Kisah Nabi Muhammad Menerima Wahyu Pertama dari Allah SWT

Jumat, 07 Oktober 2022 | 20:00
Freepik/wirestock

Kisah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT terjadi ketika beliau berumur 40 tahun.

Sosok.ID - Kisah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT terjadi ketika beliau berumur 40 tahun.

Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah SWT sekaligus panutan bagi seluruh muslim di dunia, sehingga banyak kisah Nabi Muhammad yang menjadi teladan bagi umatnya.

Dalam buku Kisah Nabi Muhammad SAW, Ajen Dianawati (2008), wahyu pertama Nabi Muhammad SAW diterima pada tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum Hijriyah.

Wahyu itu didapatkan Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril saat beliau berdiam diri di Gua Hira.

Peristiwa turunnya wahyu pertama Nabi Muhammad SAW dimulai ketika Rasulullah mengkhawatirkan keruntuhan moral di kota Mekkah.

Nabi Muhammad SAW merenungi dan menyadari banyak keadaan kaumnya yang terbelenggu dengan keyakinan syirik, sehingga ia melakukan uzlah (mengasingkah diri).

Beliau kerap bertahannuts di Gua Hira di Jabal Nur, berbekal air dan roti gandum.

Dilansir dari muslim.or.id, selama bulan Ramadhan, beliau menghabiskan waktu untuk merenung dan beribadah di tempat tersebut.

Tanda-tanda kenabian di usia 40 tahun tersebut salah satunya ditandai dengan adanya sebuah batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad SAW.

“Sungguh aku mengetahui sebuah batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diutus (menjadi Nabi). Dan aku masih mengenalkan sampai sekarang” (HR. Muslim no. 2277).

Tanda kenabian semakin jelas ketika Nabi Muhammad menerima mimpi-mpi yang disebut u’ya ash shalihah atau ru’ya ash shadiqah.

“Mimpi yang benar adalah salah satu dari 46 tanda kenabian” (HR. Muslim no. 2263).

Ketika uzlah yang dilakukan Nabi memasuki tahun ketiga di bulan Ramadhan, Allah menurunkan wahyu pertama melalui Malaikat Jibril.

Adapun ayat pertama yang turun yakni surat Al 'Alaq ayat 1-5.

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Aisyah istri Nabi Muhammad SAW berkata, “Awal turunnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dimulai dengan ar ru’ya ash shadiqah (mimpi yang benar dalam tidur).

Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi rasa ingin untuk menyendiri.

Nabi pun memilih gua Hira dan ber-tahannuts. Yaitu ibadah di malam hari dalam beberapa waktu. Kemudian beliau kembali kepada keluarganya untuk mempersiapkan bekal untuk ber-tahannuts kembali.

"Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal.

Sampai akhirnya datang Al Haq saat Beliau di gua Hira. Malaikat Jibril datang dan berkata:

“Bacalah!” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!”

Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”.

Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!”.

Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”.

Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah)” (HR. Bukhari no. 6982, Muslim no. 160).

Setibanya di rumah usai membaca ayat tersebut, Rasulullah merasa demam. Ia menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada Khadijah, istrinya.

“Wahai Khadijah, apa yang terjadi denganku? Sungguh aku merasa khawatir atas diriku sendiri.”

“Tidak, bergembiralah engkau. Demi Allah, Allah selamanya tidak akan menghinakan engkau. Sesungguhnya engkau selalu menyambung tali persaudaraan, selalu menanggung orang yang kesusahan, selalu mengupayakan apa yang diperlukan, selalu menghormati tamu dan membantu derita orang yang membela kebenaran," jawab Khadijah. (*)

Baca Juga: Kisah Nabi Muhammad Membawa Berkah Melimpah untuk Ibu Susuanya Halimah As-Sa’diyyah

Editor : Rifka Amalia

Baca Lainnya