Sosok.id - Kecelakaan maut kembali terjadi di Tol Cipularang pada Senin (2/9/2019) sekitar pukul 13.00 WIB.
Setidaknya, 21 kendaraan terlibat dalam insiden yang terjadi di kilometer 91 itu.
Bahkan empat kendaraan yang terlibat juga terbakar.
Adapun korban yang tewas dari kecelakaan itu sebanyak 9 orang tewas, 16 luka ringan, dan 4 luka berat.
Sebelumnya, pada Jumat (28/8/2019) lalu juga telah terjadi kecelakaan.
Tepatnya di kilometer 96 Tol Cipularang.
Masih lekat diingatan juga, kecelakaan maut yang merenggut nyawa istri Saipul Jamil pada 2011 lalu.
Virginia, meregang nyawa akibat kecelakaan yang juga terjadi di KM 96 Tol Cipularang.
Dilansir dari Tribunnews, setidaknya ada lima kasus kecelakaan yang terjadi sejak Januari-September 2019.
Tiga dari peristiwa itu memakan korban jiwa.
Berkaca dari kasus-kasus tersebut, sebenarnya ada apa dengan KM 90-an di Tol Cipularang?
Sehingga banyak mengakibatkan kecelakaan maut.
Mitos
Dilansir dari Tribunnews, penduduk yang tinggal di sekitar Tol Cipularang meyakini adanya sebuah mitos.
Yakni, angkernya Gunung Hejo, yang terletak di Kecamatan Darangdan, Purwakarta, Jawa Barat.
Gunung itu disebut sebagai tempat petilasan atau tempat bertapa Prabu Siliwangi, raja di Kerajaan Pajajaran.
Adapun, dilansir dari Kompas.com, tempat petilasan itu berada di sekitar KM 96 Tol Cipularang, tepatnya di sebelah kiri arah tol Bandung menuju Jakarta.
Wujud petilasannya sendiri adalah menyerupai batu yang terbungkus kain putih.
Menurut cerita warga, ada "penunggu" di tempat tersebut.
Dahulu, saat pembangunan tol, warga bercerita jika kontraktor berjanji untuk membuat akses menuju petilasan itu.
Namun, kontraktor tak menepati janjinya hingga jalan tol beroperasi.
Oleh karena itulah, masyarakat meyakini bahwa penunggu dari tempat petilasan itu marah dan sering mengganggu pengemudi.
Sehingga, kecelakaan sering terjadi di sekitar lokasi tersebut.
Penjelasan ilmiah
Terlepas dari kepercayaan masyarakat terhadap mitos tersebut, berikut penjelasan ilmiah:
1. Aspek geometrik
Berdasarkan aspek geometrik, KM 90-an Tol Cipularang menyebabkan kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi.
Sehingga, diperlukan kewaspadaan oleh pengemudi, khususnya dari arah Bandung menuju Jakarta.
“Kalau saya lihat dari sisi geometrik jalan itu memang jalan kan agak tikungan dan kemudian turunan.
Jadi kalau dari Bandung pasti kecenderungannya adalah kecepatan tinggi,” ujar Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi di Jakarta, Seperti dikutip dari Kompas.com Senin (2/9/2019).
2. Human eror
Seperti yang sudah disebutkan dalam poin pertama, kontur jalan yang menurun disertai dengan tikungan mengahruskan pengemudi untuk selalu waspada.
Mengantuk atau kelelahan saat mengemudi melewati jalanan tersebut sangat membahayakan.
Dilansir dari Tribun Jabar, Kepala Unit Laka Lantas Satuan Lalulintas Polres Purwakarta Iptu Asep Kusuma menjelaskan tentang microsleep.
Microsleep adalah tidur sementara secara mendadak selama beberapa detik.
Baca Juga: Lagi! Seorang Istri di Riau Sewa 2 Pembunuh Untuk Habisi Nyawa Suaminya, Cuma Dibayar Rp 100 Ribu
Hal itu biasanya disebabkan karena terlalu lelah atau bosan.
"Karena mengantuk menjadi faktor paling tinggi kecelakaan di situ, meski microsleep itu hanya beberapa detik tapi akibatnya fatal, dan hampir selalu tabrak belakang kendaraan," ujar Asep, seperti dikutip dari Tribun Jabar.
Selain itu, Asep juga menduga bahwa banyak pengemudi yang memacu kendaraannya usai mengebut di jalanan yang lurus sebelumnya.
Sehingga menyebabkan oversteer dan understeer.
Oversteer merupakan keadaan saat mobil kehilangan traksi pada roda belakang ketika sedang menikung yang mengakibatkan kendaraan tergelincir dan hilang kendali.
Sementara understeer adalah keadaan di mana mobil kesulitan berbelok akibat roda depan kehilangan traksi saat memasuki tikungan terlalu cepat.
"Setelah jalan KM 100-an itu kan lurus, ngebut tuh, karena melebihi kecepatan bisa oversteer atau tekor saat berbelok."
"Tapi paling banyak karena faktor kelelahan atau mengantuk," jelas Asep.(*)