduri 40 Wanita, Pria Ini Meninggal Secara Tragis dan Wariskan Penyakit Mematikan Pada Pacarnya

Terkadang, mereka pun sampai mendapat bantuan tetangga untuk sekadar keperluan makan sehari-hari.

"Kadang saya masak sendiri, kadang juga diberi oleh tetangga atau kerabat. Kami tinggal berdua, karena memang tidak punya anak dan suami," ujar Simah, saat ditemui, Kamis (17/10/2019).

Jauh sebelumnya, Simah mengaku memang belum pernah menikah sama sekali hingga saat ini.

Sementara Siti, dikatakan oleh Simah pernah menikah cuma sudah bercerai dan tidak dikaruniai anak.

Baca Juga: Ramai Seorang Wanita Penggemar K-POP Nekat Pasang Foto di Iklan Billboard Demi Bisa Ketemu Idolannya, Elvira: Aku Bakal Viral!

"Kami sebenarnya ada lima bersaudara, cuma dua saudara sudah meninggal sejak kecil. Tinggal saya, Siti, dan Saridi yang sekarang juga sudah meninggal," ucap dia.

Almarhum Saridi berjenis kelamin laki-laki dan memiliki dua orang anak, Tami dan Atim.

Saridi adalah saudara tertua, kemudian Siti, dan Simah sebagai anak bungsu.

Dua saudara kandung lainnya, dikatakan Simah sudah meninggal dunia sejak masih kecil.

Baca Juga: Nonton Konser Sambil Gandengan dan Bersandar Mesra dengan Seorang Wanita, Sikap Tak Biasa Ariel Noah Saat Pulang Jadi Sorotan, Pacar Baru?

"Kalau yang masih hidup ya tinggal saya dan Siti ini, sama-sama sudah tidak dapat melihat lagi. Ini juga rumah tinggalan orang tua," kata dia.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Simah yang sudah tidak dapat melihat rela memasak untuk keperluan makan.

Meski masakan itu, diakui oleh Simah sebisa dia lakukan, asal dapat untuk dikonsumsi bersama Siti.

"Masak sendiri untuk makan, sampai pernah kaki ini terkena (bara) api karena tidak bisa melihat. Sebab Siti sudah tidak bisa apa-apa, sering sakit-sakitan, jalan saja sudah pakai tongkat. Kadang juga dikasih orang," kata Simah.

Baca Juga: Nyaris Meninggal, Nyawa Ilmuwan Ini Terselamatkan Berkat Mengganti Bagian Tubuhnya Dengan Teknologi Robot

Untuk menopang kehidupan, kedua kakak-beradik buta ini pun banyak mengandalkan pemberian orang dan pihak-pihak yang merasa kasihan dengan kondisi mereka.

Terlebih sebelumnya, sudah banyak perabot dan barang milik pribadi yang dijual guna membeli kebutuhan bahan makanan.

"Kadang juga kami yang kasih makan, kadang juga keponakannya (Tami). Tapi kebanyakan Mbah Simah itu masak sendiri, seadanya, beberapa waktu lalu sampai kakinya terluka kena api," ucap salah seorang tetangga, Karni (50).

Biasanya, tetangga maupun kerabat mengirim makanan kepada kedua nenek buta tersebut saat Simah sedang sakit, lantaran tidak ada makanan yang tersedia untuk dikonsumsi.

Baca Juga: Dengar Arsy Sampai Nangis Kirimkan Doa untuk Kesembuhannya, Ashanty Tergugu Menahan Air Mata: Sedih ya...

"Memang yang sering sakit-sakitan itu Mbah Siti, kalau Mbah Simah yang sakit ya susah nggak ada yang masak, makanya kami kebanyakan kirimi makanan saat Mbah Simah sakit," beber salah seorang tetangga yang lain, Rika (32).

KOMPAS.com/HAMZAH ARFAH
KOMPAS.com/HAMZAH ARFAH

Rumah Simah dan Siti di Dusun Karangploso, Desa Klampok, Kecamatan Benjeng, Gresik.

Tempat tinggal tidak layak

Rumah Siti dan Simah yang ditempati saat ini merupakan peninggalan orang tua.

Rumah berdinding papan dengan tatanan kuno, dan sebenarnya terlihat cukup tidak layak untuk ditempati.

"Kadang kalau hujan juga masih kebanjiran. Meski sekarang lantai sudah diplester (dicor), kalau hujan deras ya tetap ngembes (kebanjiran tapi nggak parah seperti sebelumnya)," ujar salah seorang tetangga, Rika.

Baca Juga: Ayu Ting Ting Bisa Raup Rp 40 Juta Sekali Manggung, sang Ibu Sebut Anaknya Sudah Jadi Tulang Punggung Keluarga Sejak Kecil

Di samping rumah berukuran sekitar 10x12 meter persegi tersebut, sebenarnya terdapat sebidang tanah kosong.

Tanah tersebut, dahulunya merupakan milik Siti dan Simah.

"Tapi sudah lama kami jual. Dulu saat dibeli katanya mau dibuat mushalla, makanya saya mau jual, tapi sampai sekarang kok tidak dibangun-bangun mushallanya," ucap Simah.

Simah sendiri mengaku lupa besaran uang yang diterima hasil penjualan sebidang tanah tersebut secara pasti, lantaran durasi waktu penjualan yang cukup lama.

Baca Juga: Tak Mau Kalah dengan Menteri Susi, Retno Marsudi Persembahkan Ini untuk Indonesia Saat Sidang PBB, Raut Wajah Retno Bikin Terharu

"Sudah lama nak, tahun 90-an dulu atau lebih malahan (tahun 80-an). Cuma ya itu, (hasil penjualan) cukup buat bangun kamar mandi dan toilet, terus sisa uang Rp 250 ribu seingat saya," tutur Simah.

Ketika ditanya mengenai harga penjualan sebidang tanah miliknya tersebut apakah tidak terlalu murah? Simah hanya menjawab diplomatis.

"Ya itu nak, ngomongnya kan mau dibuat musholla jadi ya saya setuju saja menjualnya, tapi kok belum dibangun-bangun sampai sekarang," kata Simah.

Simah sendiri mengaku bersyukur, saat ini sudah banyak pihak yang membantu, lantaran merasa iba dengan kehidupan mereka.

Baca Juga: Kisah Heri Misbahudin, Ayah Ibunya Meninggal Setelah Digigit Ular, Remaja 17 Tahun Harus Jadi Tulang Punggung Keluarga

Baik pribadi, instansi, pemerintah desa setempat, hingga pemerintah daerah.

(Kompas.com/Hamzah Arfah)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Dua Nenek Buta Kakak-Beradik yang Sakit-sakitan dan Setia Tinggal Bersama"

(*)

Tag

Editor : Tata Lugas Nastiti

Sumber Kompas.com