Sosok.id - Nama Si Jagur tak bisa lepas dari sejarah panjang ibukota Jakarta.
Ditempatkan di museum Fatahilah Jakarta, meriam ini memiliki cerita perjuangannya tersendiri.
Namun juga melekat kisah takhayul yang menempel di meriam khas abad 17 ini.
Si Jagur Cannon, dibangun oleh Portugis untuk mempertahankan posisi mereka di Malaka pada tahun 1600-an.
Baca Juga: Demi Sewa PSK dan Beli Narkoba, Pria Ini Tega Curi Uang Pengobatan Anaknya Sebesar Rp 2 Miliar
Kemudian dibawa ke Batavia oleh Belanda untuk mempertahankan Benteng Batavia.
Meriam itu terbuat dari 16 meriam kecil, dengan simbol kepalan di bagian bawah.
Simbol yang berarti keberuntungan oleh Portugis tetapi di Indonesia simbol itu terkait dengan hubungan seksual.
Karena kekuatan meriam dan lambangnya, orang-orang mulai percaya bahwa meriam ini memiliki kekuatan magis.
Meriam ini dianggap bisa membuat pasangan menikah cepat miliki momongan dengan menyentuh simbol kepalan tangan.
Kemudian banyak orang datang dan membawa bunga sebagai tawaran meriam, dan berdoa di samping meriam untuk membantu mereka memiliki bayi.
Ini gambar meriam ini pada tahun 1947.
Salah satu daya tarik paling memikat dari meriam ini, justru ketidakjelasan asal-usulnya.
Di lansir dari Kompas.com dan Tribunnews.com , Cerita yang muncul perihal Si Jagur bisa bermacam-macam.
Ada yang bilang dia sebenarnya meriam kepunyaan Portugis yang direbut Belanda setelah berhasil menguasai Selat Malaka pada 1641.
Meriam itu kemudian diboyong ke Batavia.
Tetapi ketika Belanda diserang Inggris dan bentengnya diluluh-lantakkan, saking beratnya, Si Jagur tidak bisa diselamatkan, ia ditinggalkan sendirian.
Bukan hanya itu kisah di balik keberadaan sang meriam sundut.
Jika versi ini benar adanya, masih ada kisah lainnya.
Yakni, Si Jagur ternyata punya pasangan tempur bernama Ki Amuk, yang ditempatkan di Museum Banten Lama, Serang.
Ki Amuk sebelumnya tersimpan di sebelah utara pintu masuk Pelabuhan Karanghantu.
Tempat itu dulunya pusat kekuatan pasukan tempur Kesultanan Banten dalam menghadang musuh.
Julukan Ki Amuk diberikan karena benda tersebut mencerminkan kedahsyatan seseorang, saat mengamuk.
Kekuatannya bisa meluluh lantakkan apa pun yang ada di depannya.
Meriam itu, katanya, merupakan hadiah Raden Fatah dari Kerajaan Demak.
Baca Juga: Perjuangan Nadya Valerie Bangkit dari Penyakit Kanker, Jadi Youtuber dan Lulus Program Magister
Saat Banten diduduki Belanda, Si Jagur dan Ki Amuk pernah disandingkan.
Seusai perang, kedua meriam berusaha diangkut ke Batavia dengan menggunakan dua buah truk.
Namun Ki Amuk rupanya betul ngambek.
la tidak sudi dibawa ke Batavia, sehingga truk yang mengangkutnya mogok.
Walau sudah lama diperbaiki, mesin truk tersebut masih tetap tidak bisa dihidupkan lagi.
Baca Juga: Pegawai ASN Masih Aktif dan Pensiunan Pegawai Lingkup Pemkab Mimika Bentuk Aliran Sesat
Akhirnya Ki Amuk diturunkan. Anehnya, setelah tidak mengikutsertakan Ki Amuk, truk tersebut bisa berjalan lagi.
Beda dengan Si Jagur yang terlihat senang hati hendak dibawa ke kampung halamannya.
Mungkin karena merasa "berasal" dari Batavia, truk yang mengangkut Si Jagur sama sekali tidak mengalami rintangan sedikit pun.
Si Jagur bisa selamat sampai di Batavia.
Si Jagur terbuat dari coran besi, meriam sundut dan memiliki berat sekitar 3,5 ton.
Panjang larasnya 3,85 m dan diameternya sekitar 25 cm.
Pada salah satu sisinya, terdapat tulisan dalam bahasa Latin yang berbunyi: Ex me Ipsa renata Sum, yang artinya kurang lebih "dari saya sendiri aku dilahirkan kembali".
Si Jagur memang diperkirakan berasal dari 16 meriam kecil yang dilebur menjadi satu.
Yang agak unik dan menjadi cerita yang amat kontroversial tentang meriam ini, bagian pangkalnya berbentuk kepalan tangan kanan.
Tetapi posisi jempolnya dijepit jari telunjuk dan jari tengah.
Bentuk seperti itu oleh banyak orang diidentikkan sebagai simbol atau lambang sanggama.
Dalam istilah yang sopan disebut "lambang kesuburan".
Ada yang percaya bahwa Si Jagur yang juga dijuluki Kiai Setama itu mempunyai pasangan (kali ini bukan pasangan tempur di medan perang, tapi pasangan tempur "di tempat tidur") di Solo yang dijuluki Nyai Setama.
Konon, jika kedua meriam itu disandingkan, ceritanya bakal "seru".
Entah apa yang dimaksudkan "seru" di sini.
Si Jagur pada mulanya ditempatkan di satu tempat di Jln. Cengkeh - Tongkol di Jakarta Kota.
Baca Juga: Rumah Susi Pudjiastuti Dilempari Batu Hingga Kacanya Pecah, Saksi Sebut Pelaku Kendarai Motor Matic
Letaknya tidak jauh dari makam Habib Husein bin Abubakar Alaydrus yang terletak di dalam Masjid Luar Batang.
Semasa hidupnya, habib yang berasal dari Hadramaut dan menjadi guru agama itu tinggal di dekat benteng VOC.
Setiap hari, apalagi pada malam Jumat, makamnya banyak diziarahi pengunjung dari berbagai daerah. (*)