Cadangan Minyak Makin Habis, Timor Leste Ngaku Nyesel Nekat Merdeka Dari Indonesia? Analis: Bagaimana Makan Bila Minyak Habis

Minggu, 07 November 2021 | 16:31
KOMPAS/EDDY HASBY

Ilustrasi Penduduk Timor Leste

Sosok.ID-Negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia, Timor Leste dikenal sebagai salah satu negara dengan pendapatan minyak dan gas cukup besar.

Bahkan negara ini bisa disebut-sebut sebagai negara yang menggantungkan kehidupan rakyatnya dari kilang-kilang minyak mereka.

Setidaknya pendapatan dari minyak dan gas Timor Leste tercatat sebesar US$23 miliar atau sekitar Rp 329 triliun selama 15 tahun terakhir.

Pendapatan tersebut digadang-gadang mampu menghidupi negara dan bahkanmembayar 86% kegiatan negara.

Baca Juga: Datang-datang, Raul Lemos Langsung Disambut Pelukan Aurel Hermansyah, Balasan sang Suami Bikin Krisdayanti Terharu: Bahagianya Komplit

Namun kabar mengejutkan datang dari Timor Leste mengenai era tambang minyak yang diprediksi bakal berakhir tak lama lagi.

Bahkan disebutkan,mengekspor sisa minyak serta gas mungkin hanya bisa membiayai pemerintah satu atau dua tahun lagi.

Tak sampai di situ saja, jika investasi dana kekayaan negara US$19 miliar (Dana Perminyakan) terus berjalan dengan baik, Timor Leste hanya punya waktu sedikit dengan masa depan tidak pasti dan menakutkan.

Mengutip dari Intisari Online yang melansirdalam artikel Charles Scheiner,peneliti diLa'o Hamutuk, Institut Pemantauan dan Analisis Pembangunan Timor-Leste, yang berjudul 'Survei ekonomi Timor-Leste, ia menyoroti ketersediaan minyak dan gas di negara yang berbatasan dengan Kupang NTT itu.

Baca Juga: Sumber Kekayaan Raul Lemos Beranak Pinak, Dulu Jualan Telur Kini Punya Raksasa Tekstil, Pantas Tegap Bersanding dengan Sosok KD

Charles mengungkapkan bahwa: "Akhir dari pendapatan minyak bumi,' para pemimpin negaranya mengelola aliran masuk pendapatan minyak bumi dengan baik, menghindari korupsi, kekerasan, kriminalitas, dan inkonstitusionalitas yang signifikan."

Namun beberapa konsekuensi negatif dari ketergantungan minyak tidak dapat dihindari.

Ekonomi bergantung pada impor, produksi lokal minimal, lapangan kerja langka, dan hanya kelas menengah serta atas perkotaan yang dapat menikmati manfaatnya.

Sebagian besar uang minyak telah membayar perusahaan asing untuk membangun proyek infrastruktur besar, tetapi kehidupan pedesaan, mayoritas pertanian hampir tidak membaik.

Baca Juga: Setahun Terhalang Batas Negara, Krisdayanti Sambut Kepulangan Raul Lemos, Peluk Erat sang Suami: Kau Datang Demi Kebahagiaanku

Hanya sebagian kecil dari pendapatan minyak bumi yang telah digunakan untuk mendukung kehidupan masyarakat dan produktivitas masa depan.

Kondisi ini sedikit lebih baik daripada tahun 1990-an, tahun-tahun terakhir pendudukan militer Indonesia.

Diketahui kini kebanyakanmasyarakat Timor Leste bertahan hidup dengan pertanian subsisten, sementara pekerjaan sektor swasta telah menurun sejak tahun 2014.

Diversifikasi ekonomi, meskipun sering dibahas, belum terjadi.

Baca Juga: Memilih Merdeka dan Lepas Dari Indonesia, Kini Timor Leste Harus Gigit Jari Gegara Perekonomiannya Jauh Dari RI

Pembuat kebijakan masih mengacu pada Rencana Pembangunan Strategis 2011 yang tidak realistis dan ketinggalan jaman.

Tak hanya masyarakat biasa, ternyatasebagian besar pejabat pemerintah, telah menginternalisasi ketergantungan pada minyak dan gas yang telah mendominasi Timor Leste.

Kini rakyat Timor Leste punmerasa sulit untuk membayangkan ekonomi pasca-minyak, atau untuk memulai pekerjaan yang menantang guna memperkuat pangan lokal dan produksi lainnya.

Baca Juga: Baru Menyesal Setelah Dulu Getol Pisah Dari Indonesia, Timor Leste Nyatanya Akui Hanya Jadi Sapi Perah Negara Ini Setelah Didukung Untuk Merdeka

Mereka menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak mengenakkan, seperti bagaimana orang akan makan ketika uang minyak untuk membayar makanan dari luar negeri habis.

Urgensi perubahan visi dan kebijakan tidak bisa dihindari.

Meskipun para pemimpin saat ini masih menyangkal dan tidak mengatasi tantangan yang sulit ini, generasi pemimpin politik yang baru akan datang.

Mereka tidak dikondisikan oleh pendudukan brutal dan perjuangan yang menantang dunia untuk kemerdekaan nasional, dan telah lebih terpapar pada tren serta pengetahuan global, yang dapat membantu mereka menggerakkan ekonomi ke arah yang lebih berkelanjutan dan adil.

(*)

Baca Juga: Diisukan Bakal jadi Negara Bangkrut, Pihak Timor Leste Tanggapi Kabar Rakyatnya Ingin Kembali Gabung dengan Indonesia

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : intisari-online

Baca Lainnya