Bung Karno Menangisi Sahabatnya, Si Pria Pendek Bertubuh Kurus dan Rambut Keriting

Selasa, 13 Agustus 2019 | 14:21
Istimewa

Kartosoewirjo di Pengadilan Mahkamah Darurat Perang (Mahadper)

Sosok.ID- Sebagai seorang pemimpin yang besar, Bung Karno memiliki daya pikat dan karisma tersendiri sehingga membuat banyak orang ingin dekat dan mengenal Bung Besar.

Tercatat Soekarno menjalin persahabatan dengan banyak pemimpin dari negara lain, tanpa terkecuali John. F. Kennedy (Presiden AS ke 35), selain itu juga ada Nikita Kruschev, Pemimpin Uni Soviet.

Namun, ada salah satu kisah persahabatan yang membuat Sang Proklamator bersedih ketika ia berpulang.

Sosok yang satu ini bukalah pemimpin bangsa lain, bahkan di akhir hayatnya ia juga menjadi pemberontak bagi Republik.

Baca Juga: Heboh Kayu Bajakah Disebut Obat Penyembuh Kanker, Ketum Yayasan Kanker: Uji Coba Terhadap Tikus dan Manusia tuh Berbeda

Peristiwa itu disebut sebagai pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) atau NII (Negara Islam Indonesia).

Yang membuat sedih Bung Karno bukanlah kelompok pemberontak tersebut, namun pimpinan dari kelompok itu adalah sahabat masa muda Soekarno.

Kartosoewirjo, adalah salah satu kawan dari Bung Karno kala masih menimba ilmu dan mondok di rumah HOS TJokroaminoto di Surabaya pada tahun 1918-an.

Ketika menjabat menjadi Presden pasca Kemerdekaan Indonesia, selang berapa tahun kemudia meletuslah pemberontakan yang dipicu kekecewaan dan dipimpin oleh sang sahabat, Kartosoewirjo.

Baca Juga: Sosok Wikana, Dari Jubir Golongan Muda Hingga Menteri Urusan Pemuda Pertama, Menghilang Entah Kemana

Salah satu keputusan berat uang harus diambil Soekarno adalah menandatangai vonis mati terhadap sahabatnya tersebut.

Karena Kartosoewirjo terbukti sebagai Imam dan Pimpinan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, berkas eksekusi mati tertulis nama itu berkali-kali disingkirkan dari meja kerja Soekarno.

Hal itu bukan tanpa alasan, keduanya sudah sejak lama bersahabat.

Baca Juga: Soekarno Beberkan Fakta Dibalik Tongkat Komando Miliknya yang Konon Keramat

Tribun Jabar

Soekarno menangis di pusara Ahmad Yani

Keduannya sama-sama berguru kepada orang yang sama yakni HOS Tjockroaminoto.

"Pada 1918 ia adalah seorang sahabatku yang baik. Kami bekerja bahu membahu bersama Pak Tjokro demi kejayaan Tanah Air.

Pada tahun 20-an di Bandung kami tinggal bersama, makan bersama, dan bermimpi bersama-sama. Tetapi ketika aku bergerak dengan landasan kebangsaan, di berjuang semata-mata menurut azas agama", Kata Bung Karno yang dikutip dari buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat.

Kartosoewirjo adalah salah satu sahabat semasa in the kos di rumah Pak Tjokro yang tak pernah bosan mengomentari Bung Karno saat berlatih pidato di depan cermin.

Namun tak jarang kritik yang dilontarkan Kartosoewirjo lebih kepada ejekan.

Baca Juga: Saat Serangan Mematikan Kopassus Buat Separatis Papua Kabur Usai Kepung Koramil Warmare

"Hei Karno, buat apa berpidato di depan cermin? Seperti orang gila saja", celetuk Kartosoewirjo yang dikutip dari Majalah Intisari Edisi Agustus 2015.

Mendengar komentar sahabatnya Soekarno muda membalas, " Tidak seperti kamu, sudah kurus, kecil, pendek, keriting mana bisa jadi orang besar!", begitu yang ditulis dari Majalah Intisari Edisi Agustus 2015.

Kemudian keduanya tertawa bersama-sama.

Namun perjuangan kedua sahabat itu mulai berbeda arah, yang membuat seperti terlihat berselisih pandang.

Baca Juga: 5 Bulan Tak Pulang, Gadis 16 Tahun Ditemukan Terikat Dalam Karung dan Tinggal Tulang

Yang satu sangat nasionalis, ialah Bung Karno, sedang sang sahabat, Kartosoewirjo sangat religius.

Medio tahun 1962, nama sang sahabat, mencuat sebagai salah satu pentolan yang dianggap memberontak pemerintahan Republik dibawah DI/TII.

Akhirnya Kartosoewirjo tertangkap oleh pasukan Yonif Linud 328, lantas dijatuhi pidana mati pada 16 Agustus 1962 oleh Pengadilan Mahkamah Darurat Perang (Mahadper).

Ketika menandatangani surat keputusan untuk menghukum mati Kartosuwiryo, Bung Karno sempat menangis mengingat Kartosoewirjo pernah menjadi sahabat dekatnya.

Baca Juga: Kasyfi Kalyasyena, Pianis Muda Indonesia yang Berhasil Pukau Istri Donald Trump di Ajang Kompetisi Musik Internasional

Lalu pada 4 September 1962, sekitar pukul 05:50 WIB, hukuman mati terhadap Kartosoewirjo dilaksanakan oleh sebuah regu tembak di sebuah pulai di sekitar Teluk Jakarta.

(*)

Tag

Editor : Tata Lugas Nastiti

Sumber Kompas.com, Tribunnews.com, Majalah Intisari