Sosok.ID - Saat menghadiri KTT ASEAN-China di hari Senin (22/11/2021), Presiden China Xi Jinping tegas tak menindas negara-negara kecil.
Tak hanya itu saja, Xi Jinping menambahkan Pemerintah China di bawah kepemimpinannya enggan mengejar hegemoni saja.
Hal itu diungkapkan sendiri oleh pemimpin partai terbesar di Tiongkok tersebut saat perayaan 30 tahun hubungan kedua pihak.
"China tidak akan pernah mencari hegemoni atau memanfaatkan ukurannya untuk mengganggu negara-negara kecil, dan akan bekerja dengan ASEAN untuk menghapus campur tangan," ungkap Xi, sebagaimana dikutip Reuters.
KTT kali ini dilaporkan berlangsung tanpa kehadiran perwakilan dari Myanmar.
Beberapa sumber mengatakan Myanmar akan diwakili oleh duta besarnya untuk China.
Namun pernyataan Xi Jinping tersebut agaknya berbanding terbalik dengan temuan seorang petinggi pemerintahan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini.
Secara terang-terangan bahkan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken membeberkan kebobrokan niat China pada negara-negara kecil.
Bliken terkhusus menyoroti tindakan Tiongkok di kawasan benua Afrika yang ia kunjung beberapa waktu ini.
Dalam kesempatan pengumuman proyek infrastruktur di Senegal pada Sabtu (20/11/2021) lalu, Blinken mengungkapkan fakta mengejutkan apa yang terjadi di Afrika.
Di waktu yang hampir bersamaan, melansir dari AFP, Blinken menggelar konferensi pers di sebuah hotel yang juga dipakai sebagai Kamar Dagang China di Kenya.
Blinken mengatakan, investasi AS dilakukan tanpa membebani negara dengan utang yang tidak dapat diatasinya.
Itu merupakan referensi untuk proyek Belts and Roads Initiative China, yang banyak orang lihat sebagai alat Beijing untuk menaklukkan negara-negara miskin secara ekonomi.
Di sisi lain, Senegal juga merupakan mitra kunci AS dalam perang melawan teror.
Tahun lalu, Senegal menjadi tuan rumah latihan kontraterorisme tahunan Flintlock dengan AS.
Belum lama ini isu dan tudingan pada Pemerintah China yang disebut memberi pinjaman pada negara kecil dengan perjanjian memang cukup mengejutkan.
China dituding menjalankan perjanjian gelap demi bisa mengambil alih negara-negara kecil yang tak mampu membayar utang kepada mereka.
(*)