Sosok.ID - Banyak alasan yang mendasari mengapa seseorang belum menikah.
Bisa jadi karena belum mendapat jodoh, ingin memenuhi kebutuhan finansial atau hal umum lainnya.
Namun tidak dengan pria asal Malaysia yang satu ini.
Ia ogah menikah lantaran lebih memilih ular daripada wanita.
Melansir dari Harian Metro, pria 38 tahun itu bernama Mohd Fauzi Sarwani Seman.
Saking cintanya dengan ular, pria berjuluk Fauzi Ular ini mengaku pernah menolak lamaran 5 wanita demi sang hewan melata.
"Sebelum ini memang ada gadis yang menawarkan diri menjadi isteri. Kebanyakan meraka hadir ke pertunjukan saya," kata Fauzi seperti dikutip Sosok.ID dari Harian Metro, Sabtu (3/7/2021).
"Mereka bilang tidak keberatan untuk memelihara ular bersama saya.
Baca Juga: Jari Tangan Panji Petualang Menghitam Usai Ular Berbisa hingga Berdarah-darah, Begini Kondisinya
"Namun, saat ini saya belum membuka hati pada wanita manapun karena ingin fokus memelihara dan menjinakkan ular," imbuhnya ketika ditemui di rumahnya di Kampung Air Naga, Ulu Bertam, Tanah Merah, Kelantan, Malaysia.
Fauzi sendiri masih enggan menikah lantaran memikirkan risiko bila ia memelihara ular setelah menikah nanti.
Ia tak bisa melpaskan ular-ularnya begitu saja sebab mereka merupakan ladang penghasilan bagi Fauzi.
Di rumahnya, Fauzi diketahui tinggal bersama 3 ekor ular.
Ular pertama yang dinamai Miko adalah jenis piton albino Burma seberat 100 kilogram.
Dua lainnya adalah ular piton bola dan ular sanca batik yang masing-masing memiliki berat dua kilogram dan panjang satu meter.
Fauzi sendiri memilih untuk tinggal di daerah pedalaman agar mudah menangkap ular.
Ia juga memiliki izin konservasi satwa dilindungi dari Departemen Margasatwa dan Taman Nasional (Perhilitan) yang diperbarui setiap tahun.
Kecintaan Fauzi pada ular sendiri dimulai sejak ia berusia 10 tahun.
Setelah menonton film Hindustan tentang ular, Fauzi menjadi tertarik dengan hewan reptil tersebut.
“Saya telah menangkap lebih dari 1.000 ular dari berbagai spesies termasuk jenis berbisa seperti kobra selar, kobra sendok, ular kapak dan katam tebu.
"Bahkan, saya digigit ular 13 kali saat menangkap dan tampil sampai salah satu dari mereka membuat saya dirawat di rumah sakit selama dua minggu dan butuh waktu berbulan-bulan untuk pulih," katanya.
Dia juga memiliki bekas gigitan ular di lengan kiri dan kanannya, tangan serta kaki kanannya.
"Kebanyakan bekas gigitan itu berasal dari ular derik jadi saya memutuskan untuk berhenti menangkap dan bermain dengan ular jenis itu demi keselamatan saya sendiri," kata pria yang belajar menjinakkan ular dari televisi dan membaca buku itu.
Fauzi mengatakan, ular yang ditangkap biasanya berada di rumah warga yang menghubunginya sebelum diserahkan ke Pasukan Pertahanan Sipil (APM) atau Perhilitan.
Menurutnya, jika lokasi penangkapan ular berada di dekat desanya, ia melakukannya secara gratis.
Sedangkan jika di luar kawasan, ia mengenakan biaya sesuai kesepakatan untuk biaya ongkos ke lokasi.
Ia menuturkan, ilmu penjinakan ular kini ia wariskan kepada lima siswa yang tinggal di Tanah Merah, Pasir Mas, dan Kota Bharu.
"Saya mengajarkan taktik mengenali gerak ular, bagaimana mengenali ular berbisa atau tidak, tangkap ular kita dengan tangan kosong saja, yang penting jangan khawatir," ujarnya.
(*)