Ramadan Sisa Hitungan Jam, Hasil Sidang Isbat Idul Fitri 2021 Jatuh pada 13 Mei 2021, Begini Metode Mencari Hilal!

Rabu, 12 Mei 2021 | 10:51
Tribun Timur

Ilustrasi - Pelaksanaan shalat Idul Fitri dilarang dilakukan di masa pandemi karena melibatkan kerumunan masa

Sosok.ID - Bulan Ramadan berakhir dalam hitungan jam, hasil sidang isbat 1 Syawal 1442 Hijriah jatuh pada Kamis (13/5/2021).

Penetapan Hari Raya Idul Fitri 2021 ini diumukan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqul Cholil.

Meski terkadang Idul Fitri di Indonesia berbeda hari, namun untuk tahun ini baik ormas Muhammadiyah maupun pemerintah mendapatkan hasil yang sama.

Yaqul menjelaskan, berdasarkan pemaparan dari anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag Cecep Nurwendaya, didapatkan bahwa ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia masih di bawah posisi minus 5 derajat.

Baca Juga: Waduh! Terlanjur Ikut Shalat Idul Fitri Berjamaah, Satu Keluarga di Bekasi Dinyatakan Positif Covid-19

Artinya, posisi hilal berdasarkan hisab masih belum menunjukkan bulan baru Hijriah untuk Rabu (12/5/2021).

Sehingga Idul Fitri jatuh pada Kamis.

Dikutip dari Kompas.com, dalam menentukan 1 syawal, terdapat dua metode yang biasanya digunakan.

Yakni metode hisab perhitungan dan rukyat melihat langsung keberadaan hilal.

"Informasi hitungan hisab telah dikonfirmasi 88 titik dari Aceh hingga Papua, dari itu tidak ada yang melaporkan melihat hilal. Oleh karena itu hisab posisi hilal minus, maka posisi satu syawal jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021," jelas Cecep Nurwendaya.

Baca Juga: Bagaimana Perayaan Lebaran Sebelum Indonesia Merdeka? Kisah Soekarno Muda Ini Gambarkan Tradisi Idul Fitri Jaman Penjajahan!

Lalu apa yang dimaksud hilal dan bagaimana kriteria Bulan disebut sebagai hilal?

Mencari hilal

Merujuk infoastronomy.org, hilal merupakan istilah dari bahasa Arab yang berarti Bulan Sabit. Meski begitu, tidak semua bulan sabit disebut hilal.

Hanya bulan sabit pertama yang dapat dilihat dengan mata telanjang maupun alat bantu pengamatan, setelah terjadi konjungsi atau fase bulan baru pada arah dekat Matahari terbenam yang disebut hilal. Sama seperti bulan purnama, hilal juga merupakan bagian dari fase bulan.

Selain bulan sabit muda pertama, ada beberapa kriteria untuk menentukan kapan terjadi pergantian bulan dalam kalender Hijriah, yakni dengan menggunakan metode rukyah dan wujudul hilal.

Dalam mendukung Penetapan 1 Syawal 1442 H yang akan ditetapkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, sesuai amanah Undang-Undang No.31/2009, Peraturan Pemerintah No. 46/2012 dan Peraturan Pemerintah No.11/2016, BMKG melaksanakan perhitungan (hisab) dan pengamatan (rukyat).

Baca Juga: Tak Jauh Beda dengan Indonesia, Begini Orang Arab Saudi Rayakan Hari Lebaran

1. Metode rukyah (pengamatan) hilal

Metode rukyah merupakan metode pandangan mata. Ada batas minimal hilal yang memungkinkan untuk dilihat dengan pengamatan mata, yakni dua derajat.

Bila di bawah ketinggian dua derajat, secara teoritis hilal mustahil diamati dengan mata.

Sebaliknya jika lebih dari dua derajat, secara teoritis hilal memungkinkan dilihat dengan mata telanjang.

Jika ada yang melihat hilal dengan metode rukyah, artinya besok adalah hari pertama dalam kalender Hijriah.

Baca Juga: Jarang Diketahui, Ini Cara Arab Saudi Rayakan Lebaran Sebelum Pandemi!

Namun jika tidak ada yang melihat hilal, itu berarti hari pertama Ramadhan adalah lusa. Hal ini juga berlaku untuk penentuan hilal bulan Syawal, Hari Raya Idul Fitri.

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono menjelaskan, proses atau mekanisme pengamatan (rukyat) hilal yang dilakukan oleh BMKG adalah sebagai mendukung penentuan awal bulan Qomariah (Hijriyah).

Proses pengamatan dimulai 3 (tiga) jam sebelum matahari terbenam (maghrib/sore hari) sampai dengan dengan 30 menit setelah bulan terbenam (malam hari setelah maghrib).

Pengamatan ini dilakukan dengan memanfaatkan teleskop yang dihubungkan dengan komputer dan kamera serta dipadukan dengan teknologi informasi.

Baca Juga: Ternyata Ada Pesan Tersembunyi Sejak Masa Wali Songo dari Makanan Tradisional yang Selalu Ada di Hari Lebaran Ini!

Saat pengamatan dilaksanakan, kecerlangan cahaya Hilal akan direkam oleh detektor yang dipasang pada teleskop yang secara otomatis mengikuti berubahnya posisi Bulan di ufuk Barat.

Dengan teknologi informasi, data tersebut langsung dikirim ke server di BMKG Pusat, untuk kemudian disimpan dan disebarluaskan kepada masyarakat secara online (live streaming) ke seluruh dunia melalui http://www.bmkg.go.id/hilal.

Sehingga, meskipun 1 Syawal 1442 H telah ditetapkan melalui sidang isbat hari ini. BMKG masih tetap akan melakukan rukyatul hilal pada 12 Mei 2021 mulai sore hingga malam hari.

Baca Juga: Momen Perayaan Lebaran di Berbagai Negara yang Mungkin Akan Jarang Ditemukan di Idul Fitri Kali Ini!

2. Metode wujudul hilal (hisab atau perhitungan)

Metode kedua yang digunakan untuk melihat hilal adalah wujudul hilal yang umumnya digunakan oleh organisasi masyarakat Muhammadiyah.

Wujudul hilal merupakan metode yang menganggap hilal di atas cakrawala. Patokan ini berarti berapapun ketinggian hilal, meski nol koma sekian derajat, asal sudah di atas cakrawala, berarti malam itu sudah masuk bulan baru dalam kalender Hijriah.

Perbedaan kedua metode inilah yang kadang membuat awal Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia berbeda hari.

Kendati demikian, pada tahun ini, 1 Syawal 1442 versi pemerintah dan Muhammadiyah sama-sama jatuh di tanggal 13 Mei. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya