Sosok.id - Akhir-akhir ini dunia maya dihebohkan dengan cerita horor yang bermula dari media sosial Twitter.
Cerita tersebut mengisahkan tentang pengalaman enam mahasiswa yang mengalami kejadian mistis saat menjalani KKN.
Akun @SimpleM81338523 menuliskan utas mengenai pengalaman tersebut.
Adapun, ia menuliskan dalam dua versi yang diambil dari dua sudut pandang orang yang mengalami kejadian tersebut secara langsung.
Yakni, versi Widya dan versi Nur.
Baca Juga: Tinggal Serumah, Seorang Pria Ketahuan Cabuli Adik Ipar Sendiri
Utas pertama, yakni versi dari sudut pandang tokoh pertama yang bernama Widya diunggah satu bulan yang lalu.
Tepatnya pada 24 Juni 2019 yang hingga kini telah di-retweet sebanyak lebih dari 29 ribu, dan mendapat likes lebih dari 73 ribu.
Sementara, untuk versi dari sudut pandang Nur diunggah pada 20 Juli 2019 lalu.
Utas itu telah di-retweet hampir 15 ribu kali dan mendapat likes lebih dari 38 ribu.
Baca Juga: 2 Komika Pengundang Tawa Penonton Menyusul Komedian Nunung, Diamankan Polisi Karena Konsumsi Sabu
Sejak saat itu, cerita ini menjadi viral dan terkenal.
Cerita
Seperti yang telah disebutkan di atas, cerita itu mengisahkan tentang pengalaman enam mahasiswa yang sedang menjalani KKN.
Adapun setting cerita terjadi pada 2009 di sebuah desa yang kemudian disebut sebagai Desa Penari.
Lokasi desa itu juga disamarkan, begitu pula dengan nama enam mahasiswa.
Cerita bermula ketika tiga mahasiswi bernama Ayu, Widya, dan Nur, serta tiga mahasiswa bernama Bima, Wahyu, dan Anton memilih KKN di Desa Penari.
Namun, sejak awal, Widya dan Nur merasakan ada yang salah dengan desa tersebut.
Hingga hari-hari selama menjalani KKN mereka mengalami berbagai kejadian mistis yang tak masuk akal.
Sampai akhirnya, ada perbuatan yang sangat pantang dilakukan di tempat keramat yang dilakukan oleh tokoh bernama Bima dan Ayu.
Hal itu pula yang akhirnya membuat mereka sakit aneh dan meninggal dunia beberapa bulan setelahnya.
Tanggapan warganet
Menanggapi viralnya cerita tersebut, warganet pun beramai-ramai membuat parodi dari utas itu.
Kebanyakan dari mereka membuat parodi dari sudut pandang tokoh selain Widya dan Nur.
Bahkan, ada pula yang membuat versi dari benda-benda atau hewan yang juga menjadi bagian dari utas yang panjang itu.
Berikut adalah beberapa versi dari tokoh dan hewan yang dibuat oleh warganet di media sosial Twitter:
1. Versi Tukang Cilok
Baca Juga: Dendam Karena Pernah Dibully, Pria Ini Bunuh Teman Sekolahnya 53 Tahun Kemudian
Diceritakan dalam utas, bahwa saat Widya dan Wahyu pergi ke kota untuk membeli perlengkapan, mereka bertemu dengan penjual cilok.
Saat itu, mereka hendak kembali ke Desa Penari tapi hari sudah mulai gelap.
Saat mereka mampir untuk membeli cilok, si penjual kemudian mengingatkan mereka agar berhati-hati saat melewati hutan yang menjuju ke desa tersebut.
2. Versi Kepala Monyet
Saat kembali dari kota, Widya dan Wahyu terpaksa menuntun kendaraan mereka karena mogok.
Baca Juga: Nikahi Bule Cantik Austria, Awan, Petugas PPSU Sempat Ditolak Oleh Mertua
Namun, mereka bertemu dengan masyarakat di sebuah perkampungan yang sedang menggelar pesta.
Mereka pun dibantu oleh warga yang sedang berpesta.
Widya dan Wahyu juga turut memakan hidangan yang disajikan.
Saat hendak pulang, mereka juga dibungkuskan sisa makanan yang dihidangkan pada mereka.
Namun, sesampainya di pondok tempat mereka menginap, bungkusan makanan itu berubah menjadi kepala monyet.
3. Versi Badarawuhi
Badarawuhi adalah tokoh yang disebut sebagai penari yang diceritakan dapat menjelma sebagai ular.
4. Versi Ular
5. Versi Mbah Dok
Mbah Dok adalah tokoh yang diceritakan sebagai sosok jin yang menjaga Nur.
Diceritakan pula bahwa ia bertarung dengan setengah dari ribuan jin yang menghuni Desa Penari tersebut.
Panggung cerita horor di media sosial
Melihat fenomena viralnya cerita horor di media sosial telah menjadikannya sebuah panggung tersendiri.
Sebut saja #JURNALRISA yang selalu menjadi trending di Youtube berkat vlog-nya yang menelusuri tempat-tempat angker.
Dilansir dari Kompas.com, berikut tanggapan Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada, Prof. Koentjoro.
Menurut keterangannya, tingginya respon masyarakat terhadap kisah-kisah horor diakibatkan oleh adanya rasa percaya terhadap hal gaib.
"Jin itu menurut agama itu ada. Tetapi, apakah yang ada dalam vlog atau kisah horor ini beneran bisa disebut jin?" ujar Koentjoro, mengutip Kompas.com, Jumat (30/8/2019).
Ia juga berkata, kisah-kisah horor yang beredar di media sosial merupakan permainan fiksi atau permainan menipu dari Bayes Kognitif (dua penafsiran berbeda).
Adapun, rasa penasaran yang dimiliki masyarakat Indonesia kemudian membuat cerita horor menjadi cepat vira.
Walaupun tak menampik, mereka juga memiliki rasa takut saat membaca kisah horor tersebut.
Menurutnya, hal itu termasuk wajar dalam ilmu psikologi.
"Barangkali ada displacement atau pengalihan obyek, dengan sesuatu yang tidak biasa. Sementara yang di vlog kan suatu yang biasa," ujar Koentjoro.
"Vlog menjadi sesuatu yang biasa, apakah itu permainan kamera atau lampu, yang menimbulkan rasa ingin tahu penonton," tambahnya.
Dengan demikian, Koentjoro menjelaskan bahwa masyarakat dalam memandang kisah horor dalam versi tulisan atau video menimbulkan rasa ingin tahu.
Maka dari itu, banyak kisah horor yang seringkali menjadi viral di media sosial.(*)