Sosok.ID - Belakangan perbuatan seorang guru pesantren di Bandung, Jawa Barat bernama Herry Wirawan tengah menjadi buah bibir.
Setelah Herry Wirawan diketahui melakukan pemerkosaan terhadap 12 santrinya.
Bahkan, belakangan diketahui korban pemerkosaan Herry Wirawan bertambah menjadi 21 santri.
Melansir dari Tribun Jabar, hal itu diungkap oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut.
Tak hanya para korban, orang tua para santri pun ikut menanggung derita anak-anaknya.
Salah satu orang tua korban pemerkosaan Herry Wirawan, YY (44) menceritakan detik-detik saat mendengar kabar tersebut.
Ia mengatakan, istrinya langsung kejang-kejang saat mendengar bahwa sang putri jadi korban pemerkosaan sang guru pesantren.
"Saya marah, geram," ujarnya saat diwawancarai Tribunjabar.id di Kantor Lembaga Bantuan Hukum Serikat Petani Pasundan, Jumat (10/12/2021).
"Waktu itu dini hari saya mendengar kenyataan pahit itu, istri saya saat itu pun sampai kejang-kejang selama dua jam," bebernya.
YY mengaku langsung ingin menghabisi nyawa pelaku.
Sebab, istrinya nyaris saja meninggal dunia saking syoknya mendengar kabar tersebut.
"Kalau waktu itu saja istri saya meninggal karena kejang-kejang akibat mengetahui anak saya jadi korban.
"Saya tidak akan segan untuk bunuh dia," ungkapnya dengan penuh amarah.
Adapun, YY mulai mencurigai sesuatu dari putrinya setelah melihat perubahan tubuhnya.
Menurut YY, hal itu ia sadari tiga hari setelah lebaran tahun 2021 lalu.
Saat itu putrinya sedang menjalani liburan di rumahnya.
YY pun mulai menaruh curiga saat putrinya minta diantar ke kamar mandi saat malam hari.
"Awalnya, saya tidak curiga apa- sama anak saya."
"Setelah nganter anak saya BAB di belakang malam-malam, anak saya kok jalannya begini," ungkapnya.
Alih-alih bertanya langsung kepada sang putri, YY memutuskan untuk berkonsultasi pada seorang kiai soal kondisi sang anak.
Setelah beberapa kali konsultasi, putri YY akhirnya mau jujur kepada sang ibu soal kondisinya.
"Akhirnya, anak saya terbuka mengaku sama ibunya, bahkan (mengaku) sudah punya anak," ucapnya.
Kala itu, anak korban sudah berusia 1,5 tahun.
Tidak ada satu pun keluarga yang mengetahui lantaran korban memang jarang pulang ke rumah.
YY mengatakan, putrinya sempat melawan saat pertama kali hendak dirudapaksa oleh Herry Irawan.
Bahkan baju korban sempat sobek kala itu.
"Lalu beberapa hari kemudian dia diajak ke kantor apa saya kurang paham."
"Nah, di situ kata anak saya diajak ke hotel," ungkapnya.
Setelah kejadian itu, kata YY, korban jadi lebih murung dan pendiam hingga enggan bersekolah.
Sebagai orang tua, YY hanya bisa berharap sang guru pesantren dihukum seberat-beratnya.
"Saya ingin (pelaku) dihukum seberat-beratnya, ya. Kalau kata orang lain mah dikebiri lah, soalnya apa?
"Sakitnya orang tua sakitnya anak, sampe sekarang aja anak saya itu ga mau sekolah, putus sekolah," ungkapnya.
Sementara itu, orang tua korban lainnya, yakni RL (32) berharap pelaku bisa dihukum kebiri atau mati.
"Saya berharap dari sisi hukum pelaku dihukum seberat-beratnya, minimal kebiri maksimal hukuman mati,"
"Kemudian pendampingan kepada masing-masing korban dan anak-anak korban, terutama di sisi mental dan jaminan untuk meneruskan sekolah," ucapnya.
(*)