Sejarah Kurban: Kisah Nabi Ibrahim dan Perintah Sembelih Nabi Ismail

Selasa, 05 Juli 2022 | 18:01
Photo by Katerina Kerdi on Unsplash

Sejarah Hari Raya Idul Adha: Kisah Nabi Ibrahim jalankan perintah Allah SWT untuk sembelih Nabi Ismail.

Sosok.ID - Perayaan Hari Raya Idul Adha tak lepas dari kisah Nabi Ibrahim dan perintah dari Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail.

Mengenang kisah Nabi Ibrahim, Hari Raya Idul Adha 1443 Hatau Hari Raya Kurbanakan dirayakan oleh seluruh umat Islam di dunia pada 10 Juli 2022 nanti.

Perayaan Lebaran Haji ini erat berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim. Hari Raya Kurban akan diwarnai dengan penyembelihan hewan kurban seperti sapi, kambing, domba, kerbau, maupun unta.

Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT yang tertulis dalam Al-Qur'an:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS Al-Kautsar (108):1-2).

Lalu, bagaimana sejarah kurban?

Sejarah kurban berkaitan erat dengan kisah nabi Ibrahim dan perintah menyembelih Nabi Ismail.

Dilansir Sosok.ID dari laman NU Online, Selasa (5/7/2022), sejarah ini dimulai ketika Nabi Ibrahim selesai hijrah dan menikahi Siti Hajar.

Ia lantas dikaruniai seorang putra bernama Ismail, yang lebih lanjut diangkat menjadi Nabi seperti Ibrahim.

Suatu ketika, saat Ismail tumbuh menjadi anak yang sudah bisa membantu pekerjaan-pekerjaan ayahnya, Ibrahim bermimpi diperintah oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya.

Sebagian pendapat menyebut kala itu Ismail berusia 7 tahun, pendapat lain menyebut Ismail berumur 13 tahun.

Nabi Ibrahim merenungi mimpi tersebut dengan matang dan memohon petunjuk Allah SWT, ia baru melaksanakan perintahNYA saat datang mimpi ke tiga.

Nabi Ibrahim lantas menceritakan mimpi itu kepada anaknya. Kisah ini tertera dalam Al Qur'an Surat As-Saffat ayat 102:

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sungguh aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’” (Surat As-Saffat ayat 102).

Karena ketaatannya kepada Allah SWT, Nabi Ismail tanpa ragu mengizinkan ayahnya untuk menyembelihnya.

Dengan kesedihan di antara keduanya, Nabi Ibrahim membawa Nabi Ismail ke Mina dan membaringkannya di atas pelipisnya.

Dalam Tafsir Ats-Tsa’labi, dijelaskan bahwa Nabi Ismail meminta Nabi Ibrahim untuk tidak ragu.

“Wahai ayahku! Palingkanlah wajahku hingga tak terlihat olehmu! Karena sungguh, jika melihat wajahku, engkau akan selalu merasa iba. Perasaan iba itu dapat menghalangi kita untuk melaksanakan perintah Allah."

"Apalagi di depan mataku terlihat kilatan pisau yang sangat tajam, tentu membuatku ketakutan.” (Syekh Abu Ishaq bin Ibrahim Ats-Tsa’labi, Tafsir Ats-Tsa’labi, [Beirut, Darul Ihya’: 2002 M], halaman 1901).

Saat Nabi Ibrahim menetapkan hatinya untuk menyembelih Nabi Ismail demi menjalani perintah Tuhannya, Allah menurunkan firman:

“Lalu Kami panggil dia, ‘Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.’ Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,” (Surat As-Saffat ayat 104-108).

Menyaksikan pengorbanan dan ketakwaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah SWT mengganti kurbannya dengan seekor kambing.

Begitulah sejarah sunnah kurban yang dilaksanakan muslim di tiap perayaan Idul Adha. (*)

Baca Juga: Tips Memilih Hewan Kurban untuk Idul Adha di Tengah Wabah PMK, Perhatikan Ciri-ciri Ini pada Ternak Sebelum Membeli

Editor : Rifka Amalia

Sumber : NU Online

Baca Lainnya