Sosok.ID - Apabila melintas di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Timur kita akan disuguhkan pemandangan sebuah gubuk reot mirip kandang ayam.
Ternyata buka ayam yang tinggal di gubuk tersebut melainkan sebuah keluarga yang menggunakan gubuk mirip kandang ternak sebagai tempat naungan.
Keluarga asli warga Siantan Hulu, Kota Pontianak, Kalimantan Barat ini sudah dua bulan telah menempati rumah tak layak huni tersebut.
Awalnya pasangan suami istri dan keempat anaknya tersebut tinggal di rumah biasa, namun hal yang buruk harus menimpa keluarganya.
Dua bulan yang lalu rumah yang mereka miliki dijual oleh orang tua pasangan suami istri tersebut.
Hal tersebut menjadi salah satu sebab mereka harus rela tinggal berdesak-desakan di gubuk reot dan tak layak huni tersebut.
Lena, sang istri, enggan menceritakan detail permasalahan hingga rumah mereka dijual oleh mertuanya tersebut.
Namun, Lena mengatakan alasan mereka memilih untuk membuat rumah gubuk yang mirip kandang ayam tersebut untuk digunakan sebagai tempat tinggal.
Semua rentetan peristiwa yang menimpa keluarganya tersebut berawal dari keterbatasan ekonomi yang menimpa mereka.
"Suami kerja serabutan. Anak 4 orang. Jadi saya bersama suami buat rumah di sini," kata Lena, Jumat (11/10/2019), dikutip dari Kompas.com.
Bahkan untuk membangun gubuk yang lebih mirip dengan kandang ayam tersebut, pasangan suami istri ini harus putar otak.
Akhirnya dibantu oleh uluran tangan warga lain mereka setidaknya bisa membuat rumah yang bisa mereka tempati sementara.
Tanah yang mereka tempati untuk membuat rumah tersebut adalah milik warga setempat yang memperbolehkan tanah tersebut dipakai untuk membangun gubuk.
Gubuk yang mereka tinggali pun juga mereka buat dengan alat seadanya dan dengan tangan sendiri.
Hanya manfaatkan seng bekas pemberian tetangga dan juga menggunakan tiang kayu yang dicari langsung dari hutan dekat rumah tersebut.
"Untuk kayu-kayunya, saya sama suami mencari pohon di hutan," tuturnya, dilansir dari Kompas.com.
Keempat anak mereka juga harus menerima imbas dari keterbatasan ekonomi yang sedang mereka alami.
Keempat anak tersebut masih berusia di bawah umur, anak pertama baru berusia 15 tahun, anak kedua berusia 14 tahun, anak ketiga 5 tahun dan anak terakhir baru berusia 1 tahun.
Anak tertuanya pun sudah putus sekolah sejak 2 tahun lalu lantaran tidak ada biaya.
Sedang anak kedua yang baru duduk dibangku kelas satu sekolah menengah pertama tersebut juga terancam akan bernasib sama dengan kakaknya.
Keseharian Lena untuk dapat menghidupi keempat anaknya ia harus rela pergi kehutan untuk mencari umbi-umbian dan sayur pakir.
Dua makanan itulah yang menunjang kehidupan kedua satu keluarga tersebut setiap harinya.
Lena berucap, yang paling mengkhawatirkan adalah saat musim hujan seperti sekarang ini.
Anak-anak harus mencari posisi duduk dan tidur agar tidak terkena hujan.
Situasi itu diperparah dengan kondisi anak pertamanya yang sering demam karena pernah terjatuh.
Saat ini saja, Lena mengaku telah 4 hari mengalami diare dan tidak bisa berobat karena tidak memiliki biaya dan BPJS Kesehatan.
"Saya berharap pemerintah memberi perhatian dan bantuan untuk sekolah anak dan biaya kesehatan mereka," ucapnya.
Melansir dari Kompas.com, saat menemui DPRD Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Yandi mengatakan, adanya satu keluarga yang menempati gubuk reot mirip kandang ayam tersebut akibat buruknya komunikasi dan koordinasi dari aparatur pemerintahan.
Dari mulai pejabat Rukun Tetangga (RT) hingga Pemerintah Kota atau Kabupaten.
"Mengenai persoalan ini, semoga bisa cepat dicarikan solusi," kata Yandi.
Padahal, sejak lama di Pemkot Pontianak punya program yang menegaskan bahwa tidak boleh ditemukan anak-anak putus sekolah akibat kekurangan biaya.
Dalam kebijakan tersebut jelas diterangkan apabila masih ditemukan keluarga miskin dan anak putus sekolah, makan lurah setempat akan dicopot.
"Kejadian ini jadi kado buruk bagi Kota Pontianak yang akan merayakan ulang tahunnya ke-248 tahun," ujarnya. (*)