Sosok.ID -China mulai menawarkan bantuan vaksin ke negara-negara Asia Tenggara sejak Oktober 2020.
Bantuan yang diberikan China di kawasan Asia Tenggara memang tak bisa dipandang sebelah mata.
Termasuk Indonesia yang menjadi salah satu negara Asia Tenggara yang menerima bantuan vaksin dari China.
Desember 2020 lalu, 1,2 juta dosis vaksin Sinovac tiba di Jakarta.
Pada bulan Januari, Presiden Jokowi menjadi orang Indonesia pertama dan pemimpin non-China pertama yang menerima dosis vaksin Sinovac Biotech.
Hanya saja, di tengah sengketa Laut China Selatan yang turut menyeret sejumlah negara, bantuan dari China dianggap bisa berpengaruh.
Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa pakar menyebut kerja sama vaksin China dengan Indonesia dapat membahayakan posisi Indonesia dalam sengketa wilayah Laut China Selatan.
Pada kenyataannya, Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mendiversifikasi pasokan vaksinnya, sebagaiman dilansir Sosok.ID dari SCMP, (4/5).
Indonesia juga telah menegaskan kembali komitmennya atas pendekatan yang damai dan sah untuk menangani masalah Laut Cina Selatan.
Lebih lanjut, Indonesia dianggap masih jauh dari ketergantungan pada vaksin produksi China.
Apalagi, dari perspektif pemerintah Indonesia, pengadaan vaksin dari China dan sumber eksternal lainnya hanyalah strategi jangka pendek untuk meredam pandemi.
“(Indonesia) masih harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan vaksin di dalam negeri,” menurut Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro.
Strategi ini akan membantu mencegah Indonesia sepenuhnya bergantung pada vaksin impor, termasuk dari produsen China.
Indonesia bukan satu-satunya negara ASEAN yangberusaha untuk menghindari ketergantungan yang berlebihan pada vaksin Cina.
Ini memastikan bahwa, setidaknya dari perspektif Indonesia, kerja sama vaksin tidak boleh mengarah pada kelemahan diplomatik atau maupun sengketa Laut Cina Selatan.
(*)