Impian Indonesia Untuk Miliki Jet Tempur Buatan Sendiri Terancam Gagal, Korea Selatan Sampai Surati Prabowo Hingga Presiden Jokowi

Senin, 11 Oktober 2021 | 19:31
Tangkap layar Instagram/@lembagakeris

Impian Indonesia Untuk Miliki Jet Tempur Buatan Sendiri Terancam Gagal, Korea Selatan Sampai Surati Prabowo Hingga Presiden Jokowi

Sosok.ID- Kerja sama antaran pemerintah Indonesia dan Korea Selatan soal pembuatan jet tempur KF-21 tengah jadi sorotan.

Bahkan Indonesia terancam gagal memiliki pesawat tempur jenis baru tersebut di tengah pembuatan yang sedang berjalan.

Hal tersebut tak lain setelah pihak oposisi di Korea Selatan mengkritik habis-habisan pemerintah negaranya terkait kerja sama Indonesia-Korea Selatan, Korea KF-21.

Oposisi Korea Selatan juga menudingnegaranya telah melakukan negosiasi pasif dengan pemerintah Indonesia terkait program jet tempur tersebut.

Baca Juga: Isyarat Jokowi Tantang Perang Tiongkok, Inilah Peluncur Roket Milik TNI AD yang Digadang-gadang Presiden Sebagai Senjata Canggih, Bisa Jangkau 600 Km!

Tak sampai di situ saja, kekhawatiran paling membuat mereka resah adalah kemungkinan terjadinya hambatan bahkan keterlambatan dalam proses pembayarannya.

Mereka sampai menyebut negaranya harus menggunakan akal sehat terkait masalah ini.

Jet tempur KF-21 sendiri digadang-gadang sebagai proyek pengembangan senjata terbesar dalam sejarah militer Indonesia dan Korea Selatan.

Tentu saja label 'terbesar' tersebut akan diiringi dengan biaya yang sangat besar dalam upaya mewujudkannya.

Baca Juga: Indonesia Tak Main-main, Demi Evakuasi WNI di Afghanistan, TNI AU Terjunkan Pasukan Elite-nya, Ini Kehebatan Satbravo-90 Paskhas!

Indonesia sendiri sebenarnya tidak diminta untuk membayar penuh, melainkan 'hanya' 20 persen dari total biaya pengembangan tersebut.

Sayangnya, dalam kondisi pandemi yang kini menerjang hampir seluruh Nusantara, Indonesia 'keteteran' untuk memenuhi kewajibannya.

Hal inilah yang pada akhirnya membuat pihak oposisi Korea Selatan, seperti dilaporkan olehRep. Kang Dae-shik,dari Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan, Minggu (10/10/2021).

Mereka mendesak Indonesia untuk segera menyelesaikan penyusunan perjanjian akhir yang telah disusun saat Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo melakukan kunjungan ke Korea Selatan pada April lalu.

Baca Juga: Sangar, TNI AL Pamer Kapal Siluman KRI Golok 688 Siap Libas Musuh di Perairan Natuna, Begini Kehebatannya!

Dalam perjanjian tersebut, Prabowo meminta pengurangan prosi kontribusi Indonesia dalam proyek tersebut.

Selain itu, Prabowo juga meminta dilakukannya penyesuaian metode pembayaran, berikut dengan perpanjangan jangka waktu pembayarannya.

Sayangnya, lima bulan berselang dari terjadinya kesepakatan baru tersebut, Indonesia dinilai belum melakukan langkah apa pun.

Tak kunjung ada pembayaran yang sangat dituntut oleh pihak Korea Selatan.

Baca Juga: Militer Indonesia Makin Ditakuti, Begini Penampakan Kapal Siluman Tercanggih Milik TNI AL: Tugasnya Meledakkan Target dan Lari

Sebelum Prabowo, Indonesia telah berupaya untuk melakukan negosiasi terkait kontribusinya dalam proyek tersebut.

Terhitung, Presiden Joko Widodo sudah melakukan lima pertemuan konsultatif tingkat tinggi dengan Korea Selatan pada 2018.

Jika merujuk pada persetujuan awal, maka Indonesia memiliki kewajiban untuk membayar 1.733 triliun won (atau sekitar 1,45 miliar dolar AS).

Baca Juga: Getol Ogah Kalah Saat Industri Senjata Militer Indonesia Maju, Malaysia Justru Jadi Bahan Hujatan Gegara Ciptakan Senapan-senapan Ini!

Total utang Indonesia sendiri dalam proyek tersebut adalah sebesar 931,3 miliar won atau setara 779 juta dolar AS.

Dari total utang tersebut, Indonesia baru membayar 227,2 miliar won, atau kurang 704,1 miliar won (setara 589 juta dolar AS).

Badan Korea Selatan sendiri diketahui telah mengirim lima surat permohonan untuk kembali dilakukannya pembicaraan kerja sejak pertemuan terakhir dengan Prabowo, April.

"Sesuai dengan prinsip dan akal sehat, satu pihak tidak boleh dipaksa untuk membuat konsesi sepihak. Kita harus membawa situasi yang saling menguntungkan," kata Rep. Kang.

(*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kompas.com, Kontan.co.id, intisari-online.com

Baca Lainnya