Sosok Kapolda Fadil Imran yang Angkat Telepon Saat Terima Arahan Jokowi, Pernah Peluk Erat Sambo Saat Jadi Tersangka

Minggu, 16 Oktober 2022 | 09:00
Facebook

Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran yang anak buahnya ditahan kasus Ferdy Sambo ternyata besanan sama petinggi Polri.

Sosok.ID -Sosok Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil Imran, curi perhatian di internet saat videonya di Istana Negara viral.

Video itu menunjukkan saat dirinya berbincang lewat ponsel.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil petinggi dan pejabat Polri ke Istana Negara Jumat (14/10/2022).

Jokowi meminta para pejabat Polri tidak membawa topi, tongkat komando, ajudan, dan ponsel.

Namun dalam lawatan itu Fadil Imran ketahuan membawa ponsel, membuat warganet bertanya-tanya mengenai penggunaan handphone itu.

Video berdurasi 24 detik itu adalah cuplikan video dari televisi nasional saat di Istana Negara.

Potongan video yang beredar di Twitter itu diunggah oleh akun @TeguhWidiarto.

Dalam video, terlihat Fadil Imran menerima telepon saat menunggu pengarahan dari Jokowi.

Namun, video yang banyak tersebar tidak memperlihatkan gambar secara utuh dari video asli di tayangan televisi nasional.

Ponsel setelah ditelusuri ternyata datang dari wanita yang diduga protokoler kepresidenan, yaitu seorang wanita berbusana batik.

Wanita itu hampiri Fadil Imran yang masih memakai masker, lalu berikan ponsel tersebut dan kemudian berbincang lewat ponsel dengan posisi setengah menunduk.

Setelah memberikan ponsel ke Fadil Imran, sosok wanita itu berjalan ke depan dan tidak terekam kamera lagi.

Sosok Fadil Imran diketahui adalah sosok yang dekat dengan Ferdy Sambo, tersangka pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.

Saking dekatnya Fadil Imran pernah memeluk erat Ferdy Sambo setelah kasus pembunuhan Brigadir J terungkap di publik.

Awal mula keramaiannya adalah ketika pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, meminta Kapolri hentikan Fadil Imran dari jabatannya.

Rupanya video pertemuan Fadil Imran dengan Ferdy Sambo sempat viral di awal mula kasus Brigadir J mengeruak.

Akibat video tersebut, Fadil Imran dikritik oleh Indonesia Police Watch (IPW) lewat ketuanya, Sugeng Teguh Santoso.

IPW menyebut Fadil Imran mendiskriminasi tindak pidana, yaitu karena Fadil Imran berikan dukungan moril kepada Ferdy Sambo.

Seharusnya seorang Kapolda Metro Jaya tidak diperbolehkan bertemu dengan pihak yang berperkara.

Pasalnya, penyidikan baku tembak ini dilakukan di Polres Jakarta Selatan, dan Polres Jakarta Selatan berada di bawah komando Kapolda Metro.

Artinya, pertemuan Fadil Imran dengan Ferdy Sambo selayaknya pertemuan sosok yang menyelidiki kasus ini dengan terduga dalang di balik baku tembak.

Seorang pakar hukum Muhammad Taufik, menganggap jika pertemuan petinggi Polri tersebut tidak bisa dilakukan.

Taufik menyebut pertemuan Irjen Fadil Imran dengan Ferdy Sambo melanggar Kode Etik Perwira Polisi (KEPP).

Mengacu kode etik tersebut, anggota yang sedang terlibat masalah tidak diperbolehkan dikunjungi oleh atasan atau yang memiliki jabatan lebih tinggi.

Pertemuan itu dikhawatirkan mengarah pada ketidakadilan.

Taufik memberi contoh Irjen Napoleon Bonaparte yang tidak diberi bantuan hukum maupun support.

Sementara itu, Irjen Fadil Imran sendiri mengaku berpelukan dengan Ferdy Sambo yang menangis guna memberikan dukungan terhadap masalah yang dialaminya.

Larangan membawa ponsel

Saat lawatan ke Istana Negara, dijelaskan oleh Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono penyebab larangan membawa topi, tongkat, ajudan, dan ponsel.

Heru menyebut larangan itu demi kenyamanan berlangsungnya acara.

"Kami memang meminta untuk tidak membawa handphone."

"Itu lagi-lagi untuk kenyamanan bapak-bapak para pejabat di lingkungan Polri untuk bisa proses memasuki Istana dengan cepat," ujarnya, Jumat (14/10/2022), sebagaimana dilansir dari Tribunnews.

Seluruh barang milik personel Polri seperti handphone, tongkat komando, hingga topi diletakkan di masing-masing bus yang ditumpangi.

Kemudian mengenai larangan membawa tongkat, karena tidak adanya tempat penyimpanan.

Kemudian Heru menyebut aturan itu untuk mempercepat para pati dan pamen masuk ke Istana.

Sebab proses masuk ke Istana diharuskan melalui metal detector, dan jumlah pati-pamen yang hadir sekitar 500 lebih orang.

Baca Juga: Baru Dilantik, Sosok Polisi Terkaya Teddy Minahasa Ditangkap Karena Jadi Bandar Narkoba, Sumber Kekayaan?

Tag

Editor : May N