Pesan Terakhir Istri Soeharto Sebelum Wafat, Diabaikan Orang Terdekat Termasuk Suaminya Tapi 2 Tahun Kemudian Terbukti, Bu Tien: Sudah Cukup, Beliau Sudah Tua

Kamis, 10 Oktober 2019 | 09:36
Dok. Istimewa Intisari

Pesan Terakhir Istri Soeharto Sebelum Wafat, Diabaikan Orang Terdekat Termasuk Suaminya Tapi 2 Tahun Kemudian Terbukti, Bu Tien: Sudah Cukup, Beliau Sudah Tua

Sosok.ID - Kabar menggemparkan terjadi pada 28 April 1996 mengenai seorang tokoh bangsa yang meninggal.

Istri dari Presiden Indonesia kala itu, Soeharto meninggal dunia hingga mengagetkan seluruh rakyat.

Banyak hal yang dibicarakan mengenai apa yang terjadi hingga membuat Bu Tien seperti itu.

Namun sebelum Ibu Negara tersebut berpulang, ada sebuah pesan yang disampaikan olehnya untuk sang suami.

Baca Juga: Mengharukan, Momen Orang Tua Kandung Betrand Peto Lepaskan Putranya Kepada Ruben Onsu dan Sarwendah : Beri Kami Kesempatan Untuk Bertemu Anak Kami

Sayangnya pesan itu tidak diindahkan oleh setiap orang yang dekat dengan keluarga bahkan termasuk sang suami.

Dikutip dari buku yang berjudul "Pak Harto, The Untold Stories", pada tahun 1996, dalam sebuah upacara partai Golkar.

Ibu Tien sempat meminta bantuan dari seorang lingkar pemerintahan pusat untuk membantunya menyampaikan pesan tersebut.

Dituliskan di buku tersebut, Mien Sugandhi diminta oleh Ibu Tien untuk membantunya agar pesen itu dapat tersampaikan.

Baca Juga: Video Detik-detik Bebatuan Sebesar Rumah Berjatuhan Dari Langit di Purwakarta, Bukan Bencana Alam Maupun Gunung Meletus, Ulah Manusia Inilah yang Jadi Penyebabnya!

Kala itu, Ny Mien Sugandhi, duduk berdampingan dengan Bu Tien.

"Tiba-tiba Bu Tien bilang ke Ny. Mien "Tolong katakan kepada...(menyebut salah satu petinggi Partai Golkar), agar pak Harto jangan menjadi presiden lagi. Sudah cukup, sudah cukup, beliau sudah tua."

Mien Sugandhi pun menjawab apa yang dikatakan oleh Bu Tien dengan nada heran.

"Lo, kalau begitu siapa yang mumpuni untuk menggantikan beliau?" ujarnya.

Baca Juga: Selalu Bawa Pispot Pribadi dengan Pasukan Khusus, Kim Jong Un Punya Protokol Keamanan Nasional untuk Urusan Buang Kotoran

ist

Ibu Tien dan Soeharto

"Biarlah itu diserahkan dan ditentukan oleh Pemilu saja. Aku sudah tidak mau lagi. Aku mau pergi, aku lungo (pergi). Pokoke aku lungo," kata Bu Tien.

Permintaan dari Ibu Tien tersebut lantas disampaikan kepada petinggi Golkar kala itu sebagai sebuah pesan dari seorang ibu negara.

Namun apa yang telah disampaikan Mien Sugandhi ditanggapi dengan santai dan justru pimpinan Golkar tetap mengusung Soeharto sebagai Presiden RI.

Golkar tetap menginginkan "The Smiling General" menjadi kepala negara sekali lagi setelah sekian puluh tahun bersama anak-anaknya dari lahir hingga tumbuh besar.

Baca Juga: 40 WNI Berangkat ke Luar Negeri Setelah Dapat Beasiswa Kuliah Dan Dibayar Rp 12,4 Juta/Bulan, Ternyata Justru Jadi Korban Perdagangan Manusia

Dua tahun kemudian, pesan dan ketakutan Ibu Tien tersebut menjadi kenyataan dan bahkan terlihat parah.

Sesaat setelah dilantik menjadi presiden pada 28 Maret 2998, tak sampai hitungan tahun ramalan Ibu Tien itu benar terjadi.

tiga bulan paska dilantik, rakyat Indonesia bergejolak hingga terjadilah gerakan reformasi yang melengserkan Bapak Pembangunan sebagai presiden.

Soeharto undur diri dari jabatan Presiden hingga ekonomi anjlok besar-besaran membuat Indonesia menjadi negara bangkut.

Baca Juga: Berawal Dari Kecurigaan Ibu RT, Hubungan Inses Kakak Adik Akhirnya Terbongkar, Dari Curhat Masalah Sekolah Hingga Berakhir Hamil 5 Bulan

Peristiwa kelam sebelum membaranya gerakan reformasi pada tahun 1998 tersebut mungkin akan membuat alur yang berbeda saat pesan ibu negara diindahkan. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Pak Harto, The Untold Stories

Baca Lainnya