Sesumbar Jadi Penjaga Perdamaian Dunia Hingga Koar-koar Tak Takut Rusia dan China, Borok AS Diungkap Perwiranya, Sebut Bakal Kalah Bila Perang

Rabu, 15 September 2021 | 16:59
Military.com

(ilustrasi) Sesumbar Jadi Penjaga Perdamaian Dunia Hingga Koar-koar Tak Takut Rusia dan China, Borok AS Diungkap Perwiranya, Sebut Bakal Kalah Bila Perang

Sosok.ID -Amerika Serikat (AS) kini memang menjelma menjadi salah satu kekuatan militer terbesar di dunia bersama beberapa sekutunya.

Tetapi AS memiliki dua saingan yang bisa membuat posisi mereka sebagai negara adidaya tergeser, yakni China dan Rusia.

Meski demikian, China, Rusia, dan Amerika, ketiganya selalu mempertimbangkan untuk berperang meski, sudah sempat memanas dalam beberapa titik.

Hal itu diungkap olehJenderal John E. Hyten, Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan AS, terang-terangan mengatakan bahwa perang antara AS dengan Rusia dan China harus dihindari.

Baca Juga: Saatnya Semesta Bersatu Hajar China, Hukum Kapal Asing di Laut China Selatan Picu Ketakutan 'Perang Dunia'

Berbicara pada pertemuan yang diselenggarakan oleh Brookings Institution pada 13 September, Jenderal John E. Hyten memberi peringatan.

Wakil ketua Kepala Staf Gabungan AS, memperingatkan prospek yang mengerikan jika konflik antara kekuatan besar tidak terkendali.

"Kami tidak pernah berperang dengan Uni Soviet," kata Jenderal Hyten.

"Dalam hubungan dengan kekuatan besar hari ini, tujuannya bukan untuk berperang dengan Rusia dan China," tambahnya.

Baca Juga: Kabur dari Afghanistan Setelah 20 Tahun Beroperasi, Pecatan Marinir AS Ini Bongkar Aib Petinggi Militer Hingga Disebut Gagal Tangani Taliban

Menurut Jenderal Hyten, perang yang pecah antara AS dan Rusia dan China "akan menghancurkan dunia dan ekonomi global".

"Ini buruk untuk semua orang, dan kami yakin kami tidak akan menempuh jalan itu," katanya.

Setelah runtuhnya Uni Soviet, Jenderal Hyten mengatakan AS dan NATO sampai pada kesimpulan bahwa, "Rusia bukan lagi ancaman".

Namun, Rusia saat ini secara aktif memodernisasi persenjataan nuklirnya. Mungkin karena takut AS, kata Jenderal Hyten.

Baca Juga: Laut China Selatan, China Blak-blakan Umumkan Sedang Asah Kesiapan Perang Untuk Giling Militer AS

Rusia dan AS telah mengambil langkah-langkah untuk memulihkan hubungan, tetapi akan membutuhkan waktu lama untuk mencapai stabilitas, kata Jenderal Hyten.

Wakil ketua Kepala Staf Gabungan AS menyebutkan kekhawatiran AS tentang China, yang terus-menerus memodernisasi senjata nuklirnya, membangun ratusan peluncur rudal balistik lagi.

"Tidak ada batasan bagi China untuk menempatkan hulu ledak nuklir pada peluncur itu," kata Jenderal Hyten.

"Rusia dan AS saling menahan diri dengan kesepakatan untuk membatasi hulu ledak nuklir. Tetapi dengan China, tidak ada kesepakatan seperti itu. China tidak tunduk pada batasan apa pun," katanya.

Baca Juga: Tidak Ada yang Mau Kalah, Kapal Perang AS Transit Lagi di Selat Taiwan, China Mengutuk Joe Biden

Pada Desember 2020, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov memperingatkan bahwa Washington, bukan Moskow, yang meningkatkan ketegangan dengan mempertahankan persenjataan nuklir di Eropa.

Ryabkov mengatakan Kremlin "berharap bahwa AS dapat berhenti menempatkan senjata nuklir di luar negeri, berhenti berbagi senjata nuklir dengan negara-negara yang tidak memilikinya.

Baca Juga: Entah Ulah ISIS atau Taliban, 85 Orang Termasuk Prajurit AS Tewas dalam Pembantaian Bandara Kabul Afghanistan, Mayat Menumpuk di Saluran Limbah

Karena ini mengancam akan menyebabkan ketidakstabilan, meningkatkan munculnya risiko lebih lanjut. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : intisari-online.com

Baca Lainnya